Cerita Bokep | Gairah Dian Pembantuku – Hari ini aku mempunyai pembantu baru,dian namanya.umurnya sih baru 19 tahun.dia didatangkan istriku dari salah satu agen penyalur tenaga kerja di kota kami.wajahnya sih lumayan untuk ukuran gadis dari desa.badannya termasuk agak pendek tetapi dengan bodi yg sintal.aku paling suka kalo melihat dia kalo mengepel lantai sambil jongkok.wah pastinya otakku sudah mulai berpikiran macam-macam.andai saja aku bisa doggy style dengan dia.tapi untuk sementara pikiran itu sudah kubuang jauh-jauh.
Pada suatu hari,istriku mendapat telepon dari saudaranya di kota lain.yang memintanya untuk pulang ke rumah orang tuanya karena ada salah satu sanak familinya yg meniggal dunia. mulanya sih istriku memintaku untuk ikut tapi aku tidak bisa ikut dia dengan alasan ada pekerjaan di kantor.
Hari itu tidak ku sia-siakan juga.sewaktu dian mandi aku sengaja mengintip dari pintu kamar mandinya yg sedikit terbuka. Pemandangan yang luar biasa indah membuat nafsu birahiku meningkat dan kuintip lagi, kali ini dina menghadap ke arah pintu dimana tangannya sedang meremas-remas payudaranya yang ranum terbungkus kulit sawo matang dan putingnya sesekali dipijatnya, sedangkan bulu-bulu halus menutupi liang vaginanya diusap oleh tangannya yang lain, hal ini membuat dia merem-melek. Pemandangan seorang gadis kira-kira 19 tahun dengan lekuk tubuh yang montok nan seksi, payudara yang ranum dihiasi puting coklat dan liang vagina yang menonjol ditutupi bulu halus sedang dibasahi air dan sabun membuat nafsu birahi makin meningkat dan tentu saja batangku mulai mendesak dari balik celana kantorku.
Melihat nafsuku mulai berontak dengan cepat kutanggalkan seluruh pakaian kerjaku di atas sofa, dengan perlahan kubuka pintu kamar mandiku, dian yang sudah kembali membelakangiku, perlahan kudekati Dian yang membasuh sabun di bawah shower. Secara tiba-tiba tubuhnya kupeluk dan kuciumi leher dan punggungnya. Dian yang terkaget-kaget berusaha melepaskan tanganku dari tubuhnya. “Akh.. jangan Pak.. jangan.. tolong Pak..” Karena ten****ya lemah sementara aku yang makin bernafsu, akhirnya Dian melemaskan ten****ya sendiri karena kalah tenaga dariku. Bibir tebal dan merekah sudah kulumatkan dengan bibirku, tanganku yang satu membekap tubuhnya sambil menggerayangi payudaranya, sedangkan tanganku yang satunya telah mendarat di pangkal pahanya, vaginanya pun sudah kuremas. “Ahh.. ahh.. jja. jjangan.. Pak..” “Tenang sayang.. nanti juga enak..”
Aku yang sudah makin buas menggerayangi tubuhnya bertubi-tubi membuat Dian mengalah dan Dian pun membalas dengan memasukkan lidahnya ke mulutku sehingga lidah kami bertautan, Dian pun mulai menggelinjang di saat jariku kumasukan ke liang vaginanya. “Arghh.. arghh.. enak.. Pak.. argh..” Tubuh Dian kubalik ke arahku dan kutempelkan pada dinding di bawah shower yang membasahi tubuh kami. Setelah mulut dan lehernya, dengan makin ke bawah kujilati akhirnya payudaranya kutemukan juga, langsung kuhisap kukenyot, putingnya kugigit. Payudaranya kenyal sekali seperti busa. Dian makin menggelinjang karena tanganku masih merambah liang vaginanya. “Argh.. akkhh.. akhh.. terus.. Pak.. enak.. terus..” Aku pun mulai turun ke bawah setelah payudara, aku menjilati seluruh tubuhnya, badan, perut dan sampailah ke selangkangannya dimana aku sudah jongkok sehingga bulu halus yang menutupi vaginanya persis di hadapanku, bau harum tercium dari vaginanya.
Aku pun kagum karena Dian merawat vaginanya sebaik-baiknya. Bulu halus yang menutupi vaginanya kubersihkan dan kumulai menjilati liang vaginanya. “Ssshh.. sshh.. argh.. aghh.. aw.. sshh.. trus.. Pak.. sshh.. aakkhh..” Aku makin kagum pada Dian yang telah merawat vaginanya karena selain bau harum, vagina Dian yang masih perawan karena liangnya masih rapat, rasanya pun sangat menyegarkan dan manis rasa vagina Dian. Jariku mulai kucoba dengan sesekali masuk liang vagina Dian diselingi oleh lidahku. Rasa manis vagina Dian yang tiada habisnya membuatku makin menusukkan lidahku makin ke dalam sehingga menyentuh klitorisnya yang dari sana rasa manis itu berasal. Dian pun makin menggelinjang dan meronta-ronta keenakan tapi tangannya malah menekan kepalaku supaya tidak melepaskan lidahku dari vaginanya.
“Auwwhh.. aahh.. terus.. sedapp.. Pakkh..” “Yar.. vaginamu sedap sekali.. kalau begini.. setiap malam aku pingin begini terus..” “Mmm.. yah.. Pak.. terus.. Pak.. oohh..” Dian makin menjerit keenakan dan menggelinjang karena lidahku kupelintir ke dalam vaginanya untuk menyedot klitorisnya. Setelah hampir 30 menit vagina Dian kusedot-sedot, keluarlah cairan putih kental dan manis serta menyegarkan membanjiri vagina Dian, dan dengan cepat kujilat habis cairan itu yang rasanya sangat sedap dan menyegarkan badan.
“Ooohh.. ough.. arghh.. sshh.. Pak, Dian.. keluar.. nihh.. aahh.. sshh..” “Yar.. cairanmu.. mmhh.. sedap.. sayang.. boleh.. saya masukin sekarang.. batang saya ke vagina kamu? mmhh.. gimana sayang..” “Hmm.. boleh Pak.. asal.. Ibu nggak tahu..” Dian pun lemas tak berdaya setelah cairan yang keluar dari vaginanya banyak sekali tapi dia seakan siap untuk dimasuki vaginanya oleh batangku karena dia menyender dinding kamar mandi tapi kakinya direnggangkan. Aku pun langsung mendempetnya dan mengatur posisi batangku pada liang vaginanya. Setelah batangku tepat di liang vaginanya yang hangat, dengan jariku kubuka vaginanya dan mencoba menekan batangku untuk masuk vaginanya yang masih rapat.
“Ohh.. Dian.. vaginamu rapat sekali, hangat deh rasanya.. saya jadi makin suka nih..” “Mmmhh.. mhh.. Pak.. perih.. Pak.. sakit..” “Sabar.. sayang.. nanti juga enak kok, sabar ya..” Berulang kali kucoba menekan batangku memasuki vagina Dian yang masih perawan dan Dian pun hanya menjerit kesakitan, setelah hampir 15 kali aku tekan keluar-masuk batangku akhirnya masuk juga ke dalam vagina Dian walaupun hanya masuk setengahnya saja. Tapi rasa hangat dari dalam vagina Dian sangat mengasyikan dimana belum pernah aku merasakan vagina yang hangat melebihi kehangatan vagina Dian membuatku makin
cepat saja menggoyangkan batangku maju-mundur di dalam vagina Dian.
“Yar, vaginamu hangat sekali, batangku rasanya di-steam-up sama vaginamu..” “Iya.. Pak, tapi masih perih Pak..” “Sabar ya sayang..” Kukecup bibirnya untuk menahan rasa perih vagina Dian yang masih rapat alias perawan sedang dimasuki batangku yang besarnya 29 cm dan berdiameter 5 cm, wajar saja kalau Dian menjerit kesakitan. Payudaranya pun sudah menjadi bulan-bulanan mulutku, kujilat, kukenyot, kusedot dan kugigit putingnya. “Ahh.. ahh.. aah.. awww.. Pak.. iya Pak.. enak deh.. rasanya ada yang nyundul ke dalam memek Dian.. aahh..” Dian yang sudah merasakan kenikmatan ikut juga menggoyangkan pinggulnya maju-mundur mengikuti iramaku. Hal ini membuatku merasa menemukan kenikmatan tiada tara dan membuat makin masuk lagi batangku ke dalam vaginanya yang sudah makin melebar.
Kutekan batangku berkali-kali hingga rasanya menembus hingga ke perutnya dimana Dian hanya bisa memejamkan mata saja menahan hujaman batangku berkali-kali. Air pancuran masih membasahi tubuh kamimembuatku makin giat menekan batangku lebih ke dalam lagi. Muka Dian yang basah oleh air shower membuat tubuh hitam manis itu makin mengkilat sehingga membuat nafsuku bertambah yaitu dengan menciumi pipinya dan bibirnya yang merekah. Lidahku kumasukan dalam mulutnya dan membuat lidah kami bertautan, Dian pun membalas dengan menyedot lidahku membuat kami makin bernafsu. “Mmmhh.. mmhh.. Pak.. batangnya nikmat sekali, Dian jadi.. mmauu.. tiap malam seperti ini.. aakh.. aakkhh.. Paakkhh.. Dian keeluuaarr.. nniihh..”
Akhirnya bobol juga pertahanan Dian setelah hampir satu jam dia menahan seranganku dimana dari dalam vaginanya mengeluarkan cairan kental yang membasahi batangku yang masih terbenam di dalam vaginanya, tapi rupanya selain cairan, ada darah segar yang menetes dari vaginanya dan membasahi pahanya dan terus mengalir terbawa air shower sampai ke lantai kamar mandi dan lemaslah tubuhnya, dengan cepat kutahan tubuhnya supaya tidak jatuh. Sementara aku yang masih segar bugar dan bersemangat tanpa melihat keadaan Dian, dimana batangku yang masih tertancap di vaginanya. Kuputar tubuhnya sehingga posisinya doggy style, tangannya kutuntun untuk meraih kran shower, sekarang kusodok dari belakang. Pantatnya yang padat dan kenyal bergoyang-goyang mengikuti irama batangku yang keluar-masuk vaginanya dari belakang.
Vagina Dian makin terasa hangat setelah mengeluarkan cairan kental dan membuat batangku terasa lebih diperas-peras dalam vaginanya. Hal itu membuatku merasakan nikmat yang sangat sehingga aku pun memejamkan mata dan melenguh. “Ohh.. ohh.. Yar.. vaginamu sedap sekali, baru kali ini aku merasakan nikmat yang sangat luar biasa.. aakkh.. aakkhh.. sshh..” Dian tidak memberi komentar apa-apa karena tubuhnya hanya bertahan saja menerima sodokan batangku ke vaginanya, dia hanya memegangi kran saja. Satu jam kemudian meledaklah pertahanan Dian untuk kedua kalinya dimana dia mengerang, tubuhnya pun makin merosot ke bawah dan cairan kental dengan derasnya membasahi batangku yang masih terbenam di vaginanya. “Akhh.. aakkhh.. Pak.. Pakkhh.. nikmatthh..”
Setelah tubuhnya mengelepar dan s***** 15 menit kemudian gantian tubuhku yang mengejang dan meledaklah cairan kental dari batangku dan membasahi liang vagina Dian dan muncrat ke rahim Dian, yang disusul dengan lemasnya tubuhku ke arah Dian yang hanya berpegang pada kran sehingga kami terpeleset dan hampir jatuh di bawah shower kamar mandi. Batangku yang sudah lepas dari vagina Dian dan masih menetes cairan dari batangku, dengan sisa tenaga kugendong tubuh Dian dan kami keluar dari kamar mandi menuju kamar tidur dan langsung ambruk ke tempat tidurku secara bersamaan.
Aku terbangun sekitar jam 10.30 malam, itupun karena batangku sedang dikecup oleh Dian yang sedang membersihkan sisa-sisa cairan yang masih melekat pada batangku, Dian layak anak kecil menjilati es loli. Aku usap kepalanya dengan lembut. Setelah agak kering Dian bergeser sehingga muka kami berhadapan. Dia pun menciumi pipi dan bibirku. “Pak.. Dian puas deh.. batang Bapak nikmat sekali pada saat menyodok-nyodok memek Dian, Dian jadi kepingin tiap hari deh, apalagi di saat air hangat mengalir deras di rahim Dian.. kalau Bapak gimana? Puas nggak.. sama Dian..?” “Yar.. Bapak pun puas sekali.. Bapak senang bisa ngebongkar vagina Dian yang masih rapat.. terus terang.. baru kali ini Bapak puas sekali bermain, sejak dulu sama istriku aku belum pernah puas seperti sekarang.. makanya saya mau Dian siap kalau saya datang dan siap jadi istri kedua saya.. gimana..?” “Saya mah terserah Bapak aja.” “Sekarang saya kerja dulu yach.. Dian.. besok aku minta jatah lagi..” “Oke.. Pak.. janji yach.. vagina Dian maunya tiap hari nich disodok punya Bapak..” “Oke.. sayang..” Kukecup pipi dan bibir Dian, aku mandi dan setelah itu kutinggal dia untuk pergi ke kantor.
sejak saat itulah aku dan dian seperti ketagihan untuk melakukan hal itu.di mobil,di dapur, di kamar tidur.aku selalu kangen sama memek dian……:):)