Quantcast
Channel: Kumpulan Cerita Sex 2016
Viewing all 271 articles
Browse latest View live

Cerita Sex Mandi Sperma Dengan Janda

$
0
0

Cerita Sex Mandi Sperma Dengan Janda – Sore itu, aku sedang di ruang tamu ketika seorang tamu mengetuk pintu. Malas-malasan aku berdiri dan menuju pintu. Ternyata, Teh Renny, temen nyokap. “Mama ada?” tanyanya sambil menuju ruang tamu. “Gak ada Teh, Mama masih di Bandung. Mungkin besok pagi baru pulang. Atau malam ntar…” Teh Renny kecewa. Ia menyandarkan tubuhnya yang dibungkus jilbab putih.

“Capek banget kayaknya Teh,”aku berbasa-basi.
“IYa, abis keliling nawarin baju ke pelanggan.”

Teh Renny adalah teman ibuku. Ia seorang janda, 43, anak masih smp. Ia sering mengambil produk baju wanita atau pria dari Ibu yang seorang distributor pakaian. Ia mengeluarkan barang2 dari dalam tas besarnya. Diletakkan di atas meja.

“YA udah, Teteh titip aja ke kamu. Ini barang dipulangin, mau diganti dengan produk lain aja.”Tampak pakaian dalam wanita. Aku tercekat. BH-BH itu beraneka warna dan ukuran.“Kenapa dipulangin Teh?”tanyaku iseng sambil lalu.

“Kurang laku, ukurannya besar2. Pelanggan Teteh jarang yang big size. Lebih enak jual yang ukuran sedang dan kecil.”Teteh meminta aku ambil BH-BH dari gudang di belakang rumah. Kemudian Teteh Renny sibuk memilih2.

“BAntuin Teteh atuh?”
“Gak ngerti Teh yang ukuran kecil atau sedang gimana?”
“Kamu liat ukurannya 34 ke bawah, itu sedang atau kecil.”
Aku lalu memilah-milah sesuai permintaan.
“KAmu salah, itu besar. itu CUP D besar.”
“Ohh…harusnya berapa?”
“B atau A…”

Aku sebetulnya paham kok. Aku kan udah pengalaman soal ukuran BH. Ingat kisahku dengan “Ella janda 36C”, atau “Bercinta-dengan-janda-jilbab-36d”.Setelah dapat yang diinginkan, Teh Renny minum air es yang kusediakan. Aku membereskan bh2 itu dan membawa ke gudang. Tapi ketika kembali Teh Renny minta tolong lagi.

“Oh ya Jun, Teh minta lagi dong bh2 itu. Teteh mau ambil 2 biji.Tapi ambil yang besar2 aja ya…”
Aku kembali ambil kedua BH itu. Teh Renny memilih ukuran 38C, tapi ia tampak bingung. Tapi ia memutuskan ambil warna putih berenda dan warna hitam.

“Buat siapa Teh? Katanya gak laku?”
Teh Renny senyum, manis sekali.
“Buat Teteh pakai…”

AKu tercekat. Entah kenapa mataku spontan melirik ke bagian dada yang tertutup baju itu. Benarkah benda di dada itu sebesar itu? Aku tak yakin, tidak ada tanda-tandanya. Kelihatan tidak membusung alias datar2 aja.
“Ohh…”
“Kenapa kaget gitu Jun…?”
Teh Renny orangnya supel. Dia suka blak2 an. Meski orang Sunda, tapi dia menjaga sikap dan prinsip hidupnya.Hingga kini ia belum juga dapat suami baru lagi. Memang pernah ia berpacaran beberapa kali, itu kata Ibuku.Tapi kandas di tengah jalan.

Gara2 ia memberi tahu rahasia seksual yang dijaganya selama ini, aku jadi horny. Padahal selama ini aku tidak pernah seperti itu.Pikiran nakal merasuki kepalaku. Tapi dia teman Ibuku?

Aku tak peduli. Aku akan merayunya. Aku akan berakting pura2 lugu. Itu jebakan buat dia nanti. Aku harus bisa menyaksikan keindahan dada miliknya.

“The, boleh Arjuna pilihan gak ?”
Teh Renny menoleh ke arahku.
“Boleh…bagus yang model mana?”
“Warnanya sih udah ok. Model transparan gitu bagus deh. Terus ada renda-rendanya.”
Janda berjilbab itu senyum.
“Hmmm.gitu yaa…”
“bentar Teh…aku ambilin katalog dulu ya dari kamar Mama…”

Katalog itu kuserahkan ke Teteh. Di dalam majalah berwarna itu tampak berbagai model BH yang dikenakan model-model sesuai ukuran, tipe atau merk. Tentu saja model2nya orang bule.
Teteh membolak-balik halaman dengan serius.

“Sini…liatin yang bagus yang mana…”
Aku mendekati Teteh di sofa. Harum semerbak tubuhnya menyergap hidungku. Begitu menggoda, merangsang dan membangkitkan kejantananku.
Aku melirik wajahnya. Meski kulit wajahnya sudah tidak semulus gadis lagi, tapi sisa-sisa keayuan masa lalu masih ada. Bibirnya mungil, dipoles lipstick tipis. Dia cantik secara alami.
“Teh yang ini ok…”
Teh Renny menganggu setuju. “Tapi Mama kamu gak ada tipe ini…”
Aku kecewa karena menurutku BH itu sangat seksi. Berukuran besar, menyanggah payudara si model yang setengah baya dengan anggun. Putingnya tampak menerawang dan sebagian besar gundukan buah dadanya terbuka.
“Tapi yang punya Ibu kamu ini hampir mirip kok. Cuma kancingnya di belakang…”kata Teh Renny.
Kami melihat-lihat halaman lain.

“Teh…ukurannya gede-gede yaa…”
“Iya…eh, tapi ngomong2 kamu jangan cerita ke Ibu kamu Teteh bhnya dipilih2 sama kamu yaa…”
Aku manggut.
“Kenapa Teteh ukurannya bisa besar kayak orang bule?”tanyaku pura2 lugu.
Janda itu mencubit lenganku.
“Sejak lahirin anak, jadi besar.”
Aku duduk menyender di sofa. Teh Renny juga.
“Teh gak dicoba dulu bh nya?”
“Gak usah…pasti pas kok…”
“Oya…dulu suami suka pilihin model bh Teteh…”
“Waktu gadis iya…tapi udah punya anak gak pernah…lagian dia gak suka ukuran besar…”
Aku pura2 kaget. “Masa sih Teh? Kan enak yang ukuran besar…?”
Teh Renny menoleh ke arahku. “Nakal ya…kamu dah pengalaman…emang pernah rasain yang besar…?”
“Blom sih…dulu pacar aku sedang…”
“Terus kok bias tahu yang besar enak…”
“Kalo liat di film porno…kayaknya yang besar itu enak menurut aku.”
“Tapi suami mbak dulu gak suka.”
“Menurut aku bodoh, laki2 gak suka ukuran mbak…Itu kan keindahan, seksi banget…”
Teh Renny tersanjung. Senyumnya indah banget.
Sesaat suasana hening. Aku gelisah, karena penisku sudah mengejang dalam posisi miring.
“Teh benar gak sih…perempuan ukuran besar itu nafsunya gede juga yaa…”
Teh Renny ketawa lebar. “Mungkin..kamu aneh2 aja…tergantung…”
Aku menatapnya erat2. Semakin dekat.
“Tergantung apa Teh?”
Teh Renny jadi gugup. Ini sudah saatnya. Kugenggam tangannya.
“Teh…kalo aku suka yang besar…kalo Teteh suka cowok yang besar juga?”
Pernyaanku membuat Teh Renny salah tingkah.
“Kamu jangan ngomong seks terus…ntar kamu jadi nafsu lagi…”
“Biarin Teh…”Kutarik tubuh Teh agar bersandar di sofa.
“Enak gini, biar Teteh bias istirahat. Kasihan capek kan?”

Sepasanng mata mungil itu menatapku sendu. Teh Renny memandangiku dengan tatapan kosong. Ia menarik wajahku semakin dekat dan melumat bibirku dengan lembut.

Betapa lembutnya bibir janda manis ini. Teh Renny menarik tubuhku semakin rapat. Tangannya melingkari bahuku. Aku biarkan ia mengendalikan situasi.

Usai berciuman, ia melepas penutup kepalanya. Rambutnya yang hitam tergerai. Ia memiringkan kepalanya ke kiri, menampakkan leher yang jenjang.
“Teteh cantik…”
Ia mengembangkan senyum. Ia melumat bibirku lagi sambil memelukku erat erat. Aku mulai terpancing. Kujilati wajahnya, lehernya dan memandangi bagian dadanya yang masih tertutup itu. Teh Renny senyum kecil. Dia bangkit dan melepas restleting jubah panjangnya di bagian depan. BH warna putih itu menampakkan sebagian dagingnya. Dia sengaja tak melepas seluruh pakaiannya. Aku suka caranya.
“Kamu mau tetek Teteh?”
Aku manggut kayak anak kecil.
Teh Renny menarik kepalaku dan membenamkan di belahan BH putih itu. Aku merasakan daging kenyal itu, kujilati dan kuciumi dengan lembut. Wanginya sangat alami dan khas. Sulit kugambarkan aroma itu.
Aku membantu melepas baju itu hingga ke pinggang.Sekarang BH itu terpampang jelas. BEgitu besar menyangga isinya yang super besar itu.
“Teh, ini mah gede banget.”
“KAmu suka gak?”
Aku menjawabnya dengan remasan. Aku gemas sampai bh itu nyaris terlepas karena tanganku. Teh Renny melepas bh itu dan melemparnya di ranjang. Puting2 itu coklat muda dan begitu mungil. Janda jilbab itu menjulurkan puting itu ke mulutku.Kuisap puting itu dengan lembut dan kumainkan dengan lidahku. Teh Renny merintih geli.
Aku amati bentuk buah dada Teh Renny. Besar, panjang, putih dengan urat2 halus di sebagian tubuh buah dadanya.
KEmbali aku menjilati seluruh bagian tetek besar itu. Teh Renny sesekali memejamkan mata atau menjerit kecil setiap aku mengulum putingnya.
Tidak cuma payudara besar, janda ini juga punya pantat yang montok. Luar besar.
Ia melirik ke bagian selangkanganku. Celana jins itu dilepasnya pelan2. PEnisku yang miring di cd dicengkramnya. Kemudian dilepasnya cdku dengan cepat.
Teteh melotot sejenak. Batang penisku keras dan panjang. Kepala penis yang merah itu jauh leabih besar dari batangnya.
“Ya ampun…Jun..penis kamu gede juga.”
Sebelum mengulumnya, Teteh menjepit penisku di antara payudaranya. Kemudian dikulumnya dengan lembut. Lalu dikocok-kocoknya.
Aku terbuai oleh belaiannya. Dia begitu pintar. Teh Renny mencium setiap inci batang penisku. Ketika tiba di bagian penis dia langsung membasahi dengan lidahnya dan melumatnya. Begitu berulang2.
Tanpa berlama2, aku segera melepas cd putih miliknya. Bagian vagina itu bersih tanpa bulu. Lubangnya kubasahi dengan liur dan kuarahkan penisku ke liang itu. Aksi membuat ia menjerit2. Tusukan penisku menghujam hingga mentok ke dasarnya.
Kumiringkan ia, tusukan itu terus mengayun. Bahkan posisi favoritku pun, ia menikmatinya.
Pantat yang menungging itu menunggu ditusuk oleh batang penis panjang ini.
Kutekan penisku ke liangnya dalam posisi doggy style.Pantat besar itu menahan gempuran itu.
Jeritan Teteh makin keras.
Aku begitu sibuk. Kedua payudara itu pun tak lepas dari cengkramanku. Kuremas2 sekuat mungkin.
Setengah jam berlalu dihiasi tusukan penis dan suara manja Teteh.
Kubopong tubuh sintal itu ke kamar. Di ranjang, ia kurebahkan.Tapi Teteh bangkit dan meneteki aku di atas ranjang. Aku seperti anak kecil yang haus kasih sayang.
Teteh memandangiku dengan lembut, persis seorang Ibu. Sambil membelai2 rambutku. Kata-katanya pun terdengar lembut dan membuaiku.
“Kamu hebat banget sih. Teteh puas banget.Kamu puas gak sama Teteh?”
Kulepas mulutku dari putingnya.
“Puas Teh. Teteh seksi banget.Teteknya enak banget.Gede sih…”
Teteh membantu aku meraih putingnya. Kujilati lagi dengan mulutku. Kugigit2 kecil. Sementara tak kusangka, penisku sudah digenggamnya. Dikocok2nya.
“Kamu lama ya keluarnya. Suami teteh dulu sih cepat keluar.”
TEteh lalu tidur tengkurap. Pantat besar itu kujilati. Lalu, kuangkat sedikit dan kuarahkan penisku ke memeknya.KUgoyang memek itu dengan penisku berkali2. Teteh meronta liar. Tusukanku membuat ia menahan sakit dan nikmat tiada tara. Tiba-tiba ia bangkit dan membentuk pantat yang membulat besar.Kugempur lagi sampe tubuhya bergetar hebar. Teteh mengaku mencapai klimaks.

Tapi itu bukan yang pertama. Di kamar mandi, dalam posisi setengah berdiri, lagi2 pantat besar itu kuhujami kontol perkasa ini.

Puncaknya, aku capai klimaks.Teteh kuminta untuk mengulum dan siap2 menelan sperma.Ini untuk pertama kali ia mau melakukannya. Tidak dengan suaminya atau pacarnya dulu.Kami mandi bersama.

Usai mandi, aku memasang bh baru untuk buah dada nikmat itu. Di cermin kupandangi ia dari belakang. SAmbil kupeluk, bh itu tampak sempurna.

Lihat Juga : Cerita Sex Akibat Tante Lengah dan Terbuai


Cerita Sex | Ganasnya Permainan Seks Abang

$
0
0

Cerita Sex | Ganasnya Permainan Seks Abang – Cerita Dewasa Kebiasaannya bila dah hujung bulan, budget pun dah makin sempit. Kami pun sama-sama ikhtiar untuk mencari port / tempat kami melakukan sex tanpa mengeluarkan duit. Kali ini aku mengajak abang melakukan aktiviti sex di rumah sewa ku. Kebetulan hari Sabtu itu semua kawan-kawan serumah ku pulang ke kampung. Aku dah berangan nak ajak abang main secara ganaz, brutal dan havoc di rumah sewa ku itu. Aku teringin nak main atas sofa di ruang tamu menghadap ke pintu sliding kaca yang boleh nampak terus ke pintu pagar.

Bermakna, kami boleh melihat jika ada orang yang datang. Petang itu, abang datang ke rumah sewa ku seperti yang dijanjikan. Pantat ku yang dah seminggu tak diairi ini terkemut-kemut, gatal dan merenyam rasanya. Masuk saja ke ruang tamu, abang terus mencium mulut ku dengan rakus dan ganaz. Pergerakan kami cukup pantas dan cekap (dah biasa ler katakan dan dah seminggu memendam rindu) dan sekejap saja kami sudah berbogel. Di sofa, abang berlutut menghadap pantat ku dan aku secara otomatis merenggangkan kaki untuk memudahkan abang menjilat kelentit dan lurah pantat ku. Lama juga abang mengerjakan pantat ku dengan lidahnya. Aku suka dijilat. Aku suka abang menyedut-nyedut kelentit ku. Bila sudah pasti pantat ku cukup basah, abang berdiri semula dan kini giliran aku pula yang berlutut menghadap butuh 6 inci abang itu. Aku mengulum dan menghisap semahu-mahunya. Sekitar 10 minit kemudian, abang memegang bahu ku dan mengajak memulakan. Abang duduk di sofa, memegang batang butuhnya yang tegak berdiri. Aku dengan selambanya duduk mengangkang sambil menyuakan lubang pantat ku ke arah butuh yang telah siap berdiri. Setelah pasti ia tepat mencecah lubang pantat ku yang dah lencun dan licin, aku pun menurunkan bontot ku perlahan-lahan. Perlahan tetapi pasti! Pasti masuk!

‘Cerita Dewasa Ahhhh…..sssss…….mmmmm……aaaaaaahhhh….aaabbbbaaannnggg…mmmm,’ desah ku sebaik saja kepala butuhnya menerjah masuk terus lancar ke pangkal rahim ku sambil menggesel-gesel dinding lubang nikmat ku. Aku suka gaya duduk di atas. Dapat masuk santak dan aku boleh mengemudi bahtera pelayaran kenikmatan mengikut selera lubang pantat ku. Pada masa yang sama, abang dapat meramas dan menghisap tetek ku. Abang boleh meramas bontot ku. Abang mudah menggentel-gentel kelentit ku. Aku suka! Sedap! Gerakan ku seolah-olah berputar-putar. Sekejap ke depan dan ke belakang. Sekejap ke kiri dan ke kanan. Sekejap mengangkat bontot dan menekan ke bawah. Semua pergerakan ku rasa sangat nikmat dan nyaman. Abang juga suka cara begini sebab banyak tugas yang boleh dilakukan sambil boleh relax sedikit.

‘Ahhh….eeerrghh…mmmm…bang…isap tetek Ijja bang…gigit sikit bang….oohhh…. …iihh…iiissssshhh…mmmmm…mmmm…aaaaahhh…eeerrrgh…aaahhh..uuussshh,’aku merengek sedap bila bergelek-gelek laju dan perlahan di atas abang dengan batang butuhnya masih tetap utuh mengisi rongga pantat ku. Pantat ku yang sentiasa merindui butuh abang dan tujahan-tujahan nikmatnya. Sememangnya pantat ku sentiasa membutuhkan batang butuh abang. Gerakan bontot ku semakin tak keruan. Ramasan abang ke atas tetek ku dan geselan antara kelentit dengan bulu ari-ari abang membuatkan pertahanan ku menjadai semakin lemah. Tak berdaya menahan lagi.

‘Ohhh….hhuuuuhuuuuhuuu….ssseedddaapppp…bbaangg…Ijjjaaa…sammmpaaiii…ni… ..Ijjjjaaaa…sssaammmpppaaii…bbbaannnngg…..oooohhh…aaahhhh,’ erangan ku agak kuat seiring dengan hentakan bontot ku ke arah membenamkan batang butuh abang dalam-dalam. Biar santak sampai ke pangkal rahim ku. Biar senak tapi aku suka santak ketika mencapai klimaks. Aku menggelepar dan menggigil kesedapan. Indahnya klimaks.

Sebaik saja aku selesai menikmati klimaks yang indah tadi, kami bertukar posisi. Kini kami berada dalam posisi doggie style. Aku menonggengkan bontot ku dan menyuakan kepada abang seolah-olah meminta disegerakan tikaman butuhnya ke dalam lubang pantat ku yang dah becak. Sambil muka ku menghadap ke arah pintu sliding. Aku tak psti samada jiran di depan rumah tu nampak perlakuan kami. Aku yang dah seminggu gersang ni menggoyang-goyangkan bontot ku bila saja kepala butuh abang terbenam perlahan-lahan dan santak ke pangkal rahim ku.. Rongga pantat ku terkemut-kemut kesedapan.

Hayunan abang keluar dan masuk berjalan sempurna. Perlahan. Laju. Kemudaian direndamnya sekejap. Henjut lagi perlahan dan melaju. Rentaknya yang berirama itu membuatkan nafas ku termengah-mengah. Tidak beberapa ketika selepas itu aku menggelatak dan menggelepar kenikmatan seiring dengan kenikmatan klimaks aku. Abang belum mahu klimaks lagi tetapi masih terus menghayun pinggangnya ke depan dan ke belakang. Begitu nyaman. Begitu indah. Tersangat nikmat. Sedap tak terkira. Butuh abang masih tetap dengan aktiviti keluar dan masuk. Sedap!

‘Oooohhhh…aaabbbanngg…Ijjjaaa…rinnduuuu….Ijjjaa dah tak tahan…..,’ merengek sedap sambil rongga pantat ku seolah-olah menggenggam konek dan meramas-ramas butuh abang yang berhenti rehat seketika. Abang tunduk sedikit dan menjilat-jilat tengkuk ku. aku mengeliat kegelian. Meremang bulu roma ku dibuat begitu.. Pantat ku semakin becak dan lencun. Bunyi berdecap-decap bila hentakan abang kuat dan laju. ‘Ahhh….iiihh…mmm…ooohhh….aaaabbbbaangggg…sssseeeedddapppnnnyyaa…mm… ….iihhhh….iiissss…….aaaa…eeerrghhh…..,’ aku mengerang sambil menggelepar lagi. ‘Abanggg…abanggg…bbbaanggg…iiiihhhh…iiissss….oohhh…hhuuuhuuhu….iiihhh…. …mmm…lagi bang…goyang bang…iiihhh…iiisss…mmm..mmm…mmmm….,’aku menggoyang-goyang pinggang dan bontot ku. Akhirnya aku mencapai kemuncaknya.

“Ohhh…aaahhh….iihh….Ijjjaa….iiiisssshhh…Ijjaaa…abbanggg…dahh….dahh…taak­k… ..tttaaahhannnn niii….ooohhh…aaaahhhhh…,’ abang mendengus, menghamburkan nafas yang kuat serentak dengan hentakan kuat berserta pancutan air maninya di dalam rongga pantat ku. Panas! Hangat! Semburan air mani abang yang hangat dan pekat itu, aku merinduinya siang dan malam selama seminggu. ‘Sedapnya pancut kat dalam…mm…Ijja suka abang pancut kat dalam tapi kalau sama-sama sampai dan pancut lagi best, kan?’ soalan cepumas aku kepada abang untuk memancing nafsu nya semula selepas kami berehat seketika melepaskan lelah. Aku bangun dan berjalan ke dapur untuk mengambil air minuman untuk kami berdua. Semasa ku melangkah menuju ke dapur, terasa air mani abang mengalir keluar, meleleh ke paha. Aku menoleh dan melihat abang tersenyum saja melihat air maninya tadi kelua.

Lihat Juga :

Cerita Sex Mandi Sperma Dengan Janda

CERITA MESUM ~ ANAKKU SARANA PELAMPIASAN NAPSUKU

$
0
0

CERITA MESUM ~ ANAKKU SARANA PELAMPIASAN NAPSUKU – Bukan salahku kalau aku masih menggebu-gebu dalam berhubungan seks. Sayangnya suamiku sudah uzur, kami beda umur hampir 15 tahun, sehingga dia tidak lagi dapat memberi kepuasan kepadaku. Dan bukan salahku pula kemudian aku mencari pelampiasan pada pria-pria muda di luar, untuk memenuhi hasrat seks-ku yang kian menggebu di usia kepala 3 ini. Namun sepandai-pandainya aku berselingkuh akhirnya ketahuan juga. Suamiku marah bukan kepalang memergoki aku berpelukan dengan seorang pria muda sambil telanjang bulat di sebuah motel. Dan ultimatum pun keluar dari suamiku. Aku dilarang olehnya beraktivitas di luar rumah tanpa pengawalan. Entah itu dengan suamiku ataupun kedua anakku.

”Tak sedikitpun aku lepas dari pengawasan mereka bertiga. Secara bergantian ketiganya mengawasiku. Tommy anak sulungku yang baru masuk kuliah dapat giliran mengawasi di pagi hari karena dia masuk siang. Siangnya giliran Bagus yang duduk di kelas dua SMA, untuk mengawasiku. Dan malamnya suamiku kena giliran. Tentu saja aktivitas seks-ku pun terganggu total. Hasratku sering tak terlampiaskan, akibatnya aku sering uring-uringan. Memang sih aku bisa masturbasi, tapi kurang nikmat. Dua minggu berlalu aku masih bisa menahan diri. Sebulan berlalu aku sudah stres berat. Bahkan frekuensi masturbasiku terus bertambah, sampai pernah sehari 10 kali kulakukan. Tapi tetap saja tak pernah mencapai kepuasan yang total. Aku masih butuh kemaluan laki-laki! Seperti pada pagi hari Senin, saat bangun pagi jam 8 rumah sudah sepi. Suamiku dan Bagus sudah pergi, dan tinggal Tommy yang ada di bawah. Aku masih belum bangkit dari tempat tidurku, masih malas-malasan untuk bangun.

Tiba-tiba aku tersentak karena merasa darahku mengalir dengan cepat. Ini memang kebiasaanku saat bangun pagi, nafsu seks-ku muncul. Sebisanya kutahan-tahan, tapi selangkanganku sudah basah kuyup. Aku pun segera melorotkan CD-ku dan langsung menyusupkan dua jari tangan kananku ke lubang kemaluanku. Aku mendesis pelan saat kedua jari itu masuk, terus kukeluar-masukkan dengan pelan tapi pasti. Aku masih asyik bermasturbasi, tanpa menyadari ada sesosok tubuh yang sedang memperhatikan kelakuanku dari pintu kamar yang terbuka lebar. Dan saat mukaku menghadap ke pintu aku terkejut melihat Tommy, anak sulungku, sedang memperhatikanku bermasturbasi. Tapi anehnya aku tidak kelihatan marah sama sekali, tangan kanan masih terus memainkan kemaluanku, dan aku malah mendesah keras sambil mengeluarkan lidahku. Dan Tommy tampak tenang-tenang saja melihat kelakuanku. Aku jadi salah tingkah, tapi merasakan liang vagina yang makin basah saja, aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Tommy. Anak sulungku itu masih tenang-tenang saja, padahal saat turun dari tempat tidur aku sudah melepas pakaian dan kini telanjang bulat.

”Aku yang sudah terbuai oleh nafsu seks tak mempedulikan statusku lagi sebagai mamanya. Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan anak sulungku itu. “Bercintalah dengan Mama, Tommy!” pintaku sambil mengelus-elus selangkangan Tommy yang sudah tegang. Tommy tersenyum, “Mama tahu, sejak Tommy berumur 17 Tommy sudah sering membayangkan bagaimana nikmatnya kalo Tommy bercinta dengan Mama..” Aku terperangah mendengar omongannya. “Dan sering kalo Mama tidur, Tommy telanjangin bagian bawah Mama serta menjilatin kemaluan Mama.” Aku tak percaya mendengar perkataan anak sulungku ini. “Dan kini dengan senang hati Tommy akan entot Mama sampai Mama puas!”. Tommy langsung memegang daguku dan mencium bibirku dan melumatnya dengan penuh nafsu. Lidahnya menyelusuri rongga mulutku dengan ganas. Sementara kedua tangannya bergerilya ke mana-mana, tangan kiri meremas-remas payudaraku dengan lembut sementara tangan kanannya mengelus permukaan kemaluanku. Aku langsung pasrah diperlakukan anakku sedemikian rupa, hanya sanggup mendesah dan menjerit kecil. Puas berciuman.

”Tommy melanjutkan sasarannya ke kedua payudaraku. Kedua puting susuku yang waktu kecil pernah Tommy hisap, kembali dihisap anak sulungku itu dengan lembut. Kedua permukaan payudaraku dijilati sampai mengkilat, dan aku sedikit menjerit kecil saat putingku digigitnya pelan namun mesra. Aduh, tak henti-hentinya aku mendesah akibat perlakuan Tommy. Ciuman Tommy berlanjut ke perut, dan anakku itu pun berjongkok sementara aku tetap berdiri. Aku tahu apa yang akan Tommy lakukan dan ini adalah bagian di mana aku sering orgasme. Yah, aku paling tak tahan kalau kemaluanku di oral seks. Tommy tersenyum sebentar ke arahku, sebelum mulutnya mencium permukaan lubang tempat di mana dia dulu pernah keluar. Lidahnya pun menari-nari di liang vagina mamanya, membuatku melonjak bagai tersetrum. Kedua tanganku terus memegangi kepalanya yang tenggelam di selangkanganku, saat lidahnya menjilati klitorisku dengan lembut. Dan benar saja, tak lama kemudian tubuhku mengejang dengan hebatnya dan desahanku semakin keras terdengar.

”Tommy tak peduli, anak sulungku itu terus menjilati kemaluanku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat aku berorgasme tadi. Aku yang kelelahan langsung menuju tempat tidur dan tidur telentang. Tommy tersenyum lagi. Anakku itu kini melucuti pakaiannya sendiri dan siap untuk menyetubuhi mamanya dengan penisnya yang telah tegang. Tommy bersiap memasukkan penisnya ke lubang vaginaku, dan aku menahannya, “Tunggu sayang, biar Mama kulum burungmu itu sebentar.” Tommy menurut, di sodorkannya penis yang besar dan keras itu ke arah mulutku yang langsung mengulumnya dengan penuh semangat. Penis anakku itu kini kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sementara anakku membelai rambutku dengan rasa sayang. Batangnya yang keras kujilati hingga mengkilap. “Sekarang kau boleh entot kemaluan Mama, Tom..” kataku setelah puas mengulum penisnya. Anakku itu mengangguk. Penisnya segera dibimbing anakku menuju lubang kemaluan tempat Tommy lahir.

CERITA 18 + – Vaginaku yang basah kuyup memudahkan penis Tommy untuk masuk ke dalam dengan mulus. “Ahh.. Tomm!” aku mendesah saat penis Tommy amblas dalam kemaluanku. Tommy lalu langsung menggenjot tubuhnya dengan cepat, lalu berubah lambat tapi pasti. Diperlakukan begitu kepalaku berputar-putar saking nikmatnya. Apalagi Tommy seringkali membiarkan kepala penisnya menggesek-gesek permukaan kemaluanku sehingga aku kegelian. Berbagai macam posisi diperagakan oleh Tommy, mulai dari gaya anjing sampai tradisional membuatku orgasme berkali-kali. Tapi anak sulungku itu belum juga ejakulasi membuatku penasaran dan bangga. Ini baru anak yang perkasa. Dan baru saat aku berada di atas tubuhnya, Tommy mulai kewalahan. Goyangan pinggulku langsung memacunya untuk mencapai puncak kenikmatan. Dan saat Tommy memeluk dengan erat, saat itu pula air mani anak sulungku itu membasahi kemaluanku dengan derasnya, membuatku kembali orgasme untuk yang kesekian kalinya. Selangkanganku kini sudah banjir tidak karuan bercampur aduk antara mani Tommy dengan cairanku sendiri. Tommy masih memelukku dan mencium bibirku dengan lembut.

”Dan kami terus bermain cinta sampai siang dan baru berhenti saat Bagus pulang dari sekolah. Sejak saat itu aku tak lagi stress karena sudah mendapat pelampiasan dari anakku. Setiap saat aku selalu dapat memuaskan nafsuku yang begitu besar. Dan tidak seorang pun mengetahui kecuali kami berdua. TAMAT

Lihat Juga :

Cerita Mesum Aku Ketagihan Di Perkosa

Cerita Sex Dewasa Panti Pijat ++

$
0
0

Cerita Sex Dewasa Panti Pijat – Awalnya Pada hari selasa, kebetulan gua ama istri gua cuti kerja, lalu kami berniat untuk cari makan siang. Di dekat tempat makan tersebut, ternyata ada 1 ruko pijat reflexi. Di tempat reflexi tersebut menurut penjelasan pemijatnya tidak hanya kaki saja yg di pijat tapi juga seluruh badan, dari pundak kepala, pundak sampai kaki, dan pemijat nya semua laki-laki. Kebetulan pada hari biasa masih sepi dan cuma ada 2 pemijat.

Ditempat itu ada 2 bilik kamar yg hanya ditutup kain untuk yang mau dipijat semuanya dan tempat beberapa tempat duduk untuk yang mau dipijat kakinya saja . Kita berdua akhirnya masuk kesana untuk coba pijat reflexinya, tp karena gua laper banget, makanya gua suruh istri gua masuk dan gua cari makan. Sebelum pergi gua liat dulu seperti apa sih dipijatnya, istri gua yg memang hanya memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan, memang keliatan seksi sekali. Istri gua kemudian berbaring dengan santai dan pertama2 memang dipijit telapak kaki, setelah beberapa saat memperhatikan kemudian gua pamitan untuk cari makan di keluar.

Setelah selesai makan, gua balik lagi ke tempat refleksi itu, dan gua liat tidak ada orang lagi di depan, jadi gua langsung masuk ke dalam, karena tidak mau menggangu gua hanya duduk2 di depan bilik kamar istri gua. Sekilas gua dengar suara leguhan istri gua, tp itu mungkin karena enak di pijit, tapi karena penasaran akhirnya gua coba intip di balik kain bilik kamar tsb. ternyata istri gua memang sedang menikmati pijatan sang pemijat. Pemijat tsb. mulai memijat paha istri gua yang putih, pemijat itu meminta agar istri gua tidur tengkurap mengharap tempat tidur.

Lalu pemijat itu trus memijat paha istri gua, kemudian meminta dengan sopan agar celana pendek nya di buka saja, karena agak menggangu. Istri gua pertama menolak, tp karena di kasih keterangan yang menyakinkan akhirnya celana istri gua dibuka juga, tp dengan syarat ditutup selimut. Waktu gua liat istri gua buka celana, langsung jantung gua berdebar kencang, ada perasahaan suka melihat istri gua di sentuh oleh lelaki lain. Setelah ditutupi kain putih, si pemijat juga langsung mulai memijat di daerah paha, gua liat sempat menyentuh pantat nya dan daerah V nya, istri gua mungkin percaya sama si pemijat atau memang sedang menikmati, krn dia tidak protes sama sekali, dan ini membuat si pemijat trus memijat daerah paha dan sekitarnya. Melihat itu gua jadi tambah gila, sambil menggosok si adik yg memang sudah tegang berat.

Si pemijat mungkin sengaja atau tidak, membuat kain penutupnya agak terjatuh, sehingga dia bisa melihat langsung paha istri gua yang putih mulus, dengan dibungkus cd saja. Sempat si pemijat terdiam melihat pemandangan tsb. dan gau perhatikan juga ada tanda basah di cd istri gua. Tanpa sadar istri gua , mungkin juga keenakan, trus dipijat tanpa dilindungi kain, ini membuat si pemijat makin berani mencoba meijat daerah pantat dan selankangan istri gua. Akhirnya si pemijat mengambil kembali kain yg jatuh dan menutupi badan istri gua lagi, tp yg buat gua kaget, si pemijat meminta istri gua untuk membuka bajunya karena akan di pijat daerah punggung dan leher, setelah di beri penjelasan akhirnya istri gua membuka bajunya sambil masih tiduran, jadi si pemijat tidak melihat krn ditutupi kain.

Istri gua sekarang hanya menggunakan bh dan cd saja, ntah apa yang membuat dia berani spt itu, apa ada hipnotis ya? tp gua sangat menikmati pemandangan ini. setelah beberapa saat memijat daerah punggung, si pemijat meminta ijin untuk membuka kain krn ingin dikasih minyak punggungnya, istri gua hanya mengganguk saja, tp tanpa sadar kali, si pemijat juga membuka bra istri gua dan anehnya istri gua diam saja. Lalu si pemijat mulai menggosok punggung istri dan gua intip si pemijat juga kadang2 melihat pinggiran tete istri gua yg keliatan dan juga sempat menyentuh nya, krn bh nya sdh terlepas ke samping. Kemudian si pemijat memijit leher dengan sentuhan yang lembut, kayakya ini membuat istri gua terangsang, terdengar dari suaranya yang mendesah.

Melihat situasi itu si pemijat kemudian mencoba membuka kain dan mulai memijat daera pantat adn sekitarnya dan ini membuat istri gua tambah terangsang keliatan sekali cd nya yg ada tanda basah. Kemudian si pemijat dengan sopan membuka cd istri gua tanpa ijin lagi, dan dia memulai aksinya dengan menggosok gosok daerah selangkangan istri gua. Istri gua sempat bilang jangan tapi si pemijat itu dengan lembut mengatakan tidak apa2 nikamati saja. Gua bingung kok istri gua nurut saja, ada perasaan cemburu tp masih kalah dengan rangsangan hebat melihat istri gua di sentuh oleh orang lain (apa ini kelainan ya?). Si pemijat sambil membuka celananya dengan 1 tangan krn tangan yg 1 lagi masih menggosok2 daerah clitoris di selangkangan istri gua. Terlihat kontol si pemijat sudah ngaceng berat dan ukurannya cukup besar dengan bulu2 yg tidak terlalu lebat, mungkin baru di cukur, ketika akan membuka baju nya, si pemijat mengkat pantat istri gua sedikit dan langsung menjilat nya, sehinggan dia dapat membuka bajunya. Istri gua yang di jilat meki nya langsung keliatan spt tersengat aliran listri, dan tidak berapa lama kemudian keliatan istri gua mengejang krn klimaks nya.

Si pemijat tersenyum sinis, krn telah berhasil membuat istri gua klimaks. Setelah sama2 telanjang kemudian si pemijat membalikan badan istri gua, sehinggan kelihatan lah payudaranya yg indah dengan putih berwarna hitam yg sdh menegang, tp dengan masih malu2 istri gua menutupi dadanya dan bilang takut suaminya datang, dan dengan halus si pemijat bilang tidak usah takut krn gua masih sendang makan di luar. Akhirnya karena rangsangan yang hebat , istri gua membuka tangannya dan oleh si pemijat tangan istri gua di pegang ke samping kepala istri gua, sehinggan dengan leluasa si pemijat bisa melihat dada adn ketiak istri gua yang mulus dan wangi. Si pemijat mungkin penggemar ketiak karena ketiak istri gua di jilat dan di ciumi terus, sehingga istri gua kegelian dan terangsang hebat.

Kemudian si pemijat mulai melepas tangan istri gua tp posisi tangannya tetap terlentang di samping kepala, lalu mulai menciumi payaudara istri gua yang masih kencang krn kami blm mempunyai anak. Istri gua keliatan sangat menikmati puting nya di isap dan di jilat. Setelah selesai menikmati payudara istri gua di mulai menjilat vagina istri gua yg sdh basah, krn mungkin sdh tidak tahan, akhirnya si pemijat ingin memasukkan kontol nya tp sebelumnya dia melap vagina istri gua, mungkin karena sdh basah dengan cairan vagina dan ludah nya. ketika mau masuk istri gua keliatan agak kaget mungkin karena agak sakit sebab kontolnya si pemijat lebih besar dari gua punya, mungkin itu yang ingin dirasakan oleh istri gua. Istri gua pernah bilang kontol gua ngak besar dan dia kurang menikmatinya, tp mau gimana lagi, krn sdh dikasih seperti ini. Si pemijat akhirnya berhasil memasukan kontolnya dan mulai menyodoknya serta tidak lupa menciumi payudara istri gua dan juga ketiaknya secara bergantian.

Gua yang sdh tidak tahan akhirnya mengocok dan mengeluarkan mani gua di sapu tangan yg gua bawa. Si pemijat setelah 10 menit keliatan mau klimaks, istri gua bilang jangan di buang didalam, akhirnya si pemijat mencabut kontolnya dan membuang mani nya di badan istri gua, sampai kena ke muka istri gua. Istri gua keliatan puas sekali. Setelah istrihat sebentar gua liat mereka langsung beres2 dan si pemijat dengan mesra me lap air main di tubuh dan muka istri gua serta memakaikan bh istri gua dengan meremas remas lagi dan mencium leher istri gua dengan mesranya. karena takut gua dateng maka, mereka membereskan semuanya dengan rapi, gua diam diam langsung keluar, dan kemudian masuk lagi, gua liat istri gua dengan wajah cerah, sedang duduk dibangku ruang tunggu dan mengajak gua pulang.

****

Berawal dari sahabatku Arman yang bercerita tentang seorang tukang pijat yang hebat dan bisa dipanggil ke rumah, aku jadi tertarik. Apalagi ketika ia berbicara tentang kemampuan tukang pijat itu meningkatkan gairah dan kemampuan seks wanita dengan pijatan supernya. Arman bercerita dengan cukup detail bagaimana tukang pijat itu yang katanya bernama Pak Daru, kakek usia kepala tujuh melakukan pijatan super pada istrinya. Hasilnya sungguh luar biasa. Aku jadi ingin mencobanya..

“Tapi loe harus inget, waktu dipijat sama Pak Daru istri loe harus bugil total. Mau nggak dia?” Arman bertanya padaku.
“Hah? Dipijat bugil? Nanti istri gue diapa-apain ama dia?
“Ya enggak laah.. Loe juga ada disitu koq. Lagian Pak Daru itu udah tua banget. Udah gitu dia juga pemijat profesional. Gue jamin ngga masalah. Tapi istri loe harus setuju dulu.”
“Nanti gue coba tanya dia deh..”
“Pokoknya sip banget deh!”

Malamnya aku bicarakan hal itu dengan Vie istriku. Aku ceritakan apa yang kudengar dari Arman sambil memeluk tubuh mungilnya. Mulanya dia tertarik tetapi ketika mendengar bahwa ia harus telanjang bulat mukanya langsung merah padam.

“Malu ah.. telanjang di depan orang lain” protesnya.
“Tukang pijatnya udah tua. Lagipula menurut Arman istrinya bilang dipijatnya enak dan tangannya sama sekali tidak menyentuh atau meraba memek koq”
“Ih..” muka Vie semakin merah.
“Kenapa khusus cewek?”
“Nggak tau juga. Tapi coba dulu deh. Siapa tahu nanti ketagihan.”

Vie mencubit perutku, tapi akhirnya mau juga dia mencoba. Besoknya kuhubungi Arman untuk menanyakan cara menghubungi Pak Daru. Setelah itu kucoba menghubungi Pak Daru dari nomor HP yang kudapat dari Arman. Singkatnya Pak Daru akan datang ke rumahku esok malamnya dengan perlengkapannya. Setelah itu kuberitahu Vie. Esok malamnya sesuai janji Pak Daru tiba di rumahku. Perawakannya kurus hitam dan kelihatannya memang sudah tua sekali. Apa bisa dia melakukan pijat? Aku terheran-heran sendiri sementara Vie hanya melirikku dengan pandangan ragu. Kami menuju ke ruang tamu dalam dan aku menyingkirkan meja tamu untuk mendapatkan tempat yang luas. Aku sudah memastikan kalau pembantu kami Darsih sudah masuk ke kamarnya. Sejenak basa-basi, Pak Daru langsung “To the point” menghamparkan selimut tebal di lantai.

“Silakan Ibu berbaring tengkurap di atas sini” katanya sambil menunjuk selimut sebagai alas.
“Maaf, tapi saya minta Ibu melepas pakaian” sambungnya lagi.

Wajah Vie merona merah. Dia kelihatan nervous karena itu aku membantunya melepas dasternya sehingga hanya tinggal mengenakan bra dan celana dalam.

“Untuk sementara begitu saja. Silahkan, Bu” Pak Daru memotong.

Vie berbaring tengkurap diatas selimut. Pak Daru mengeluarkan dua botol kecil obat yang menurutnya adalah obat ramuan rahasia turun temurun. Kemudian ia membuka yang bertutup hijau dan menggosokkan minyak tersebut pada kedua telapak tangannya. Ia mulai memijat bagian belakang hingga samping kepala Vie dengan perlahan. Aku duduk menyaksikan. Entah kenapa saat itu aku mulai terangsang membayangkan nantinya tubuh istriku akan dijamah oleh kakek tua ini. Tentu saja di bawah sana penisku menegang.

Pijatan di kepala beralih ke tengkuk Vie yang mulus dan dipenuhi rambut halus. Nampaknya Vie merasa enak dengan pijatan Pak Daru di kepala dan tengkuknya. Ternyata kakek tua ini hebat pijatannya. Dari tengkuk diteruskan ke bahu Vie yang terbuka dan dilanjutkan ke lengan sampai telapak tangan. Setelah itu Pak Daru meminta agar istriku melepas tali bra di punggungnya. Vie melepas kaitan branya sehingga bra tersebut sudah tidak menutupi tubuh Vie dan hanya tergeletak diantara selimut dan kedua susunya yang tergencet sehingga menyembul ke samping. Pak Daru mengolesi punggung Vie dengan minyak dari botol pertama dan mulai mengurut serta memijat punggung. Vie tampak menikmati pijatan ini.

“Maaf Bu, tapi selanjutnya celana dalam harus dilepas. Bagaimana kalau suami Ibu yang melepasnya?” Pak Daru tiba-tiba berkata.

Wajah Vie memerah lagi. Aku mengikuti permintaan Pak Daru melepas celana dalam Vie tanpa mengubah posisinya yang tengkurap. Pantat Vie yang indah dan celah vaginanya terlihat jelas membuat penisku semakin tegang. Pak Daru melumuri dua bongkahan pantat Vie dengan minyak dan segera memijat dengan perlahan. Kali ini Vie mengeluarkan suara tertahan. Jelas Vie mulai terangsang birahinya dengan pijatan Pak Daru. Apalagi ketika Pak Daru memijat pangkal paha bagian dalam, tarikan nafas Vie berubah menjadi lebih berat dan matanya terpejam. Pak Daru tetap memijat seperti tidak terjadi apa-apa. Kakek tua itu memijat pantat, paha dan kemudian betis hingga akhirnya melakukan pijat di telapak kaki.

“Ini adalah salah satu tahap penting dalam pijatan ini” Pak Daru menjelaskan.
“Terdapat titik-titik penting di telapak kaki untuk meningkatkan gairah” lanjutnya.

Kemudian ia mengambil botol minyak kedua bertutup merah yang dari tadi belum pernah dipakainya. Digunakannya untuk memijat telapak kaki Vie. Kali ini pijatannya sangat intensif dan memakan waktu cukup lama. Terkadang Vie merintih, mungkin pijatan si kakek cukup kuat.

“Maaf Bu, untuk tahap berikutnya saya akan memijat di daerah bagian depan tubuh. Sebaiknya Ibu duduk bersila membelakangi saya dan menghadap ke arah Pak Saldy agar saya tidak melihat tubuh bagian depan Ibu.” kata Pak Daru setelah selesai memijat kaki istriku.

Kali ini kelihatannya Vie sudah mulai terbiasa dan kemudian ia mengambil posisi duduk bersila membelakangi Pak Daru. Tubuh indah Vie yang telanjang bulat berhadapan denganku. Pak Daru kembali menggosokkan minyak kedua pada telapak tangannya. Pak Daru terlebih dahulu meminta persetujuan aku dan Vie.

“Saya minta izin kepada Pak Saldy dan Ibu Vie untuk melakukan pijatan di tubuh bagian depan Ibu Vie..”
“Silakan, Pak Daru” jawabku
“Silakan..” jawab Vie.

Langkah pertama Pak Daru adalah melumuri bagian sekitar vagina Vie dengan minyak dari botol bertutup merah dan mulai melakukan pijatan di daerah itu dari belakang. Walaupun tidak menyentuh vagina, tetapi tangannya memijat mencakup pangkal paha, pinggul depan, termasuk daerah yang ditumbuhi bulu kemaluan. Mulut Vie sedikit terbuka. Aku tahu Vie merasakan nikmat disamping rasa malu. Pijatan Pak Daru pasti membuat birahinya naik ke ubun-ubun. Beberapa kali tangannya terlihat seakan hendak menyusup ke dalam celah vagina Vie yang membuat Vie menahan nafas tetapi kemudian beralih. Bulu kemaluan Vie dibasahi oleh minyak pijat Pak Daru sementara Vaginanya basah oleh cairan nafsunya.

Pak Daru melanjutkan pijatannya ke bagian perut Vie, dan memijat perut terutama bagian pusar sehingga membuat Vie kegelian. Hanya sebentar saja, setelah itu Pak Daru meminta Vie mengangkat tangannya.

“Maaf Bu, tapi ini adalah tahap terakhir dan saya harus memijat di bagian ketiak dan payudara. Coba angkat kedua tangan Ibu.”

Vie mengangkat tangan dan meletakkan kedua tangannya di atas kepala. Pak Daru memulai pijatannya di daerah ketiak dari belakang.

“Ihh.. geli pak..” Vie menggelinjang.
“Ditahan Bu. ”

Pak Daru mengabaikan Vie yang sedikit menggeliat menahan geli dan melanjutkan pijatannya di ketiak Vie. Setelah itu Pak Daru mengambil minyaknya lagi dan dituangkan ke telapak tangannya. Selanjutnya dari belakang tangannya meraup kedua gunung susu milik Vie yang langsung membuat Vie mendesah. Pak Daru melakukan massage lembut pada susu Vie yang sudah tegang. Terkadang kakek itu melakukan gerakan mengusap. Jari-jari terampil yang memijat pada kedua susunya membuat Vie sangat terangsang dan lupa diri, mengeluarkan suara erangan nikmat.

Aku melotot melihat pemandangan luar biasa itu. Payudara istriku yang berusia 27 tahun, mulus, kenyal, dan berlumur minyak sedang dicengkeram dan diusap oleh tangan kasar hitam seorang kakek berusai 70-an, membuatku sangat bernafsu. Berbeda dengan Pak Daru yang sama sekali tidak bereaksi apa-apa, Vie merintih dan mendesah. Posisinya sudah berubah tidak lagi duduk bersila, tetapi duduk mengangkang memperlihatkan vaginanya yang sudah becek kepadaku sambil tangannya mencengkeram rambut.

“Ukhh..” kali ini Vie mendesah keras. Aku sangat terangsang mendengarnya. Ingin sekali aku menggantikan Pak Daru memijat susu Vie.

Pak Daru menarik puting susu Vie dengan telunjuk dan jempolnya dengan perlahan sehingga membuat Vie mengeluarkan suara seperti tercekik. Sampai akhirnya Vie merintih pelan, panjang. Vaginanya banjir. Hebat sekali pijatan si kakek ini.

“Saya rasa sudah cukup. Silakan Ibu mengenakan pakaian. Sementara itu ada yang ingin saya bicarakan dengan Pak Saldy” Pak Daru menyudahi aksinya.
“Ya Pak?”

Pak Daru menyerahkan sebuah botol kecil berisi carian kepadaku.

“Apa ini, Pak Daru?”
“Pijatan saya itu membuat gairah seorang wanita meledak-ledak tetapi orgasmenya akan menjadi lebih cepat. Selain itu ini adalah ramuan untuk membuat susu wanita tetap kencang dan padat. Usapkan dengan gerakan memeras. Saya yakin Pak Saldy bisa.” bisiknya sambil tersenyum.

Setelah itu aku membayar Pak Daru dan ia pamit pulang. Vie sudah mengenakan pakaiannya lagi.

“Eh.. buka lagi bajunya. Aku mau coba hasil pijatan Pak Daru.” kataku.

Vie tidak menjawab, tetapi dari sinar matanya aku tahu saat ini dia sedang dalam gairah yang tinggi. Mukanya merah dan nafasnya memburu. Aku segera meraihnya dan mencium bibirnya. Ciuman yang ganas karena aku sendiri sejak tadi menahan nafsuku melihat tubuh Vie yang sedang dipijat. Vie membalas tak kalah bernafsu sambil melucuti pakaiannya sendiri dan langsung melucuti pakaianku sehingga kami berdua telanjang bulat di ruang tamu.

“Senggamai aku.. aku ingin segera ****** kamu masuk ke sini” Vie meracau sambil menunjuk vaginanya yang sudah basah kuyup sejak tadi.
“Beres sayang.. ”

Aku segera memutar tubuhnya menghadap dinding dan mencoba menyetubuhinya dari belakang. Vie segera mengambil posisi tangan bertumpu pada dinding. Dengan perlahan-lahan penisku menerobos vaginanya yang sempit dan licin. Adalah proses yang sangat nikmat luar biasa saat penis memasuki vagina. Aku pejamkan mataku merasakan sensasinya sementara Vie merintih nikmat. Sampai akhirnya seluruh penisku masuk de dalam vaginanya yang panas berlendir dan nikmat.

“Aahh..” Vie menghela nafas, tubuhnya bergetar.

Nikmat sekali. Vaginanya yang panas itu mencengkeram penisku dengan kuat. Jepitannya lebih hebat dari biasanya. Sementara dengan sudut mataku aku melihat kalau ternyata pembantu kami, Darsih, sedang mengintip dari balik dinding ruang tamu. Aku bisikkan ke telinga Vie tentang hal itu.

“Masa bodoh. Biar dia nonton kamu entotin aku.” Vie balas berbisik.
“Okee..”

Aku gunakan kakiku untuk mengambil bajuku dan mengeluarkan botol pemberian Pak Daru dengan tanganku tanpa melepas penisku yang sudah menancap. Lalu aku tuangkan pada tanganku.

“Apa itu..?” tanya Vie heran.
“Ini minyak dari Pak Daru, bagus buat payudara kamu”
“Ya udah.. cepetan! Terserah kamu mau ngapain. Yang penting garap aku sampai kamu puas.”

Aku segera mengusapkan tanganku yang berlumur minyak itu pada kedua susunya yang bergelantungan bebas. Lalu aku mulai mengocok vaginanya dengan lembut. Vie menghelas nafas dengan keras. Akh.. nikmat sekali rasanya sambil meremas daging kenyalnya. Tangan kanan di susu kanan, tangan kiri di susu kiri. Seiring kupercepat sodokanku, kumainkan puting susunya dan sesekali kuremas miliknya itu dengan lebih kuat. Rasanya menjadi lebih dahsyat terutama karena kami mengetahui bahwa kami bersanggama sambil ditonton Darsih secara sembunyi-sembunyi. Mungkin dia mengintip sambil onani, aku tidak perduli.

“Mhh.. terus.. aah.. ” Vie merintih terengah-engah. Seiring gerakan keluar masuk penisku di vaginanya semakin intens, Vie menggeliat.

Aku lepaskan tanganku dari payudaranya, membiarkan kedua daging menggairahkan itu bergelantung bergoyang-goyang mengikuti sodokan penisku. Tanganku berganti menggosok-gosok vaginanya yang berlepotan cairan nafsunya. sesekali kugesek klitorisnya sehingga Vie menjerit keenakan. Tiba-tiba tubuh Vie menyentak dan vaginanya terasa menyempit membuat penisku seperti diperas oleh dinding kenikmatannya. Lalu Vie melepaskan orgasmenya disertai erangan panjang dan kemudian ia terkulai. Benar kata Pak Daru, Vie orgasme cepat sekali. Aku terus menyodok vaginanya mengabaikan tubuhnya yang lemas. Tak lama Vie bangkit kembali nafsunya dan mulai merintih-rintih.

“Saldy sayaang.. aku.. ingin kamu.. entotin aku dengan kasaar..” Vie meracau membuat aku tercengang.
“Nanti kamu kesakitan..” jawabku cepat disela kenikmatan.
“Biaar.. masa bodoh.. aku sukaa.. aa.. ahh”
“As you wish.. Istriku yang cantiik..”

Aku keluarkan sebagian besar penisku dari vaginanya, kemudian dengan satu hentakan cepat dan kasar aku sodok ke dalam. Penisku terasa ngilu dan nikmat.

“Eaahh..” Vie menjerit keras.
“Aah..iya..ah.. begiituu..”

Aku lakukan gerakan tadi berulang diiringi jeritan-jeritan Vie. Berisik sekali.. mungkin tetangga mengira aku sedang menyiksa Vie. Entah apa yang ada di pikiran Darsih yang sedang mengintip.

“Teruuss.. sayaang.. remas susuku ini.. dengan kuat.. akh! Aku.. ingin merasakan.. tenagamu.. uuhh..”

Aku meraih susunya yang sejak tadi hanya berayun-ayun, kemudian sesuai keinginannya aku remas dengan kuat sambil terus menyodok vaginanya dengan kasar. Lagi-lagi Vie menjerit keras. Aku yakin ia kesakitan tapi bercampur nikmat.

“Lebih kuaatt.. lebih kuat dari itu..” Vie setengah berteriak.
“Jangan ngaco.. sayang..”
“Ngga apa ap.. aa.. aah..!”

Vie kembali orgasme. Sudah kepalang tanggung, aku ingin mencapai puncak secepatnya. Kukocok dengan cepat vagina Vie sampai pinggangku pegal. Vie mendesah lemah.

“Keluarin.. yang banyak di dalam..” katanya pelan.
“Aku.. sedang subur.. biar jadi anak..”

Tak lama aku merasakan denyutan di penisku yang menandakan aku sudah mendekati puncak. Dan akhirnya penisku menyemprotkan sperma yang sangat banyak dan berkali-kali ke dalam rahim Vie. Kami berdua jatuh berlutut di lantai sementara penisku masih bersarang di vaginanya.

“Anget..” Vie menggumam.
“Apanya?” tanyaku terengah-engah.
“Sperma kamu, di rahimku..”
“Emang biasanya dingin ya?”
“Yang sekarang lebih..”

Aku mengusap rambutnya, dan memeluknya dengan sayang. Sementara itu Darsih sudah menghilang. Puas sudah dia melihat “Live show” kami. Setelah itu kami berdua membersihkan tubuh kami, terutama Vie yang tubuhnya penuh minyak. Tetapi setelah selesai mandi Vie kembali ganas dan “Memperkosa” aku. Gila! Aku benar-benar KO malam itu.. kalah telak!

Lihat Juga :

Cerita Dewasa – Sekretaris Baru Dan Adiknya

CERITA SEX DIAJARIN NGENTOT SAMA MAHASISWI

$
0
0

CERITA SEX DIAJARIN NGENTOT SAMA MAHASISWI – Cerita seks ini adalah cerita panas pertama kali aku melakukan hubungan sex dengan seseorang, cerita sex ini berawal dari sebuah hal yang tidak kuduga, bahkan menurutku sebelumnya itu tidak mungkin, awalnya aku tidak ingin menshhare cerita sex yang kupunya ini namun kadang hati gelisah dan ingin membagikan pengalaman sex yang indah ini kepada kalian semua para pembaca, ini pertama kalinya saya sharing pengalaman, jadi maaf kalau ada kata2 yang aneh atau boring karena semuanya ini nyata dan bukan imajinasi semata.

Saat ini saya berumur 30 tahun , bekerja di sebuah perusahaan bisnis center di Jakarta. Teman-teman panggil saya Jack walaupun ini bukan nama asli tapi hanya nama panggilan dari teman2 dekat saya, ayah saya Jawa dan Chinese dan ibu saya keturunan arab dan betawi. Tampang saya mungkin lebih ke Manado campuran Indo kali ya, itu yang teman2 saya bilang seh, Tinggi 165 cm dan berat sekitar 65 kgs.

Cerita sex tersebut begini, saat itu saya berumur 16 tahun dan baru saja saya lulus SMP di Jakarta, oleh orang tua saya di suruh untuk pindah ke kota pelajar di Indonesia untuk mepersiapkan mental saya sebelum saya pergi ke luar negeri.

Jujur saat itu gue menentang keputusan orang tua saya, karena gua sudah sangat suka dengan kota Jakarta yang metropolitan dan harus pindah ke kota pelajar (kota Y) yang pastinya lebih sepi dari kota Jakarta, tapi karena paksaan dari orang tua ya, akhirnya gue menyerah untuk pindah ke kota itu.

Singkat cerita, saya diharuskan tinggal bersama tante saya dan keluarga oleh orang tua karena saya dianggap belum dewasa untuk tinggal kos, dan saat itu saya saya menentang sekali keputusan itu dan sampai akhirnya mereka menyerah untuk membolehkan saya tinggal di kos. Saya gembira sekali saat itu karena saya boleh tinggal di kos, akhirnya saya dan saudara mencari kos yang menurut saya bagus dan tidak terlalu jauh dari sekolah saya, saya berputar dari kos ke kos, sampai saya menemukan sebuah kos yang mayoritasnya semuanya mahasiswa dan mahasiswi. Memang tempat kos ini sangat dekat sekali dengan sebuah universitas katolik disana dan tidak terlalu jauh dari SMU saya.

Ketika saya masuk dan melihat tempat kos ini, saya sangat suka dengan kosnya , selain tempatnya bersih, kos ini gabung antara pria dan wanita, pria di lantai satu dan wanita di lantai 2, wahhh saya happy banget karena saya pikir saya akan banyak teman dan tidak akan kesepian (maklum saat itu saya maseh polos dan tidak ada pikiran macam2)

Dan pada akhirnya, saya disetujukan untuk pindah ke kos ini.

cerita ini bermula ketika, pada malam hari ketika saya habis selesai packing di tempat baru , dan saya mau mandi, saya meihat ada 2 mahasiswi chinese cantik yang saya perkirakan berumur 25 tahun ke atas, melewati saya sambil memberikan senyum ke saya, karena saya malu, saya hanya senyum balik sambil berlalu masuk ke kamar mandi buru2 dan mereka berdua tertawa. Sesudah selesei mandi dan balik ke kamar, saya mendengar percakapan cewe2 di situ di lantai 2 di ruang TV , kalau mereka bilang , eh ada anak kos baru, kayanya sehh maseh smu karena kelihatan maseh muda. Anaknya ganteng juga loh (bukannya saya ge er lho) , kenalan yuk kata salah satu dari cewe itu

Saya seh tidak memperdulikan karena saya pikir, ahh mungkin bukan gue kali, karena tidak mau gede kepala, dan ketika saya sedang baca2 majalah, tiba2 kamar saya diketok oleh salah satu mahasiswi yang saya lihat tadi sore, dia memperkenalkan diri, nama dia Jenny (bukan nama sebenarnya), katanya dia mahasiswi tingkat akhir asalnya dari Solo, dan saya juga memperkenalkan diri juga,

Jenny ini anaknya putih bening typical chinese, rambutya pendek sebahu, tinggi kira2 170 cm, berat kira2 50 kg, bodynya memang kaya model tapi toketnya itu yang kurang , ya bisa dibilang kecil karena ketika dia pakai baju dan celana pendek , kelihatan kalau toketnya itu tidak besar seperti Pamela he he he..

Jenny mengajak aku ke atas untuk dipekernalkan oleh anak2 kos yang laen , Aku langsung mengiyakan dan naek ke atas karena gue pikir pasti juga basa-basi aja, pas sampai di ruang TV lantai 2, Oh my GOSH, semua yang di ruang tv itu semuanya cw2 kuliah semua dan semuanya pada pake kaos yang longgar dan celana pendek yang sangat pendek, dan kebanyakan bening2 semua, chinese, waduhhh, malu banget gue… dan Jenny pun mepersilahkan masuk ke ruangan TV itu, smabil dia berucap, udah jangan malu2, sini2 aku kenalin sama anak2 disini…. sambil mereka ketawa2….

akhirnya mereka memperkenalkan diri satu2, dan yang aku paling inget itu cewe yang bernama Jenny, karena selaen dia sexy, putih dam kalau pake baju itu longgarnya minta ampun. Saya sempat manggil dia kakak, dia bilang jangan panggil aku kakak atau cece, panggil Jenny aja, aku langsung mengiyakan. Karena saat itu sudah malam, saya pamit untuk balik ke kamar karena sudah ngantuk dan besok hari pertama SMU.

Beberapa minggu dari kejadian itu, aku dan Jenny sering bertemu dan bercanda, sampai pada suatu malam, dia mengajak saya maen kartu ke kamarnya, saya pun mengiyakannnya, sambil dia membawa teman nya yang cewe juga (lupa namanya) dan gw pun membawa teman kos yang cowo. Ketika maen kartu, Jenny mulai membuka pembicaraan yang menyerempet2 soal seks, dari pertanyaan2 soal ciuman sampai pernah melakukan seks, jujur saat itu, gue maseh perjaka dan belum pernah mencium wanita. Wah dia teasing gue dengan , wah maseh perjaka neh, boleh neh dicoba…sambil dia tertawa bersama temannya, saya tertunduk malu…
dan dia menyarankan untuk bermain kartu black jack yang kalah harus buka baju satu persatu dan yang menang boleh minta apa saja, dan kitapun setuju, sambil kita berempat masuk ke kamar dia dan dia mengunci pintu, permainan mulai seru ketika jenny kalah dan saya menang, dia membuka kaosnya dan meperlihatkan bhnya yang berwrna hitam, tidak besar tapi firm, lalu dia tanya apa yang saya inginkan, dan saya bisikin ke telinganya kalau saya ingin having seks sama dia..dia pun tersenyum dan mengiyakan walaupun tadinya maksudnya gue bercanda….tapi dia bilang mesti tunggu yang laennya balik ke kamar. Semakin malam semakin gila, mulai dari kissing sampai stripping cewe2 di depan gue and temen gue….dan karena dia sudah on, dia bilang ke temen yang cewe dan teman kos gue yang cowo kalau dia ngantuk and pengen tidur, lalu dia bisikin ke telinga gue, gue disuruh balik ke kamarnya setengah jam kemudian pas orang2 udah pada mulai tidur, gue mengiyakan dan balik ke kamar. Sampai di kamar, jantung gue dag dig dug, maklum umur 16 tahun, belum pernah kissing sama cewe sebelumnya dan hanya lihat adegan seks di video aja.

Dan setengah jam kemudian, gue memberanikan diri naek ke lantai 2 dan mengetuk pintunya, dia mebukakan pintu, sambil menarik gue buru2 masuk ke kamarnya, lalu menguncinya, dia menyuruh gue duduk di ranjangnya sambil dia menyalakan music yang lagunya slow, dia bilang supaya ga kedengaran dan dia duduk disbelah gue sambil mendekatkan diri ke gue, dia bilang relax aja baby, nikmatiin aja ya malem ini, sambil dia mencium bibir dan melumat habis, wahh tangan dia mulai bergerilya ke my big john, dan dia menuntun tangan gue ke masuk ke kaosnya yang longgar, dan betul ternyata dia sudah membuka bhnya dari tadi…
Kita saling berciuman, bermain lidah, dan dia mendorong gue ke kasurnya sambil dia buka kaosnya….terpampang sudah wanita setengah bugil dihadapan gue, kulitnya putih, badannya wangi dan dirawat, bebas dari semua bulu2, bulu tangan dan bulu ketiaknya pun bersih, wow. gue pun semakin bernafsu, sambil gue buka celananya dia….dan dia menahan tangan gue pas gue mau buka celananya.

dia bilang, sabar ya sayang, just enjoy it tonight….dia lalu buka baju dan buka celana gue, sambil mengelus big john gue dari luar my undies…dia menciumi badan gue….perut gue…lalu mejilat sampai usar dan turun ke undies sambit menggigit my undies gue dan dipelorotin pake mulutnya ke bawah…wahh sensasinya itu…dia mencium paha luar, paha dalam , di elus2nya paha gue dan my balls…sampe akhirnya tangan dia mulai memegang big john gue dan lidahnya mulai memainkan kepala big john gue sampe ke batang gue….ughhhh rasanya selangit……ouwwww…..dia mulai mengocok perlahan dan memainkan lidahnya di big john gue …..kepalanya naek turun…naek turun…..gue melihat dimana Jenny begitu menikmati big john gue…. dia trus bertanya, gimana sayang, suka ?? gue hanya menggigit bibir gue dan mengangguk perlahan….

kira2 15 menit dia, trus menciumi big john, pangkal paha gue dan paha gue…dan gue udah ga tahan dan gue minta gantian untuk dia tidur di kasurnya…dia lalu bangkit dan mempelorotkan celana dalamnya, dan dia mempelorotkan celana dalamnya tertampang lah, bawahnya yang ditumbuhi bulu2 yang lumayan lebat dan kontras dengan badannya yang putih bersih….

Dia pun tiduran di kasur, akhirnya gue melihat Jenny bugil di depan gue tanpa sehelai apapun, gue ciumin badan dia, leher, turun sampai ke toketya, yang putingnya bewarna coklat muda tapi kecil nipplenya, dia mngerang ke enakan sambil gue remas secara gentle toketnya yang satu lagi…gue jilatin dan menghisap sambil mengiggit kecil putingnya yang menggemaskan itu….Dia blg..oohhhhhhhhhhhhhhhhhhhh…trus baby…..ughhhhh…enakkk …geliiiii sayang….. sambil dia menahan mukanya di bantal, takut kedengeran orang2 disebelah…lalu gue juga menciuminya ketiaknya yang tentnunya wangi dan turun ke perutnya dan lidah gue berputar2 di pusarnya…dia bilang…ughhh baby, please…masukin….please…$+*# me…udah ga tahan….pleaseeee

Lalu dituntun big john gue ke pussynya yang ditumbuhi oleh bulu2 yang luamayan lebat…lalu gue mendorong big john gue karena posisi gue on top …dan ….blesss…………ughh ternyata udah becekk banget…ternyata bener juga kata orang2 kalau cewe chinese itu lebih becek dari cewe manapun…gue mulai memaju mundur pantat gue…. dan suaranya… plok..plok….plokkk……blesss……plok…plok… blesssssss

Jenny blg oouhh..baby, becekk banget nehh…..dia sambil memaju mundur pinggulnya…sambl mendorong pantant gue dalam2….$+*# me baby…$+*# me…..plok…plok…bless…plok…. wuihh sensasinya itu…gue takut kedengeran aja sama teman2 kos wanita yang diseblahnya…

trus dia minta untuk ganti posisi, dan pas gue cabut big john gue dari pussny…suaranya…. ppfffttt…….. (dalam hati gue , what the hell)….trus dia nungging dan dia minta gue masukin dari belakang…gue sehh iya aja karena emang gue ga tau sebelumny mengenai2 gaya2…oughhh pas gue masukin dr belakang(gue baru tau kalau itu ternyata doggy style) …OMG…sensasinya itu lebih enak dr yang sebelumnya….dan kali ini bunyinya parah lbih dr tadi….

plok…plok…plokk…pfftsss…………pffftsss….plok plok… bleeesss…bleeeessss…..
and Jenny trus bilang harder…sayang harder…..I am comming……..i am comming…sambil dia teriak tapi dia menutup mulutnya pakae bantal…dan gue sendiri merasakan ada sensasi yang geli dan merasakan kalau gue mau keluar….. dan gue lansgung buru22 cabut dan keluarin semuanya di pantantnya dia dalam kondisi nungging. ughhh sensasi yang luar biasa……gue sama dia akhirnya jatuh ke kasurnya berpelukan ma dia….

Dan dia tanya, gimana rasanya seks pertama kali ? sambil ketawa…hahahaha dan gue bilang….enakk juga….dan pada malem itu lah perjaka gue diambil oleh cewe yang jauh lebih tua dibanding gue…. sesudah malem itu, Jenny suka mengajarkan gue gaya2 baru dan dia lah yang menjdai “mentor” gue saat itu …di kamar gue dan di kamar dia…dan itu mungkin salah satu gue sampai saat ini tertarik sama wanita yang older than me …hahahaha…well walupun sparing sex partner gue sampai sekarang bermacam2…dari yang tante2 sampe anak kantoran dan abege…and semuany gue lakukan berdasarkan suka sama suka…sampai gue haru pindah balik ke Jakarta and sampai sekarang belum pernah ketemu lagi sama dia.

Lihat Juga : Cerita Bokep Dewasa Mesum Di Wc

Cerita Bokep Dewasa Mesum Di Wc

Cerita Sex 17 Tahun : hanya 5 Menit

$
0
0

Cerita Sex 17 Tahun : hanya 5 Menit – Nama saya Iwan (samaran), tinggi 167, umur 27 tahun, kebetulan warga keturunan. Pada tahun 1995 saya kuliah di daerah Semanggi, jurusan teknik, lalu karena satu dan lain hal pada tahun 2000 saya kuliah lagi di universitas komputer terkenal di Jakarta Barat. Saya punya kecenderungan tertarik jika melihat wanita yang lebih tua, rasanya ingin sekali bermain cinta dengannya, karena menurut saya wanita tersebut sexy sekali.

Wajahku tergolong biasa saja, tidak jelek dan tidak ganteng-ganteng sekali (kata orang-orang begitu sih). Badan saya cukup atletis, sehingga kalau orang yang baru pertama kali bertemu pasti beranggapan bahwa saya rajin fitness, padahal terbilang jarang sekali, sekali-sekali saja, itu pun kalau ke rumah pacar saya yang terakhir (yang nota bene sekarang sudah bubar).

Saya tinggal di Jakarta dan sudah bekerja di Jakarta Barat. Saya akan menceritakan pengalaman sex yang agak memalukan sebenarnya untuk diceritakan, tapi ya tidak apa-apa untuk berbagi pengalaman. Kisahku ini benar-benar terjadi, bukan rekayasa dan maaf kalau kurang bisa cerita dengan baik karena ini adalah tulisan pertamaku dan saya baru tahu bahwa menulis, mendeskripsikan suatu keadaan dari kedua belah pihak itu ternyata sulit sekali!

Tidak banyak wanita yang singgah dalam kehidupanku, paling hanya beberapa saja, mungkin dikarenakan sikap dan karakterku yang pemalu. Mungkin juga karena lingkungan dimana saya dibesarkan dan pergaulan saya yang tergolong baik-baik.

Saya akan menceritakannya secara berurut, dengan wanita yang pertama terjadi pada tahun 1997, pertemuan kami terjadi di suatu acara kemahasiswaan yang diikuti oleh banyak kampus, di Villa Nisita, di kaki gunung Gede. Pada waktu itu saya masih kuliah di kampus Semanggi.

Namanya Rike (samaran), kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi di daerah Grogol. Pertama kali bertemu, sikap saya biasa saja karena menurutku dia tidak begitu cantik, tapi kulitnya putih bersih, berbodi langsing dengan rambut panjang tergerai (saya suka wanita berambut panjang dan berkulit putih). Kami dikenalkan oleh temanku, saat itu mereka sedang asyik mengobrol, karena waktu itu memang saatnya makan siang.

“Rike..” katanya sembari mengulurkan tangannya.
“Iwan..” kusambut tangannya yang ternyata kulitnya halus sekali. Akhirnya kutahu juga namanya, gumamku dalam hati.

Dari obrolan siang itu aku tahu sedikit latar belakangnya, keluarganya. Rike berasal dari daerah Jawa Tengah yang mempunyai dialek khas, jadi kalau dia berbicara, orang lain pasti akan langsung tahu darimana dia berasal.

Tiga hari lamanya acara tersebut berlangsung, tidak banyak komunikasi yang terjadi, hanya sekali-kali baik saya maupun dia saling mencuri pandang saja. Pernah suatu kali tatapan mata kami bertemu tetapi kami sama-sama buang muka, lucu sekali kalau mengingat-ingat hal tersebut. Lalu kami saling bertukar nomor telepon, dan kuberi juga nomor pagerku (waktu itu masih jamannya pager).

Sewaktu kuliah saya kos di daerah dekat kampus, tiga hari setelah acara tersebut saya menelepon ke rumah dan saya diberi tahu bahwa kemarin Rike menelepon. Lalu saya langsung menelepon kosnya di daerah Grogol.

“Hallo, bisa bicara dengan Rike?” tanyaku.
“Dari siapa ini?” sahutnya di seberang sana.
“Dari Iwan” jawabku.
“Sebentar ya..” jawabnya.
“Non.., ada telepon, dari Iwan!” kudengar samar-samar suaranya memanggil Rike.
“Hallo..” terdengar suaranya yang khas.
“Hallo juga..” sahutku.
“Apa kabar? Ini Iwan, waktu itu kamu telepon ke rumahku ya?” tanyaku.
“Iya, tapi kamunya gak ada..” jawabnya.
“Kan aku kos, lupa ya?” kataku.

Singkat cerita aku diajak ke tempat kosnya di lantai 3, dan hanya 1 kamar, sedangkan adik dan cicinya ada di lantai 1 dan 2, dan seperti dugaanku kamarnya rapi sekali, memang seorang melankolis sejati, pikirku dalam hati.

Dengan berjalannya sang waktu hubungan kami semakin dekat, memang tidak ada kata ‘jadian’ di antara kami, hanya kami tahu sama tahu saja. Hubungan yang benar-benar tidak memikirkan sex, maklum kami masih sangat polos waktu itu. Hanya saja aku yang sering membayangkan bersetubuh dengannya karena sering menemaninya tidur-tiduran di ranjang yang sama, melihat bra-nya pada saat dia menunduk dan menulis.

Sampai pada suatu saat saya peluk dia dan minta diajari berciuman, waktu itu Rike memakai piyama kaos dan celana panjang, awalnya dia tidak mau tetapi akhirnya dia mau juga. Pertama kali berciuman rasanya agak aneh, gigi kami sering beradu. Dia mengajariku berciuman, tapi tetap saja banyak salahnya karena memang waktu itu saya belum pernah berciuman sama sekali.

Aku menindih tubuhnya, sambil berciuman saya pegang payudaranya, dan dia memperingatkanku..

“Eit, tangannya..”
“Iya deh, maaf..” sahutku.

Saking asyiknya berpagutan, posisi kami sudah terbalik, dia ada di atasku. Kali ini kucoba lagi memegang payudaranya, tapi kali ini dia diam saja, tidak memberikan respons penolakan. Tanganku kumasukkan ke dalam kaos tidurnya dan meremas dari payudara dari luar bra-nya. Sementara tanganku yang satunya lagi meremas pantatnya.

“Matiin dulu dong lampunya, kan aku malu..” pintanya. Lalu aku bangkit berdiri dan mematikan lampu, Rike membuka kaos dan bra-nya lalu berkata.
“OK deh, saya ladenin kamu, buka kaos kamu..” lalu kami berpagutan lagi.

Saya tidak bisa melihat jelas payudaranya karena kamarnya remang agak gelap dan hanya lampu depan kamarnya yang menyala, hanya putingnya saja yang terbayang bulat. Yang bisa saya rasakan hanya kenyal payudaranya saja, payudaranya tidak besar, putingnya kecil sekali. Sambil meremas kucoba memelintir putingnya hingga nafasnya memburu dan agak berat, belakangan kuketahui bahwa ukurannya 32A. Di tengah pergumulan tersebut, saya mencoba menarik turun celana panjangnya, tetapi dia tidak mengijinkannya.

“Atas aja..” katanya.

Dan besoknya, di bibir kami terlihat luka-luka bekas pertempuran semalam. Sejak saat itu setiap kali kami bertemu, kami melakukannya walaupun hanya sebatas ‘bagian atas’. Karena terlalu sering datang, saya merasa tidak enak dengan adik dan kakaknya hingga kami sepakat jam kedatangan diubah menjadi jam 11 malam agar tidak diketahui orang kos. Kadang-kadang Rike yang kuajak ke kosku, jam 12 kujemput dan pulang lagi ke kosnya sekitar jam 3-an.

Pernah suatu kali, sewaktu bercumbu tanganku masuk ke dalam celana dalamnya dan kudapati celananya sangat basah dan kutanya..

“Kamu terangsang ya?” (bodohnya aku saat itu..) tapi dia tidak mau mengakui.
“Enggak..” Lalu kami melanjutkan percumbuan, lalu tiba-tiba tangannya menurunkan resleting celanaku, lalu aku berkata..
“Jangan..”
“Tapi aku pengen lebih..” sahutnya.

Akhirnya kuturunkan celana panjang dan celana dalamku biar dia leluasa, pikirku. Hari itu, percumbuan tersebut berakhir begitu saja. Sampai pada suatu saat, kejadiannya di kos saya, tengah malam tentunya, kami mulai berpagutan, kulepas kaos dan bra serta celana panjangnya hingga praktis hanya tinggal celana dalamnya, dan aku sudah bugil karena sejak dia ‘minta lebih’ waktu itu saya pasti menurunkan celana panjang saya.

Mungkin karena dia merasa tidak enak hanya saya yang bugil, akhirnya atas inisiatifnya sendiri dia melepaskan celana dalamnya, lalu kubantu menariknya ke bawah agar terlepas. Baru kali itu aku melihat vagina secara langsung, bulu-bulunya dicukur rapi membentuk piramid terbalik, lalu kutindih dia, kakinya dia renggangkan sehingga terasa agak hangat kurasakan. Kucoba mendorong-dorong penisku agar masuk, tapi tidak masuk-masuk juga.

Cerita Ngentot - Berawal Dari Menghayal

Cerita Ngentot – Berawal Dari Menghayal

 

 

“Gak pas posisinya..” ujarnya, lalu dia mengambil penisku dan memposisikan di bibir vaginanya.

Walaupun sudah kudorong-dorong, tetap saja tidak masuk, mungkin karena dia masih perawan, pikirku. Setelah sekian lama mencoba dan gagal lalu kucoba memasukkan jariku ke dalam vaginanya, basah.. Kudorong keluar masuk, licin, hangat sekali rasanya.. Lidahku menciumi putingnya, kiri dan kanan bergantian, hingga dia bergumam. Kurasakan putingnya semakin keras dan otot-ototnya menegang lalu dia melemas. Ngos-ngosan seperti habis berlari jauh.. Dan bodohnya lagi, aku tidak tahu bahwa Rike telah orgasme..

Lalu setelah dia agak tenang, kami berciuman lagi, saling mengulum lidah, dan meremas payudaranya sambil memainkan putingnya.. Lalu kutindih lagi dia, dia meregangkan kaki dan membelit pantatku agar makin mendekat. Penisku tepat di berada lubang vaginanya, kugesek-gesek di seputar bibir vaginanya, lalu dia berkata..

“Enak Rik..” lalu kuciumi payudaranya dan tanpa sadar tiba-tiba penisku masuk menyeruak ke dalam vaginanya.
“Masuk ya?” tanyaku, Rike meringis.
“Sshh..” aku tahu dia kesakitan, lalu aku coba mengubah posisi.

Ketika hendak mengubah posisi, kurasakan nikmat sekali pergesekan antara kulit penisku dan dinding vaginanya lalu kurasakan aku hendak orgasme. Karena aku tidak ingin Rike hamil di luar nikah maka segera kucabut penisku dan akhirnya spermaku muncrat di luar. Jadi kira-kira hanya 5 (lima) detik penisku berada di dalam vaginanya.

Begitu kucabut, terlihat darah segar agak banyak membanjiri spreiku, lalu malam itu juga Rike mencuci sprei yang terkena node darah keperawanannya, lalu dia menangis, tersadar bahwa dia sudah tidak perawan lagi.

“Aku sudah tidak perawan, gimana masa depanku kalau aku tidak married dengan kamu?” dia bergumam.

Tapi penyesalannya cuma bertahan dua hari, selebihnya kami tetap melakukannya sebatas petting seperti biasa karena sulit sekali menembus vaginanya, pernah dia berkata..

“Aduh Rik, masukin deh, sekali saja..”, aku coba, tetapi tetap sulit sekali masuknya.

Belakangan dia baru mengakui pernah beberapa kali orgasme dengan tanganku, dan parahnya saya tidak pernah tahu kalau dia sudah orgasme.

Semua aktivitas sex yang kami lakukan benar-benar murni secara naluriah anak manusia yang belum pernah melakukan sex, dari cerita saya yang pertama sampai yang nanti saya akan saya ceritakan, saya belum pernah merasakan sex yang sesungguhnya seperti yang sering saya baca di sini.

Cerita Bokep ~ Menikmati Silit Sempit Mbak Donita Iparku

$
0
0

Cerita Bokep ~ Menikmati Silit sempit Mbak Donita iparku | Aku seorang pria yang sudah menikah. panggil saja Edo.Aku sekarang tinggal di jogja, walaupun aku bukan asli jogja, istri ku yang asli jogja. Aku menikah muda,23 tahun, saat aku masih kuliah, dan istri ku juga. kami menikah karena MBA. Karma kata teman-teman ku. Aku bukan PK yng suka ganti-ganti pasangan, hanya tidak bisa menahan hasrat saja. Ini adalah kisah ku dengan kakak ipar ku yang bisa dibilang, tidak akur tapi hanya akur masalah sex.

Istri ku anak kedua, hanya dia dan kakaknya yang keduanya wanita, sedangkan aku anak tunggal. Pengalaman sex pertama istri ku adalah dengan ku, sedangkan aku memang sudah rusak dari SD. Dulu di SD aku pernah “main titit” sama adik teman yang juga tetanggaku. Maksudnya ‘main titit’ adalah kami saling menggesekkan alat kelamin, dan itu waktu aku masih kelas 2 SD, bersama 2 teman tetangga ku lainnya. kelas 3 SD aku sudah nonton LD bokep, mulai masturbasi, mengintip pembantu mandi, dan bahkan memaksa menyusu pada pembantu ku. Kelas 5 SD, aku sudah ciuman dan petting tetangga yang memang akan pindah ke luar kota, juga baca novel porno bahasa inggris ayah ku. Bahkan SMP aku sudah melepas keperjakaan ku.(nanti beda cerita deh).

Istri ku,sebut saja Ani, adalah pacar resmi ketiga ku, yang memang mengangkat ku dari keterpurukan, memberi ku semangat kuliah lagi, dan ingin ku nikahi, aku memang serius. Aku memang tidak bisa pacaran tanpa ML,kedua pacar ku sebelumnya pun ku perawani, dan istri ku tak terkecuali. Aku memang tidak pernah dan tidak suka ML pakai kondom, sehingga entah aku telat cabut, atau perhitungan istri ku salah, akhirnya kami menikah karena dia hamil. Salah satu yang sangat menentang pernikahan kami dan sangat membenci aku adalah kakak ipar ku, sebut saja Donita. ternyata baru ku tahu dia adalah cewek yang jarang punya pacar, pacarnya yang sekarang adalah pacar yang keduanya, dan bisa dibilang tidak begitu popular dikalangan pria. Beda dengan istri ku yang memang banyak yang suka, sehingga aku mematahkan hati cukup banyak pria karena dia menikah denganku. Yang membuat mbak Donita tambah benci kepada ku saat itu, mungkin karena aku tinggal bareng mertua dan masih merepotkan. Jadilah di rumah itu ada 6 orang, Ayah dan Ibu mertua, aku, istri, anak, dan mbak Donita. Ini belum termasuk eyang putrinya istriku.

Setelah putri pertama ku lahir, entah mengapa, aku sangat susah dapat jatah dari istri, bisa 1 bulan sekali, itupun kalo moodnya bagus. Banyak sekali alasannya, mulai dari capek mengurus anak, hingga dia berlendir, yang artinya tanda sedang subur. Mau tak mau aku harus menahan diri. Untungnya aku punya beberapa teman cewek yang baik hati dan mau jadi teman selingkuhku. Kami melakukannya karena memang suka dan butuh. Tapi kalau memang tidak bisa, ya balik ke selera asal, onani.

Aku bisa agak nyeleneh masalah sex. Aku dari SMA mulai menyuaki Panty Fethisism, maksudnya onani sambil mencium celana dalam bekas seorang wanita. Lebih bagus kalau aku tau memang itu celana dalam milik cewek yang aku suka, bekas pakai, jadi masih berbau khas cewek. Nikmat rasanya onani dan akhirnya menumpahkan sperma ke celana dalam bekas itu, sambil membayangkan menumpahkan sperma di memek cewek itu.
Beberapa kali aku terpaksa memakai celana dalam mbak Donita, kakak iparku, saat istri ku tak memberiku jatah. Memang kalau masalah cantik, labih cantik dan putih Ani, istri ku, tapi kalau masalah body, toket n bokong lebih besar mbak Donita.

Istri ku yang sudah menyusui saja cuma 38b, sedangkan mbak Donita yang belum menyusui sudah 38b juga, kadang kalau tak salah dia pakai yang 40b tergantung merek bra nya. Aku memang cowok yang tidak begitu mempermasalahkan muka pasanganku, yang penting enak dilihat, karean aku sadar diri aku tidak ganteng. Tapi yang penting cewek ku , harus chubby, agak gendut tak apa, asal bokong dan toketnya, wuih. Itulah alasan aku cukup sering memakai celana dalam mbak Donita untuk masrturbasi, bodynya itu yang bikin aku sering horny dan membayangkan ML sama dia. Dan semuanya aman-aman saja ku lakukan tanpa ketahuan, hingga suatu malam.

Malam itu seperti malam lainnya, dimana aku gagal minta jatah dan terpaksa mengendap-endap ke mesin cuci mencari celana dalam kotor mbak Donita untuk pelarian. Setelah mendapatkan yang ku cari, aku segera menuju ruang computer yang berada di belakang dekat kamar mandi. Aku mulai menyalakan computer, dan menonton koleksi bokep ku. Aku simpen di folder yang terproteksi password, jadi tak ada seorang pun yang bisa membukanya. Aku sudah hafal kebiasaan rumah ini. Tidak ada yang bangun ke kamar mandi sampai jam 4 pagi, jadi karena sekarang masih jam 12.30 malam, aku aman untk melakukan pelampiasan hasrat ku. Sebelum terlalu tenggelam dalam kegiatanku, ku cek sekali lagi kondisi rumah, semuanya tertidur lelap, kecuali mbak Donita yang sedang asyik telepon dengan pacarnya.

Tiba-tiba terdengar suara desahan tertahan dari dalam kamar mbak Donita. Aku yang terbiasa dengan suara seperti itu, jadi penasaran apa benar suara tersebut seperti dugaanku, mbak Donita sedang phone sex. Sampai sekarang aku tak bisa phone sex walaupun pernah sekali mencoba bersama salah satu teman cewek ku. Aku menunggu sambil pura-pura nonton tv. Tak berapa lama, mbak Donita keluar ke kamar mandi.

Aku pun mematikan tv dan ikut ke belakang. Mbak Donita pun langsung bertanya, “mau ngapain le?”, “main computer” jawab ku santai. Mbak Donita pun masuk kamar mandi, dan ketika dia keluar, aku pun bertanya dengan santainya, “habis ngapain mbak? kok ada suara suara dari dalam kamar tadi?”. Mbak Donita agak kaget, malu dan marah, “maksud mu apa to le? kamu nguping mbak telpon tadi? sambil pura-pura nonton tv?”

“siapa yang nguping? kan suaranya kedengeran sampai luar. kalau ada orang bangun nonton tv selain aku juga pasti denger suara desahan mbak di kamar. ngapain sih mbak? ga dapet jatah dari mas adi?” tanya ku santai. “sok tau kamu!” jawab mbak Donita sambil berlalu. Aku pun malas bertanya lagi, dan hanya berkutat di depan computer. Di rumah memang aku dipanggil tole oleh mertua dan mbak Donita, karena aku cowok satu-satunya selain mertua laki-laki.

Tak lama, aku mendengar samar ada teriakan tertahan. Penasaran, aku lalu menuju kamar mbak Donita, dan memang terdengar lagi desahan-desahan tertahan. Timbul niat iseng ku, ku ambil hp ku dan merekam desahan-desahan mbak Donita.Hanya sebentar, dan aku yang makin horny karena desahan mbak Donita, segera kembali ke computer dan memulai bokep ku. Celana dalam mbak Donita pun ku keluarkan, dan mulai ku n cium-cium aromanya. Ak pun mulai onani dengan santainya.

Lupa dengan kemungkinan mbak Donita keluar dan memergoki aku sedang onani. Dan ternyata benar saja, saat aku sedang hampir orgasme, dengan celana dalam mbak Donita ku ciumi aromanya, mbak Donita memergoki aku. Aku yang gagal orgasme, bercampur malu, bingung menyembunyikan celana dalam mbak Donita. “ooo, jadi begini to kalo kamu gak dapet jatah dari dek Ani? Ayo ngaku le! kamu habis ngapain tadi? tunjukin tu celana dalem!” perintah mbak Donita. “ampun mbak, kalo mbak gak bilang siapa-siapa, aku juga gak bakal kasih tau siapa-siapa tentang phone sex mbak deh.” nego ku dengan agak takut, karena memang mbak Donita terkenal galaknya. Mbak Donita pun tak kalah gertak,”mana buktinya kalau aku phone sex? kalau kamu, sudah ada bukti jelas”.

Aku dengan santainya mempedengarkan hasil rekaman ku., dan mbak Donita langsung melunak seketika. “ya jangan gitu lah le, kamu ga kubilangin deh, tapi hapus rekaman mu itu. aku malu kalo ketahuan le.” bujuk mbak Donita. Aku sih santai saja. karena sudah ku back up di computer dengan kabel data sesaat sebelum ini. aku pun menyanggupinya. Dengan mbak Donita yang lebih melunak, dia yang mengajak aku bicara duluan. “gak dapet jatah le?” tanya mbak Donita, sambil mendekati ku, menarik kursi dan duduk agak jauh dari ku. “ya iya lah mbak. kalo aku dapat jatah, aku mana mau onani. kan lebih enak ML. tapi dek Ani kan memang ada aja alasan untuk ga ML sama aku. terpaksa onani lah, daripada ke sarkem” (sarkem tu pasar kembang- tempat prostitusi di jogja). “trus mbak juga ngapain phone sex? kan tiap hari bisa minta mas Adi? masih kurang jatah malam ya? horny amat seh?” tanya ku. dan entah kenapa mbak Donita diam saja, malah balik bertanya. “itu celana dalam ku to? kenapa kamu pake onani le? kamu ga cukup sama de Ani. dan sudah berapa lama kamu kaya begini?” “kalau berapa lama, ya ga tau, tapi setiap ada kesempatan, dan de Ani ga kasih jatah, ya begini jadinya. aku kan orang yang gampang horny mbak.” jawab ku jujur, daripada nanti dia lebih marah lagi, bisa bahaya. “trus mbak sendiri ngapain? tadi belum jawab pertanyaan ku lo”. Mbak Donita tak menjawab. dia hanya diam, dn mendekati ku. “Le, ‘punya’ mu sebesar apa to? coba ku lihat.”, sambil menark tangan ku yang menutupi kontol dan celana dalamnya.

Agak kaget dia ketika melihat kontol ku yang sudah menegang, dan diambilnya celana dalamnya yang sudah basah oleh sperma ku, dilihat dan diciumnya celana dalamnya. “bau pejuh mu le, lumayan kental ya. kontol mu juga sedikit lebih besar dari mas Adi. De Ani dulu selalu ngerasain itu ya?” Ku lihat mbak Donita yang sepertinya horny juga lihat kontol ku, wah kesempatan nih, pikir ku. “kalau mau pegang boleh loh mbak”. Tapi mbak Donita malah bangun dan masuk kamarnya, tanpa berkata apa pun, membawa celana dalamnya yang ku pakai onani tadi, entah untuk apa.

Besoknya, aku dirumah sendirian. Ayah dan ibu mertua kerja, istri ku ada kuliah, sedangkan mbak Donita sudah pergi entah kemana. Anak ku biasanya dititipkan ke tante dari istri ku, karena memang harusnya aku pun sedang mengajar. Aku kerja sambilan jadi tentor di sebuah lembaga pendidikan. Tapi karena tadi pagi ternyata ada sms tidak ada kelas, aku di rumah saja. aku lantas beDonitasiatif membersihkan rumah. Maklum numpang mertua, jadi harus bantu bersihin rumah. Tiba-tiba ada suara motor masuk, ku kira istri ku sudah pulang kuliah, tapi ternyata mbak Donita yang pulang. Mbak Donita masuk tanpa menyapa ku. Aku pun tak peduli, dan selesai bersih-bersih, aku langsung nonton tv. Tak ku duga mbak Donita memanggilku, “le! kesini bentar! aku mau ngomong! penting!” nadanya agak tinggi. Aku yang malas, menghampirinya. Kaget juga aku saat tau di kamarnya dia siap sedang bersiap ganti baju. “Duduk le! Aku Cuma mau kasih tau kamu, kamu ga boleh lagi onani kaya semalam. bagaimana pun juga kamu sudah punya istri. dan kalau tidak bisa tahan dan horny sekali, kamu kan bisa minta sama aku.” kata-kata terakhir mbak Donita adalah kata-kata yang paling aneh yang pernah ku dengar. “jangan bercanda lah mbak. nanti kalau aku mau beneran baru kapok loh” jawab ku setengah tak percaya.

Mbak Donita dengan tak terduga melemparkan celana dalam yang kemarin ku pakai onani kepada ku, dan lalu melorotkan celana pendek jins yang dia pakai. Aku diam dan kaget melihatnya, Gila, ada apa dengan mbak Donita sih? tanya ku dalam hati. Setelah celananya lepas, dia pun melepas celana dalamnya, lalu melemparkannya pada ku. “cepat onani lagi pakai celana dalam ku, aku juga mau onani liat kamu onani. biar adil kita” Aku hanya diam, walau kontol ku sudah tegang, dan sangat terangsang melihat dia mulai duduk mengangkang dan memainkan klitorisnya sendiri. Aku mengambil celana dalam yang dipakainya, hitam, agak transparan, dan ku cium, lalu ku sentuhkan ke kontol ku dan mulai onani.

Tak tahan dengan pemandangan dan tau kalau mbak Donita belum akan orgasme, aku menawarkan sesuatu pada mbak Donita, “mau ku bikin orgasme enak ga mbak? dijamin minta lagi deh”. Tanpa menunggu jawaban, aku pun menghampiri mbak Donita dan mendekat wajah ku ke gawuknya. Mbak Donita tampaknya tahu apa yang akan ku lakukan. Ku mulai dengan mencium bibir gawuknya, mulai menjilati selangkangan dan bagian dalam pahanya. Lalu aku mulai naik menjilati klitorisnya. Mbak Donita yang dari tadi sepertinya menahan desahan, tiba-tiba menekan kepala ku ke gawuknya. Aku mulai menikmati seluruh bagian gawuknya. Aku sangat suka menjilati gawuk wanita, baunya yang khas, rasanya yang khas, semuanya menggoda ku untuk terus menjilat, mencium dan menghisap gawuknya. Mbak Donita ternyata sangat suka ketika aku menghisap dan menggigit klitorisnya. Desahannya makin menjadi saat ku lakukan itu. Jari ku pun tak mau diam, aku mulai memasukkan jari manis dan tengah ku mencari g-spotnya. Tiba-tiba mbak Donita membuka semua sisa pakaiannya, lalu menarik tangan kiri ku ke toketnya, dan aku mulai merangsang toketnya.

Tak lama, dengan intensnya rangsangan di g-spot dan klitorisnya, mbak Donita pun orgasme, dengan aku yang masih menghisapi klitorisnya kuat-kuat. Basah semua mulutku dengan cairan gawuknya.
Mbak Donita yang sepertinya sudah cukup pulih tenaganya menarik ku duduk di sebelahnya. Aku pun mulai lagi rangsangan di gawuk dan mulai menghisapi putingnya. Tanpa ku duga, mbak Donita menarik muka ku dan mencium bibir ku penuh nafsu, dan ku layani ciumannya, sambil terus melakukan rangsangan di toket dan gawuknya. Tangan mbak Donita tiba-tiba aktif mengocok kontol ku. Selepas ciuman, mbak Donita langsung mengarahkan mulutnya untuk menyepong ku. Ku sambut dengan sedikit jambakan rambut, agar batang kontol ku bisa masuk semua dan bisa menyentuh kerongkongannya. Teknik sepong mbak Donita ternyata hebat, entah belajar dimana dia. Istri ku tak pernah mau menyepong ku, jadi aku sangat suka saat mbak Donita ternyata menyepong ku. Kepala kontol ku dihisap keras-keras, dan lubang kencing ku dijilatinya begitu nikmat hingga hampir saja aku orgasme.

Tak tahan lagi ingin mencoba kakak ipar sendiri, aku langsung minta ijin memasukkan kontol ku ke gawuknya yang lumayan sempit.(dibanding istri ku yang sudah pernah melahirkan). Mbak Donita tak menjawab apa-apa, hanya mebuka pahanya lebar, lalu melepaskan kontol ku dari mulutnya, lalu mulai menciumi ku. Perlahan ku arahkan dan ku masukkan kontol ku ke gawuknya. Ku tekan pelan, mulai masuk, dan akhirnya masuk semua batang kontolku dalam gawuk mbak Donita. Mulai ku genjot pelan, kami pakai gaya misionaris. Mbak Donita mulai mendesah agak keras, aku pun mulai mempercepat genjotan ku. “Enak le? sama dek Ani enak mana?” tanya mbak Donita pada ku yang sibuk menghisap dan menggigit putingnya. “Dek Ani sudah agak longgar mbak, lebih sempit gawuk mbak lah. Aku suka banget loh mbak. Apa lagi aku dah hampir 1 bulan ga dapat jatah. Ini benar-benar sangat enak. Toket mbak memang mantap, lebih padat dan besar dari dek Ani. Kemarin-kemarin cuma bisa onani sambil bayangin ngentot mbak Donita. Eh, sekarang malah ngentot beneran. Mbak sendiri kenapa akhirnya mau mbak?” tanya ku sambil tetap menggenjot. Mbak Donita yang kelabakan dengan genjotan ku, menjawab sekenanya. “ga puas ma mas adi le, dan penasaran sama kontol mu. enak gak kalau masuk gawukku? Ternyata gede dan enak ya le. Tau begini, dari dulu-dulu mbak ngajak kamu *******. mbak suka banget kamu jilatin gawuk mbak kaya tadi. nanti lagi ya.” “oke mbak, asal aku dapat gawuk mbak, aku pasti puasin mbak lah.”

Cukup lama juga gaya misionaris ini. Lalu mbak Donita mulai beDonitasiatif diatas, memperlihatkan goyangan toketnya yang besar itu sambil ku remas dan ku hisap, bahkan ku gigit yang ternyata membuat mbak Donita tambah liar menggoyangkan pantat dan bahkan mengkegel kontol ku. Tak kuat akan orgasme, ku minta mbak Donita menungging dan aku mulai gaya favorit ku, doggie, yang ternyata juga gaya favorit mbak Donita. Sebelum ku sodok, ku jilati dulu belahan dan lubang pantat mbak Donita. “Geli le, tapi enak” katanya. Saat ku sodok dan ku pacu gawuknya dengan agak kasar dan cepat, ku masukkan juga jari telunjukku ke lobang pantat mbak Donita. Mbak Donita mendesah lebih seru seperti menikmati sodokan di kedua lobangnya. Tak lama mbak Donita meminta ku memacu lebih keras dan cepat, “yang cepet le, lebih dalem lagi, agh…agah…enak le…yang kuat le…agh…mmmhhh…agak kasar…pantat ku kobel aja le…agh…masukin lagi jari mu….enak le….bentar lagi aku orgasme…agh…agh….agh…aaaaaagggghhhhh…… !!!!” teriak mbak Donita yang tak peduli apa-apa lagi selain nikmatnya sex. Aku pun mengistirahatkan sejenak kontol ku. Setelah cukup pulih dan selesai orgasme mbak Donita, kembali ku pacu dengan cepat gawuknya.

Sebentar saja, aku bertanya, “mbak, ku keluarin dalem gawuk ya. biar plong rasanya, dan puas bisa orgasme dalam gawuk mbak.” Mbak Donita hanya terus mendesah dan ku anggap itu jawaban “ya”. “mbak…enak mbak…di kegel mbak…kempot kontol ku mbak…enak mbak…agh…agh…keluar mbak!…” Ku tunggu berhenti muncratnya pejuh ku, lalu ku cabut kontol ku agar aku bisa berbaring disebelah mbak Donita. Tapi mbak Donita langsung menyambar kontol ku dan menghisap, mungkin membersihkan sisa pejuh ku. “enak pejuh mu le. pantes dek Ani suka. tapi tenang, aku punya pil kok. kan mas Adi juga gak mau numpahin pejuh di luar gawuk ku.” Ku cium mbak Donita, lalu mulai kurangsang lagi dia. Pejuh ku yang keluar dari gawuknya diambilnya dengan jari dan dijilatnya. “kalau mau coba nanti bisa ku keluarin di mulut mbak deh. mau coba? dek Ani ga pernah mau, jadi ku kira mbak gak suka” kata ku.

Mbak Donita tak berkata apa-apa, tapi langsung memegang kontol ku dan mulai menyepong. “Nikmatnya, tau begini dari dulu ya mbak. coba bisa tiap hari begini. asyik deh” Mbak Donita tak berkomentar dan terus menyepong. Aku pun tak mau kalah, ku jilati dubur mbak Donita. Semoga mbak Donita mau di anal.
Aku yang sudah tak tahan lagi, mulai mencoba memasukkan kontol ku dalam gawuk mbak Donita. Mulai ku genjot dia dari samping. dan aku pun mulai merayu dia untuk ku anal. “sakit ah le kalo silit. dan aku gak bisa e’e’ lo. kalo pake jari tadi memang enak. tapi kalo pake kontol masih takut.” aku terus membujuknya, dan meyakinkan kalau rasa dan sensasinya mirip ngentot di gawuk. Dan entah bagaimana, akhirnya mbak Donita mau mencoba anal. Dengan ini, mbak Donita jadi cewek ke 7 yang ku perawani duburnya. Cewek-cewek sebelumnya, semua teman sex ku, dan tak jarang cewek yang ku ajak One Night Stand pun ku anal, karena mereka sudah pernah di anal. Aku memang suka anal, sempit gimana gitu, sensasi rasanya beda dengan gawuk.

Cerita Bokep Dewasa Mesum Di Wc

Cerita Bokep Dewasa Mesum Di Wc

 

“Beneran enak lo le, awas kalo sakit doang dan ga enak.” kata mbak Donita cemas. Ku jilati silit mbak Donita, dan kupastikan kontol ku sudah cukup licin. Mbak Donita ku minta nungging, dan ku coba buka lubang silitnya, dan mulai ku tusukkan kontol ku perlahan,. Mungkin karena cukup licin, ½ kontol ku sudah masuk ke silitnya. Kubiarkan beradaptasi dulu, lalu mulai ku pacu pelan. Tampak mbak Donita menahan sakitnya, tapi mendesah cukup keras. lama kelamaan, karena mulai terbiasa, ku pacu lebih cepat silit itu. “Enak le, agh…agh…agak cepet dikit dong le…enak silit ku….gawuk ku di kobel dong le….agh…agh…agh…” pinta mbak Donita. Otomatis tangan kanan ku memainkan klitoris dan g-spot mbak Donita.

Ku masukkan jari tengah dan manis ku lagi. sementara, mbak Donita sibuk mendesah dan mencubit puting, dan kadang klitorisnya sendiri. Tak lama, mbak Donita meminta ku mengganti posisi. Dia ingin diatas, dan aku menyodok silitnya lagi. “Enak ternyata le, besok lagi ya, agh..agh..” setelah agak lama, mbak Donita pun orgasme, tapi aku tak memperlambat laju ku. “agh..aku sudah le” “sabar mbak, sebentar lagi aku juga sampai..agh…agh..aaagghhh..” ku keluarkan semua sisa pejuh ku di silit mbak Donita. Tak lupa sisa yang masih ada di kontol ku di jilat bersih oleh mbak Donita. Aku menciumnya dan bilang “makasih ya mbak, gawuk dan silit mbak memang top. jangan marah kalo besok aku minta lagi ya mbak.” dan mbak Donita hanya tersenyum “aku juga puas banget kok le.sudah sana cepet. kamu ada les tho. aku juga mau ketemu temen. keburu dek Ani pulang juga.” Mbak Donita bergegas ke kamar mandi, sedang aku masak mi instant karena lapar sekali. Aku dan mbak Donita makan bersama. dan baru ketemu lagi malamnya.

Malamnya, kami bertingkah biasa saja, kecuali aku tetap tak bisa tidur. Mbak Donita yang terbangun tengah malam bertanya” kok belom tidur le? gak capek? aku aja capek banget. jangan bilang kamu minta jatah sama aku malam ini. aku gak bisa. capek banget”. dan setengah bercanda, ku perlihatkan kontol ku yang memang lagi tegang padanya. “gak bisa tidur kalo masih tegang begini. sepongin dong mbak, biar loyo dan bisa tidur.” Mbak Donita pun tanpa ragu memegang penis ku, dan mulai menyepong. “Jepit pake toket dong mbak, tapi nanti keluarinnya semua di mulut mbak, gak boleh ada yang tumpah. kalo tumpah aku mau silit mbak.” mbak Donita terus menyepong sambil membuka baju tidur yang ternyata dia tidak pakai bra. Langsung dijepit toket 40b mbak Donita sambil dihisap kepala kontol ku. Akhirnya, aku pun orgasme yang langsung dihisap semua dalam mulut mbak Donita. Tanpa sisa, dan tanpa komentar selain “memang lebih enak pejuh mu le daripada mas Adi. gak nyesel aku ngentot sama kamu”, dia mencium ku dan masuk ke kamar lagi.

Banyak sekali cerita seru seks ku dengan mbak Donita. Dia memang tempat pelampiasan utama seks ku. Ku akui aku jauh lebih sering ngentotin mbak Donita daripada istri ku. Tentu semua tanpa ketahuan. Saat rumah sepi, atau quickie di kamar mandi, mbak Donita selalu mau dan minta ku entot. Yang paling favorit tetap silitnya yang sempit itu. Sekarang dia kerja di jakarta. Tapi kalau pulang ke jogja, dia pasti minta jatah pejuh pada ku, dan aku akan menikmati silit sempit kakak ipar ku.

Cerita Dewasa | Pacar-ku dan Adik-adiknya

$
0
0

Cerita Dewasa | Pacar-ku dan Adik-adiknya – Cerita ini berawal ketika aku pacaran dengan Dian. Dian adalah seorang gadis mungil dengan tubuh yang seksi dan dibalut oleh kulit yang putih mulus. Walaupun payudaranya tidak terlalu besar, ya… kira-kira berukuran 34 lah. Selama pacaran, kami belum pernah berhubungan badan. Hanya saja kalau nafsu sudah tidak bisa ditahan, biasanya kami melakukan oral seks.

Dian memiliki dua orang adik perempuan yang cantik. Adiknya yang pertama, namanya Elsa, juga mempunyai kulit yang putih mulus. Namun payudaranya jauh lebih besar daripada kakaknya. Menurut kakaknya, ukurannya 36B. Inilah yang selalu menjadi perhatianku kalau aku sedang ngapel ke rumah Dian. Payudaranya yang berayun-ayun kalau sedang berjalan, membuat penisku berdiri tegak karena membayangkan betapa enaknya memegang payudaranya.

Sedangkan adiknya yang kedua masih kelas 2 SMP. Namanya Agnes. Tidak seperti kedua kakaknya, kulitnya berwarna sawo matang. Tubuhnya semampai seperti seorang model cat walk. Payudaranya baru tumbuh. Sehingga kalau memakai baju yang ketat, hanya terlihat tonjolan kecil dengan puting yang mencuat. Walaupun begitu, gerak-geriknya sangat sensual.

Pada suatu hari, saat di rumah Dian sedang tidak ada orang, aku datang ke rumahnya. Wah, pikiranku langsung terbang ke mana-mana. Apalagi Dian mengenakan daster dengan potongan dada yang rendah berwarna hijau muda sehingga terlihat kontras dengan kulitnya. Kebetulan saat itu aku membawa VCD yang baru saja kubeli. Maksudku ingin kutonton berdua dengan Dian. Baru saja hendak kupencet tombol play, tiba-tiba Dian menyodorkan sebuah VCD porno.
“Hei, dapat darimana sayang?” tanyaku sedikit terkejut.
“Dari teman. Tadi dia titip ke Dian karena takut ketahuan ibunya”, katanya sambil duduk di pangkuanku.
“Nonton ini aja ya sayang. Dian kan belum pernah nonton yang kayak gini, ya?” pintanya sedikit memaksa.
“Oke, terserah kamu”, jawabku sambil menyalakan TV.

Beberapa menit kemudian, kami terpaku pada adegan panas demi adegan panas yang ditampilkan. Tanpa terasa penisku mengeras. Menusuk-nusuk pantat Dian yang duduk di pangkuanku. Dian pun memandang ke arahku sambil tersenyum. Rupanya dia juga merasakan.
“Ehm, kamu udah terangsang ya sayang?” tanyanya sambil mendesah dan kemudian mengulum telingaku.

Aku hanya bisa tersenyum kegelian. Lalu tanpa basa-basi kuraih bibirnya yang merah dan langsung kucium, kujilat dengan penuh nafsu. Jari-jemari Dian yang mungil mengelus-elus penisku yang semakin mengeras. Lalu beberapa saat kemudian, tanpa kami sadari ternyata kami sudah telanjang bulat. Segera saja Dian kugendong menuju kamarnya. Di kamarnya yang nyaman kami mulai melakukan foreplay. Kuremas payudaranya yang kiri. Sedangkan yang kanan kukulum putingnya yang mengeras. Kurasakan payudaranya semakin mengeras dan kenyal.

Kuganti posisi. Sekarang lidahku liar menjilati vaginanya yang basah. Kuraih klitorisnya, dan kugigit dengan lembut.
“Aahh… ahh… sa.. sayang, Dian udah nggak kuat… emh… ahh… Dian udah mau keluar… aackh… ahh… ahh!”
Kurasakan ada cairan hangat yang membasahi mukaku. Setelah itu, kudekatkan penisku ke arah mulutnya. Tangan Dian meremas batangku sambil mengocoknya dengan perlahan, sedangkan lidahnya memainkan buah pelirku sambil sesekali mengulumnya. Setelah puas bermain dengan buah pelirku, Dian mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Mulutnya yang mungil tidak muat saat penisku masuk seluruhnya. Tapi kuakui sedotannya memang nikmat sekali.

Sambil terus mengulum dan mengocok batang penisku, Dian memainkan puting susuku. Sehingga membuatku hampir ejakulasi di mulutnya. Untung masih dapat kutahan. Aku tidak mau keluar dulu sebelum merasakan penisku masuk ke dalam vaginanya yang masih perawan itu.

Saat sedang hot-hotnya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku dan Dian terkejut bukan main. Ternyata yang datang adalah kedua adiknya. Keduanya spontan berteriak kaget.
“Kak Dian, apa-apan sih? Gimana kalau ketahuan Mama?” teriak Agnes.
Sedangkan Elsa hanya menunduk malu.

Aku dan Dian saling berpandangan. Kemudian aku bergerak mendekati Agnes. Melihatku yang telanjang bulat dengan penis yang berdiri tegak, membuat Agnes berteriak tertahan sambil menutup matanya.
“Iih… Kakak!” jeritnya. “Itunya berdiri!” katanya lagi sambil menunjuk penisku.
Aku hanya tersenyum melihat tingkah lakunya. Setelah dekat, kurangkul dia sambil berkata,
“Agnes, Kakak sama Kak Dian kan nggak ngapa-ngapain. Kita kan lagi pacaran. Yang namanya orang pacaran ya… kayak begini ini. Nanti kalo Agnes dapet pacar, pasti ngelakuin yang kayak begini juga. Agnes udah bisa apa belum?” tanyaku sambil mengelus pipinya yang halus.
Agnes menggeleng perlahan.
“Mau nggak Kakak ajarin?” tanyaku lagi.
Kali ini sambil meremas pantatnya yang padat.
“Mmh, Agnes malu ah Kak”, desahnya.
“Kenapa musti malu? Agnes suka nggak sama Kakak?” kataku sambil menciumi belakang lehernya yang ditumbuhi rambut halus.
“Ahh, i.. iya. Agnes udah lama suka ama Kakak. Tapinya nggak enak sama Kak Dian”, jawabnya sambil memejamkan mata.

Tampaknya Agnes menikmati ciumanku di lehernya. Setelah puas menciumi leher Agnes, aku beralih ke Elsa.
“Kalo Elsa gimana? Suka nggak ama Kakak?” Elsa mengangguk sambil kepalanya masih tertunduk.
“Ya udah. Kalo gitu tunggu apa lagi”, kataku sambil menggandeng keduanya ke arah tempat tidur.
Elsa duduk di pinggiran tempat tidur sambil kusuruh untuk mengulum penisku. Pertamanya sih dia nggak mau, tapi setelah kurayu sambil kuraba payudaranya yang besar itu, Elsa mau juga. Bahkan setelah beberapa kali memasukkan penisku ke dalam mulutnya, Elsa tampaknya sangat menikmati tugasnya itu.

Sementara Elsa sedang memainkan penisku, aku mulai merayu Agnes.
“Agnes, bajunya Kakak buka ya?” pintaku sedikit memaksa sambil mulai membuka kancing baju sekolahnya.
Lalu kulanjutkan dengan membuka roknya. Ketika roknya jatuh ke lantai, terlihat CD-nya sudah mulai basah. Segera saja kulumat bibirnya dengan bibirku. Lidahku bergerak-gerak menjilati lidahnya. Agnes pun kemudian melakukan hal yang sama. Sambil tetap menciumi bibirnya, tanganku bermaksud membuka BH-nya. Tapi segera ditepiskannya tanganku.
“Jangan Kak, malu. Dada Agnes kan kecil”, katanya sambil menutupi dadanya dengan tangannya.

Dengan tersenyum kuajak dia menuju ke kaca yang ada di meja rias. Kusuruh dia berkaca. Sementara aku ada di belakangnya.
“Dibuka dulu ya!” kataku membuka kancing BH-nya sambil menciumi lehernya.
Setelah BH-nya kujatuhkan ke lantai, payudaranya kuremas perlahan sambil memainkan putingnya yang berwarna coklat muda dan sudah mengeras itu.
“Nah, kamu lihat sendiri kan. Biar dada kamu kecil, tapi kan bentuknya bagus. Lagian kamu kan emang masih kecil, wajar aja kalo dada kamu kecil. Nanti kalo udah gede, dada kamu pasti ikutan gede juga”, kataku sambil mengusapkan penisku ke belahan pantatnya.

Agnes mendesah keenakan. Kepalanya bersandar ke dadaku. Tangannya terkulai lemas. Hanya nafasnya saja yang kudengar makin memburu. Segera kugendong dia menuju ke tempat tidur. Kutidurkan dan kupelorotkan CD-nya. Bulu kemaluannya masih sangat jarang. Menyerupai bulu halus yang tumbuh di tangannya. Kulebarkan kakinya agar mudah menuju ke vaginanya. Kucium dengan lembut sambil sesekali kujilat klitorisnya. Sementara Elsa kusuruh untuk meremas-remas payudaranya adiknya itu.
“Aahh… ach… ge… geli Kak. Tapi nikmat sekali, aahh terus Kak. Jangan berhenti. Mmh… aahh… ahh.”

Setelah puas dengan vagina Agnes. Aku menarik Elsa menjauh sedikit dari tempat tidur. Dian kusuruh meneruskan. Lalu dengan gaya 69, Dian menyuruh Agnes menjilati vaginanya. Sementara itu, aku mulai mencumbu Elsa. Kubuka kaos ketatnya dengan terburu-buru. Lalu segera kubuka BH-nya. Sehingga payudaranya yang besar bergoyang-goyang di depan mukaku.
“Wow, tete kamu bagus banget. Apalagi putingnya, merah banget kayak permen”, godaku sambil meremas-remas payudaranya dan mengulum putingnya yang besar.
Sedangkan Elsa hanya tersenyum malu.
“Ahh, ah Kakak, bisa aja”, katanya sambil tangan kirinya mengelus kepalaku dan tangan kanannya berusaha manjangkau penisku.
Melihat dia kesulitan, segera kudekatkan penisku dan kutekan-tekankan ke vaginanya. Sambil mendesah keenakan, tangannya mengocok penisku. Karena kurasakan air maniku hampir saja muncrat, segera kuhentikan kocokannya yang benar-benar nikmat itu. Harus kuakui, kocokannya lebih nikmat daripada Dian.

Setelah menenangkan diri agar air maniku tidak keluar dulu, aku mulai melorotkan CD-nya yang sudah basah kuyup. Begitu terbuka, terlihat bulu kemaluannya lebat sekali, walaupun tidak selebat Dian, sehingga membuatku sedikit kesulitan melihat vaginanya. Setelah kusibakkan, baru terlihat vaginanya yang berair. Kusuruh Elsa mengangkang lebih lebar lagi agar memudahkanku menjilat vaginanya. Kujilat dan kuciumi vaginanya. Kepalaku dijepit oleh kedua pahanya yang putih mulus dan padat. Nyaman sekali pikirku.
“aahh, Kak… Elsa mau pipiss…” erangnya sambil meremas pundakku.
“Keluarin aja. Jangan ditahan”, kataku.
Baru selesai ngomong, dari vaginanya terpancar air yang lumayan banyak. Bahkan penisku sempat terguyur oleh pipisnya. Wah nikmat sekali jeritku dalam hati. Hangat. Setelah selesai, kuajak Elsa kembali ke tempat tidur.

Kulihat Dian dan Agnes sedang asyik berciuman sambil tangan keduanya memainkan vaginanya masing-masing. Sementara di sprei terlihat ada banyak cairan. Rupanya keduanya sudah sempat ejakulasi. Karena Dian adalah pacarku, maka ia yang dapat kesempatan pertama untuk merasakan penisku. Kusuruh Dian nungging.
“Sayang, Dian udah lama nunggu saat-saat ini”, katanya sambil mengambil posisi nungging.
Setelah sebelumnya sempat mencium bibirku dan kemudian mengecup penisku dengan mesra. Tanpa berlama-lama lagi, kuarahkan penisku ke vaginanya yang sedikit membuka. Lalu mulai kumasukkan sedikit demi sedikit. Vaginanya masih sangat sempit. Tapi tetap kupaksakan. Dengan hentakan, kutekan penisku agar lebih masuk ke dalam.
“Aachk! Sayang, sa… sakit! aahhck… ahhck…” Dian mengerang tetapi aku tak peduli.

Penisku terus kuhunjamkan. Sehingga akhirnya penisku seluruhnya masuk ke dalam vaginanya. Kuistirahatkan penisku sebentar. Kurasakan vaginanya berdenyut-denyut. Membuatku ingin beraksi lagi. Kumulai lagi kocokan penisku di dalam vaginanya yang basah sehingga memudahkan penisku untuk bergerak. Kutarik penisku dengan perlahan-lahan membuatnya menggeliat dalam kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Makin kupercepat kocokanku. Tiba-tiba tubuh Dian menggeliat dengan liar dan mengerang dengan keras. Kemudian tubuhnya kembali melemas dengan nafas yang memburu. Kurasakan penisku bagai disemprot oleh air hangat. Rupanya Dian sudah ejakulasi.

Kucabut penisku dari vaginanya. Terlihat ada cairan yang menetes dari vaginanya.
“Kok ada darahnya sayang?” tanya Dian terkejut ketika melihat ke vaginanya.
“Kan baru pertama kali”, balas Dian mesra.
“Udah, nggak apa-apa. Yang penting nikmat kan sayang?” kataku menenangkannya sambil mengeluskan penisku ke mulut Elsa.
Dian cuma tersenyum dan setelah kucium bibirnya, aku pindah ke Elsa. Sambil mengambil posisi mengangkang di atasnya, kudekatkan penisku ke mulutnya. Kusuruh mengulum sebentar. Lalu kuletakkan penisku di antara belahan payudaranya. Kemudian kudekatkan kedua payudaranya sehingga menjepit penisku. Begitu penisku terjepit oleh payudaranya, kurasakan kehangatan.
“Ooh… Elsa, hangat sekali. Seperti vagina”, kataku sambil memaju-mundurkan pinggulku.

Elsa tertawa kegelian. Tapi sebentar kemudian yang terdengar dari mulutnya hanyalah desahan kenikmatan. Setelah beberapa saat mengocok penisku dengan payudaranya, kutarik penisku dan kuarahkan ke mulut bawahnya.
“Dimasukin sekarang ya?” kataku sambil mengusapkan penisku ke bibir kewanitaannya.
Kusuruh Elsa lebih mengangkang. Kupegang penisku dan kemudian kumasukkan ke dalam kewanitaannya. Dibanding Dian, vagina Elsa lebih mudah dimasuki karena lebih lebar. Kedua jarinya membuka kewanitaannya agar lebih gampang dimasuki. Sama seperti kakaknya, Elsa sempat mengerang kesakitan. Tapi tampaknya tidak begitu dipedulikannnya. Kenikmatan hubungan seks yang belum pernah dia rasakan mengalahkan perasaan apapun yang dia rasakan saat itu.

Kupercepat kocokanku.
“Aahh… aahh… aacchk… Kak terus Kak… ahh… ahh… mmh… aahh… Elsa udah mau ke… keluar.”
Mendengar itu, semakin dalam kutanamkan penisku dan semakin kupercepat kocokanku.
“Aahh… Kak… Elsa keluar! mmh… aahh… ahh…” Segera kucabut penisku.
Dan kemudian dari bibir kemaluannya mengalir cairan yang sangat banyak.
“Elsa, nikmat khan?” tanyaku sambil menyuruh Agnes mendekat.
“Enak sekali Kak. Elsa belum pernah ngerasain yang kayak gitu. Boleh kan Elsa ngerasain lagi?” tanyanya dengan mata yang sayu dan senyum yang tersungging di bibirnya.
Aku mengangguk. Dengan gerakan lamban, Elsa pindah mendekati Dian. Yang kemudian disambut dengan ciuman mesra oleh Dian.
“Nah, sekarang giliran kamu”, kataku sambil merangkul pundak Agnes.

Kemudian, untuk merangsangnya kembali, kurendahkan tubuhku dan kumainkan payudaranya. Bisa kudengar jantungnya berdegup dengan keras.
“Agnes jangan tegang ya. Rileks aja”, bujukku sambil membelai-belai vaginanya yang mulai basah.
Agnes cuma mengangguk lemah. Kubaringkan tubuhku. Kubimbing Agnes agar duduk di atasku. Setelah itu kuminta mendekatkan vaginanya ke mulutku. Setelah dekat, segera kucium dan kujilati dengan penuh nafsu. Kusuruh tangannya mengocok penisku.

CERITA MESUM ~ ANAKKU SARANA PELAMPIASAN NAPSUKU

CERITA MESUM ~ ANAKKU SARANA PELAMPIASAN NAPSUKU

 

Beberapa saat kemudian,
“Kak… aahh… ada yang… mau… keluar dari memiaw Agnes… aahh… ahh”, erangnya sambil menggeliat-geliat.
“Jangan ditahan Agnes. Keluarin aja”, kataku sambil meringis kesakitan.
Soalnya tangannya meremas penisku keras sekali. Baru saja aku selesai ngomong, vaginanya mengalir cairan hangat.
“Aahh… aachk… nikmat sekali Kak… nikmat…” jerit Agnes dengan tangan meremas-remas payudaranya sendiri.
Setelah kujilati vaginanya, kusuruh dia jongkok di atas penisku. Begitu jongkok, kuangkat pinggulku sehingga kepala penisku menempel dengan bibir vaginanya. Kubuka vaginanya dengan jari-jariku, dan kusuruh dia turun sedikit-sedikit. Vaginanya sempit sekali. Maklum, masih anak-anak. Penisku mulai masuk sedikit-sedikit. Agnes mengerang menahan sakit. Kulihat darah mengalir sedikit dari vaginanya. Rupanya selaput daranya sudah berhasil kutembus.

Setelah setengah dari penisku masuk, kutekan pinggulnya dengan keras sehingga akhirnya penisku masuk semua ke vaginanya. Hentakan yang cukup keras tadi membuat Agnes menjerit kesakitan. Untuk mengurangi rasa sakitnya, kuraba payudaranya dan kuremas-remas dengan lembut. Setelah Agnes merasa nikmat, baru kuteruskan mengocok vaginanya. Lama-kelamaan Agnes mulai menikmati kocokanku. Kunaik-turunkan tubuhnya sehingga penisku makin dalam menghunjam ke dalam vaginanya yang semakin basah. Kubimbing tubuhnya agar naik turun.
“Aahh… aahh… aachk… Kak… Agnes… mau keluar… lagi”, katanya sambil terengah-engah.
Selesai berbicara, penisku kembali disiram dengan cairan hangat. Bahkan lebih hangat dari kedua kakaknya.

Begitu selesai ejakulasi, Agnes terkulai lemas dan memelukku. Kuangkat wajahnya, kubelai rambutnya dan kulumat bibirnya dengan mesra. Setelah kududukkan Agnes di sebelahku, kupanggil kedua kakaknya agar mendekat. Kemudian aku berdiri dan mendekatkan penisku ke muka mereka bertiga. Kukocok penisku dengan tanganku. Aku sudah tidak tahan lagi. Mereka secara bergantian mengulum penisku. Membantuku mengeluarkan air mani yang sejak tadi kutahan. Makin lama semakin cepat. Dan akhirnya,
crooottt… croott… creet… creet! Air maniku memancar banyak sekali.
Membasahi wajah kakak beradik itu. Kukocok penisku lebih cepat lagi agar keluar lebih banyak. Setelah air maniku tidak keluar lagi, ketiganya tanpa disuruh menjilati air mani yang masih menetes. Lalu kemudian menjilati wajah mereka sendiri bergantian.

Setelah selesai, kubaringkan diriku, dan ketiganya kemudian merangkulku. Agnes di kananku, Elsa di samping kiriku, sedangkan Dian tiduran di tubuhku sambil mencium bibirku. Kami berempat akhirnya tertidur kecapaian. Apalagi aku, sepanjang pengalamanku berhubungan seks, belum pernah aku merasakan yang senikmat ini. Dengan tiga orang gadis, adik kakak, masih perawan pula semuanya. That was the best day of my live.

Tamat


Cerita Ngentot | Tukar Pasangan Dina dan Pembantu

$
0
0

Cerita Ngentot | Tukar Pasangan Dina dan Pembantu ~ Aku terbangun karena hp ku berdering. Kulihat Dina, abg yang kugarap tadi malam, masih terlelap. Toketnya yang montok bergerak seiring dengan tarikan napasnya. Pengen aku menggelutinya lagi, tetapi temanku Ardi sedang menunggu diujung hp. Aku keluar kamar supaya Dina gak terganggu dengan pembicaraanku.

“Baru bangun ya”, terdengar suara Ardi diujung sana.
“Iya, mau ngapain pagi gini dah nelpon, masih ngantuk”, jawabku.
“Gini ari baru bangun, udah jam 10 nih. Pasti ngegarap abg ya”.
“La iya lah”, jawabku.
“Ada apa”.
“Tukeran abg yuk, aku semalam main ama pembantu sebelah”.
“Pembantu? emangnya gak ada cewek yang lain”, kataku, rada kesel.

Masak Dina mau dituker ama pembantu. “Tunggu dulu, biar pembantu Ana cantik kaya anak gedongan. Bodinya montok banget dan napsunya gede banget, maunya terus2an main. Kamu pasti puas lah main ama dia”. “Masak sih, kalo cewekku Dina, anak skolahan, montok dan binal kalo di ranjang”, jawabku lagi. “Ya udah, kita tukeran aja, mau enggak. Kalo mau aku ama Ana cabut kerumahmu sekarang”. Aku tertarik juga dengan tawaran, pengen juga aku ngeliat kaya apa sih pembantu yang katanya kaya anak gedongan, “Ok, dateng aja”. Pembicaraan terhenti. Aku kembali ke kekamar.

Cerita Dewasa | Dina udah bangun. “Ada apa om, mau maen lagi gak”, katanya sambil tersenyum. “Belum puas semalem ya Din. Temen om tadi nelpon ngajakin om tuker pasangan. Dina mau gak maen ama temennya om. Dia juga ahli kok nggarap cewek abg kaya Dina”, jawabku. “Kalo nikmat ya Dina sih mau aja”, Dina bangun dari tempat tidur dan masuk kamar mandi. Aku menyusulnya. Sebenarnya aku napsu lagi ngeliat Dina yang masih telanjang bulat, tetapi karena Ana mau dateng ya aku tahan aja napsuku. Kita mandi sama sambil saling menyabuni sehingga kon tolku ngaceng lagi.

“Om, kon tolnya ngaceng lagi tuh, maen lagi yuk”, ajak Dina sambil ngocok kon tolku. “Kan Dina mau maen ama temennya om, nanti aja maennya. Temen om ama ceweknya lagi menuju kemari”, jawabku. Sehabis mandi, kita sarapan dulu. Dina tetep aja bertelanjang bulat sementara aku cuma pake celana pendek saja. Selesai makan aku menarik Dina saung dipinggir kolam renang yang ada dibelakang rumahku. Dina kupeluk dan kuciumi sementara tanganku sibuk meremes2 toket montoknya. Dinapun gak mau kalah, kon tolku digosok2nya dari luar celana ku.

Sedang asik, Ardi dan Ana datang. Ardi sudah biasa kalo masuk rumahku langsung nyelonong aja kedalem, karena kami punya kunci rumah masing2. Ana ternyata cantik juga, seperti bintang sinetron berdarah arab yang aku lupa namanya. Ana make pakean ketat, sehingga toketnya yang besar tampak sangat menonjol. Pantatnya yang besar juga tampak sangat menggairahkan. Ana terkejut melihat Dina yang bertelanjang bulat. Kuperkenalkan Dina pada Ardi, Ardi langsung menggandeng Dina masuk ke rumah.

“An, Ardi bilang dia nikmat banget ngen tot sama kamu, memek kamu bisa ngempot ya, aku jadi kepingin ngerasain diempot juga”, kataku sambil mencium pipinya. “An, kamu napsuin banget, tetek besar dan pantat juga besar”. “Dina kan juga napsuin pak”, jawabnya sambil duduk disebelahku di dipan. “Jangan panggil pak dong, panggil om. Kan saya belum tua”, kataku sambil memeluknya.

Cerita Dewasa | Kucium pipinya sambil jemariku membelai-belai bagian belakang telinganya. Matanya terpejam seolah menikmati usapan tanganku. Kupandangi wajahnya yang manis, hidungnya yang mancung lalu bibirnya. Tak tahan berlama-lama menunggu akhirnya aku mencium bibirnya. Kulumat mesra lalu kujulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tidak beraturan. Sesaat ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi dan lagi. Kubelai pangkal lengannya yang terbuka. Kubuka telapak tanganku sehingga jempolku bisa menggapai permukaan dadanya sambil membelai pangkal lengannya. Bibirku kini turun menyapu lehernya seiring telapak tanganku meraup toketnya. Ana menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutnya di saat lidahku menjulur menikmati lehernya yang jenjang.

“Om….” Ana memegang tanganku yang sedang meremas toketnya dengan penuh napsu. Bukan untuk mencegah, karena dia membiarkan tanganku mengelus dan meremas toketnya yang montok.”An, aku ingin melihat toketmu”, ujarku sambil mengusap bagian puncak toketnya yang menonjol. Dia menatapku. Ana akhirnya membuka tank top ketatnya di depanku. Aku terkagum-kagum menatap toketnya yang tertutup oleh BH berwarna hitam. Toketnya begitu membusung, menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasnya yang memburu. Sambil berbaring Ana membuka pengait BH-nya di punggungnya. Punggungnya melengkung indah.

Aku menahan tangan Ana ketika dia mencoba untuk menurunkan tali BH-nya dari atas pundaknya. Justru dengan keadaan BH-nya yang longgar karena tanpa pengait seperti itu membuat toketnya semakin menantang. “toketmu bagus, An”, aku mencoba mengungkapkan keindahan pada tubuhnya. Perlahan aku menarik turun cup BH-nya. Mata Ana terpejam. Perhatianku terfokus ke pentilnya yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Kuusap pentilnya lalu kupilin dengan jemariku. Ana mendesah. Mulutku turun ingin mencicipi toketnya. “Egkhh..” rintih Ana ketika mulutku melumat pentilnya.

Kupermainkan dengan lidah dan gigiku. Sekali-sekali kugigit pentilnya lalu kuisap kuat-kuat sehingga membuat Ana menarik rambutku. Puas menikmati toket yang sebelah kiri, aku mencium toket Ana yang satunya yang belum sempat kunikmati. Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan keluar dari mulut Ana. Sambil menciumi toket Ana, tanganku turun membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahan turun mengitari lembah di bawah perut Ana. Kubelai pahanya sebelah dalam terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba memeknya yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Ana. Aku secara tiba-tiba menghentikan kegiatanku lalu berdiri di samping dipan. Ana tertegun sejenak memandangku, lalu matanya terpejam kembali ketika aku membuka jeans warna hitamnya.

Aku masih berdiri sambil memandang tubuh Ana yang tergolek di dipan, menantang. Kulitnya yang tidak terlalu putih membuat mataku tak jemu memandang. Perutnya begitu datar. Celana jeans ketat yang dipakainya telihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatnya yang sempurna. Puas memandang tubuh Ana, aku lalu membaringkan tubuhku disampingnya. Kurapikan untaian rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leher Ana.

Kubelai lagi toketnya. Kucium bibirnya sambil kumasukkan air liurku ke dalam mulutnya. Ana menelannya. Tanganku turun ke bagian perut lalu menerobos masuk melalui pinggang celana jeans Ana yang memang agak longgar. Jemariku bergerak lincah mengusap dan membelai selangkangan Ana yang masih tertutup CDnya. jari tengah tanganku membelai permukaan CDnya tepat diatas memeknya, basah. Aku terus mempermainkan jari tengahku untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuh Ana. Pinggul Ana perlahan bergerak ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang dialaminya.

aku menyuruh Ana untuk membuka celana jeans yang dipakainya. Tangan kanan Ana berhenti pada permukaan kancing celananya. Ana lalu membuka kancing dan menurunkan reitsliting celana jeansnya. CD hitam yang dikenakannya begitu mini sehingga jembut keriting yang tumbuh di sekitar memeknya hampir sebagian keluar dari pinggir CDnya. Aku membantu menarik turun celana jeans Ana. Pinggulnya agak dinaikkan ketika aku agak kesusahan menarik celana jeans Ana. Akupun melepas celana pendekku. Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan CD.

Cerita Dewasa | Tubuhnya semakin seksi saja. Pahanya begitu mulus. Memang harus kuakui tubuhnya begitu menarik dan memikat, penuh dengan sex appeal. Kami berpelukan. Kutarik tangan kirinya untuk menyentuh kon tolku dari luar CD ku. “Oh..” Ana menyentuh kon tolku yang tegang. “Kenapa, An?” tanyaku. Ana tidak menjawab, malah melorotkan CD ku. Langsung kon tolku yang panjangnya kira-kira 18 cm serta agak gemuk dibelai dan digenggamnya. Belaiannya begitu mantap menandakan Ana juga begitu piawai dalam urusan yang satu ini. “Tangan kamu pintar juga ya, An,”´ ujarku sambil memandang tangannya yang mengocok kon tolku. “Ya, mesti dong!” jawabnya sambil cekikikan. “Om sama Dina semalem maen berapa kali?” tanyanya sambil terus mengurut-urut kon tolku. “Kamu sendiri semalem maen berapa kali sama Ardi?” aku malah balik berrtanya. Mendapat pertanyaan seperti itu entah kenapa nafsuku tiba-tiba semakin liar. Ana akhirnya bercerita kalau Ardi napsu sekali tadi malem menggeluti dia.

Mau berapa kali Arif meminta, Ana pasti melayaninya. Mendengar perjelasan begitu jari-jariku masuk dari samping CD langsung menyentuh bukit tempik Ana yang sudah basah. Telunjukku membelai-belai i tilnya sehingga Ana keenakan. “Kamu biasa ngisep kan, An?” tanyaku. Ana tertawa sambil mencubit kon tolku. Aku meringis. “Kalo punya om mana bisa?” ujarnya. “Kenapa memangnya?” tanyaku penasaran. “Nggak muat di mulutku,” selesai berkata demikian Ana langsung tertawa kecil. “Kalau yang dibawah, gimana?” tanyaku lagi sambil menusukkan jari tengahku ke dalam memeknya. Ana merintih sambil memegang tanganku. Jariku sudah tenggelam ke dalam liang vagina miliknya. Aku merasakan memeknya berdenyut menjepit jariku. Ugh, pasti nikmat sekali kalau kon tolku yang diurut, pikirku. Segera CD nya kulepaskan.

Perlahan tanganku menangkap toketnya dan meremasnya kuat. Ana meringis. Diusapnya lembut kon tolku keras banget. Tangannya begitu kreatif mengocok kon tolku sehingga aku merasa keenakan. Aku tidak hanya tinggal diam, tanganku membelai-belai toketnya yang montok. Kupermainkan pentilnya dengan jemariku, sementara tanganku yang satunya mulai meraba jembut lebat di sekitar memek Ana. kuraba permukaan memek Ana. Jari tengahku mempermainkan i tilnya yang sudah mengeras. kon tolku kini sudah siap tempur dalam genggaman tangan Ana, sementara memek Ana juga sudah mulai mengeluarkan cairan kental yang kurasakan dari jemari tanganku yang mengobok-obok memeknya.

Kupeluk tubuh Ana sehingga kon tolku menyentuh pusarnya. Tanganku membelai punggung lalu turun meraba pantatnya yang montok. Ana membalas pelukanku dengan melingkarkan tangannya di pundakku. Kedua telapak tanganku meraih pantat Ana, kuremas dengan sedikit agak kasar lalu aku menaiki tubuhnya. Kaki Ana dengan sendirinya mengangkang. Kuciumi lagi lehernya yang jenjang lalu turun melumat toketnya. Telapak tanganku terus membelai dan meremas setiap lekuk dan tonjolan pada tubuh Ana. Aku melebarkan kedua pahanya sambil mengarahkan kon tolku ke bibir memeknya.

Ana mengerang lirih. Matanya perlahan terpejam. Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju birahinya yang semakin kuat. Ana menatap aku, matanya penuh nafsu seakan memohon kepadaku untuk memasuki memeknya.”Aku ingin mengen totmu, An” bisikku pelan, sementara kepala kon tolku masih menempel di belahan memek Ana. Kata ini ternyata membuat wajah Ana memerah. Ana menatapku sendu lalu mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. aku berkonsentrasi penuh dengan menuntun kon tolku yang perlahan menyusup ke dalam memek Ana.

Terasa seret, memang, nikmat banget rasanya. Perlahan namun pasti kon tolku membelah memeknya yang ternyata begitu kencang menjepit kon tolku. memeknya begitu licin hingga agak memudahkan kon tolku untuk menyusup lebih ke dalam. Ana memeluk erat tubuhku sambil membenamkan kuku-kukunya di punggungku hingga aku agak kesakitan. Namun aku tak peduli.

“Om, gede banget, ohh..” Ana menjerit lirih. Tangannya turun menangkap kon tolku. “Pelan om”. Soalnya aku tahu pasti ukuran kon tol Ardi tidaklah sebesar yang kumiliki. Akhirnya kon tolku terbenam juga di dalam memek Ana. Aku berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding memek Ana. Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai aku memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Kulumat bibir Ana sambil perlahan-lahan menarik kon tolku untuk selanjutnya kubenamkan lagi. Aku menyuruh Ana membuka kelopak matanya. Ana menurut. Aku sangat senang melihat matanya yang semakin sayu menikmati kon tolku yang keluar masuk dari dalam memeknya.

“Aku suka memekmu, An.. tempikmu masih rapet” ujarku sambil merintih keenakan. Sungguh, memek Ana enak sekali. “Kamu enak kan, An?” tanyaku lalu dijawab Ana dengan anggukan kecil. Aku menyuruh Ana untuk menggoyangkan pinggulnya. Ana langsung mengimbangi gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya. “Suka kon tolku, An?” tanyaku lagi. Ana hanya tersenyum. kon tolku seperti diremas-remas ditambah jepitan memeknya. “Ohh.. hh..” aku menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat. Aku mencoba mengangkat dadaku, membuat jarak dengan dadanya dengan bertumpu pada kedua tanganku. Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan kon tolku ke dalam memek Ana.

Kuperhatikan kon tolku yang keluar masuk dari dalam memeknya. Dengan posisi seperti ini aku merasa begitu jantan. Ana semakin melebarkan kedua pahanya sementara tangannya melingkar erat di pinggangku. Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Ana yang semakin tidak terkendali. “An.. enak banget, kamu pintar deh.” ucapku keenakan. “Ana juga, om”, jawabnya. Ana merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan. Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata, “aduh” yang diucapkan terputus-putus.

Aku merasakan memek Ana semakin berdenyut sebagai pertanda Ana akan mencapai puncak pendakiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengannya, namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang kualami. Aku tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja. Aku mempercepat goyanganku ketika kusadari Ana hampir nyampe. Kuremas toketnya kuat seraya mulutku menghisap dan menggigit pentilnya. Kuhisap dalam-dalam.

“Ohh.. hh.. om..” jerit Ana panjang. Aku membenamkan kon tolku kuat-kuat ke memeknya sampai mentok agar Ana mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya kejang. Kepalaku ditarik kuat terbenam diantara toketnya. Pada saat tubuhnya menyentak-nyentak aku tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi. “An, aakuu.. keluaarr, Ohh.. hh..” jeritku. Ana yang masih merasakan orgasmenya mengunci pinggangku dengan kakinya yang melingkar di pinggangku.

Saat itu juga aku memuntahkan peju hangat dari kon tolku. Kurasakan tubuhku bagai melayang. secara spontan Ana juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya. Mulutku yang berada di belahan dada Ana kuhisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitnya. Telapak tanganku mencengkram toket Ana. Kuraup semuanya sampai-sampai Ana kesakitan. Aku tak peduli lagi. Pejuku akhirnya muncrat membasahi memeknya. Aku merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Ana pada saat aku mengalami orgasme. Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuh Ana. kon tolku masih berada di dalam memek Ana. Ana mengusap-usap permukaan punggungku. “Ana puas sekali dien tot om,” katanya. Aku kemudian mencabut kon tolku dari memeknya. Dari dalam Ardi keluar sudah berpakaian lengkap. “Pulang yuk An, sudah sore”, ajaknya.

 Cerita Sex Dewasa Panti Pijat ++

Cerita Sex Dewasa Panti Pijat ++

 
Aku masuk kembali ke kamar. Dina ada di kamar mandi dan terdengar shower nyala. Aku bisa mendengarnya karena pintu kamar mandi tidak ditutup. Tak lama kemudian, shower terdengar berhenti dan Dina keluar hanya bercelana pendek. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku hanya membersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi, Dina berbaring diranjang telanjang bulat. “Kenapa Din, lemes ya dien tot Ardi”, kataku. “Lebih enak ngen tot sama om, kon tol om lebih besar soalnya”, jawab Dina tersenyum. “Malem ini kita men lagi ya om”. Hebat banget Dina, gak ada matinya. Pengennya dien tot terus. “Ok aja, tapi sekarang kita cari makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti malem”, kataku sambil berpakaian. Dina pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem. Kembali ke rumah sudah hampir tengah malem, tadi kita selain makan santai2 di pub dulu.

Di kamar kita langsung melepas pakaian masing2 dan bergumul diranjang. Tangan Dina bergerak menggenggam kon tolku. Aku melenguh seraya menyebut namanya. Aku meringis menahan remasan lembut tangannya pada kon tolku. Dina mulai bergerak turun naik menyusuri kon tolku yang sudah teramat keras. Sekali-sekali ujung telunjuknya mengusap kepala kon tolku yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya. Kembali aku melenguh merasakan ngilu akibat usapannya. Kocokannya semakin cepat. Dengan lembut aku mulai meremas-remas toketnya. Tangan Dina menggenggam kon tolku dengan erat. Pentilnya kupilin2. Dina masukan kon tolku kedalam mulutnya dan mengulumnya. Aku terus menggerayang toketnya, dan mulai menciumi toketnya.

Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan kuluman Dina pada kon tolku semakin mengganas sampai-sampai aku terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutnya. Aku membalikkan tubuhnya hingga berlawanan dengan posisi tubuhku. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku. Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahku menyentuh memeknya dengan lembut. Tubuhnya langsung bereaksi dan tanpa sadar Dina menjerit lirih. Tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidahku di memeknya. Kedua pahanya mengempit kepalaku seolah ingin membenamkan wajahku ke dalam memeknya. kon tolku kemudian dikempit dengan toketnya dan digerakkan maju mundur, sebentar. Aku menciumi bibir memeknya, mencoba membukanya dengan lidahku.

Tanganku mengelus paha bagian dalam. Dina mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakinya yang tadinya merapat. Aku menempatkan diri di antara kedua kakinya yang terbuka lebar. kon tol kutempelkan pada bibir memeknya. Kugesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Dina merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. memeknya yang sudah banjir membuat gesekanku semakin lancar karena licin. Dina terengah-engah merasakannya. Aku sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala kon tolku menggesek-gesek i tilnya yang juga sudah menegang. “Om.?” panggilnya menghiba. “Apa Din”, jawabku sambil tersenyum melihatnya tersiksa. “Cepetan..” jawabnya. Aku sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan kon tol. Sementara Dina benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahinya. “Dina sudah pengen dien tot om”, katanya.

Dina melenguh merasakan desakan kon tolku yang besar itu. Dina menunggu cukup lama gerakan kon tolku memasuki dirinya. Serasa tak sampai-sampai. Maklum aja, selain besar, kon tolku juga panjang. Dina sampai menahan nafas saat kon tolku terasa mentok di dalam, seluruh kon tolku amblas di dalam. Aku mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam memeknya membuat kon tolku keluar masuk dengan lancarnya. Dina mengimbangi dengan gerakan pinggulnya. Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama enjotanku. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting enjotanku mencapai bagian-bagian peka di memeknya.

Dina bagaikan berada di surga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. kon tolku menjejali penuh seluruh memeknya, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan kon tolku sangat terasa di seluruh dinding memeknya. Dina merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. Dina mengakui keperkasaan dan kelihaianku di atas ranjang. Yang pasti Dina merasakan kepuasan tak terhingga ngen tot denganku. Aku bergerak semakin cepat. kon tolku bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitivenya. Dina meregang tak kuasa menahan napsuku, sementara aku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulku naik turun, ke kiri dan ke kanan. Erangannya semakin keras.

Melihat reaksinya, aku mempercepat gerakanku. kon tolku yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Dina meraih tubuhku untuk didekap. Direngkuhnya seluruh tubuhku sehingga aku menindih tubuhnya dengan erat. Dina membenamkan wajahnya di samping bahuku. Pinggul nya diangkat tinggi-tinggi sementara kedua tangannya menggapai pantatku dan menekannya kuat-kuat. Dina meregang. Tubuhnya mengejang-ngejang. “om..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya saking dahsyatnya kenikmatan yang dialaminya nersamaku. Aku menciumi wajah dan bibirnya.

Dina mendorong tubuhku hingga terlentang. Dia langsung menindihku dan menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhku. Kembali diemutnya kon tolku yang masih tegak itu. Lidahnya menjilati, mulutnya mengemut. Tangannya mengocok-ngocok kon tolku. Belum sempat aku mengucapkan sesuatu, Dina langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuhku. memeknya berada persis di atas kon tolku. “Akh!” pekiknya tertahan ketika kon tolku dibimbingnya memasuki memeknya.

Tubuhnya turun perlahan-lahan, menelan seluruh kon tolku. Selanjutnya Dina bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhnya melonjak-lonjak. Pinggulnya bergerak turun naik. “Ouugghh.. Din.., luar biasa!” jeritku merasakan hebatnya permainannya. Pinggulnya mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tanganku mencengkeram kedua toketnya, kuremas dan dipilin-pilin. Aku lalu bangkit setengah duduk. Wajah kubenamkan ke dadanya. Menciumi pentilnya. Kuhisap kuat-kuat sambil kuremas-remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC.

Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Dina berkutat mengaduk-aduk pinggulnya. Aku menggoyangkan pantatku. Tusukan kon tolku semakin cepat seiring dengan liukan pinggulnya yang tak kalah cepatnya. Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. AKu merasa pejuku udah mau nyembur. Aku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, Dina pun merasakan desakan yang sama. Dina terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku mulai mengejang, mengerang panjang. Tubuhnya menghentak-hentak liar.

Akhirnya, pejuku nyemprot begitu kuat dan banyak membanjiri memeknya. Dina pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam dirinya. Sambil mendesakan pinggulnya kuat-kuat, Dina berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan denganku. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. “om, nikmaat!” jeritnya tak tertahankan. Dina lemes, demikian pula aku. Tenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam! akhirnya kami tertidur kelelahan.

Cerita Mesum | Liburan Nikmat sama Janda Montok

$
0
0

Cerita Seks | Cerita panas | Cerita Hot | Cerita Dewasa Terbaru | Cerita Ngentot | Cerita Mesum | Cerita ABG | Cerita Porn | Cerita Seks Dewasa – Liburan Nikmat bersama janda Montok. Kejadian ini terjadi saat liburan akhir semester yang lalu, aku berlibur di bandung, satu minggu lebih aku habiskan di kota kembang reuni teman SMA yang kebetulan kuliah disana, saya sendiri kuliah di Daerah Yogyakarta, rencananya saya pakai angkutan darat untuk menuju kesana, pukul jam 2 siang aku sampai di terminal bandung.

Saat sedang asyik membolak-balik Taboid Olahraga kesukaan saya, tiba-tiba seorang anak kecil berusia 4 tahunan terjatuh didepan saya, sontak tangan ku menarik si gadis kecil itu.

Baca juga Bercinta dengan SPG mulus dan cantik

“Makasih Dik, maklum anak kecil kerja nya lari-lari mulu” ungkap seorang wanita setengah baya seraya mengumbar senyum manisnya.

Namun walau hampir kepala tiga, Mbak Tina, demikian dia memperkenalkan dirinya pada saya, masih keliatan seperti gadis muda yang lagi ranum-ranum nya….dada gede (34B), pantat bahenol dibarengi pinggul seksi membuat ku terpaku sejenak memandanginya.

“Maaf, boleh saya duduk disini” suara Mbak Tina dengan logat sundanya yang khas memecah ‘keheningan’ saya

“Ssii… silakan Mbak,” balas ku sambil menggeser pantat ku dibangku ruang tunggu bis antar kota di kota kembang itu.

“Mau kemana mbak’”saya coba membuka pembicaraan.

“Anu… saya teh mau ke jogja. Biasa beli barang-barang buat dagang. Adik mau kemana?”

“Sama, jogja juga. Mbak sendiri?” pandangan ku melirik payudara nya yang belahan nya jelas dari kaos lumayan ketat yang dipakainya.

“Ya, tapi ada yeyen kok” katanya sambil menunjuk si kecil yang asik dengan mainannya.

“Saya Andi Mbak” ucapku sambil mengulurkan tangan yang langsung disambutnya dengan ramah.

“Kalo gitu saya manggilnya mas aja ya, lebih enak kedengarannya” ungkap si mbak dengan kembali mengumbar senyum manisnya. Mungkin karena ketepatan jurusan kami sama, saya dan Mbak Tina cepat akrab, apalagi apa karna kebetulan ato gimana, kami pun duduk sebangku di bis yang memang pake formasi seat 2-2 itu.

Dari ceritanya ku ketahui kalo Mbak Tina janda muda yang ditinggal cerai suami sejak 2 thn lalu. Untuk menyambung hidup dia berjualan pakaian dan perhiasan yang semua dibeli dari jogja. Katanya harga nya murah. Rencananya di Jogja 2-3 hari.

Pukul 4.30 sore, bis meninggalkan terminal tersebut, sementara didalam bis kamu bertiga asyik bercengkarama, layaknya Bapak-Ibu-Anak, dan cepat akrab saya sengaja memangku si kecil Yeyen, sehingga Mbak Tina makin respek pada saya.

Tak terasa, waktu terus berjalan, suasana bis begitu hening, ketika waktu menunjukkan pukul 11 malam. Si kecil Yeyen dan para penumpang lain pun sudah terlelap dalam tidur. Sedangkan saya dan Mbak Tina masih asyik dalam obrolan kami, yang sekali-kali berbau ha-hal ‘jorok’, apalagi dengan tawa genitnya Mbak Tina sesekali mencubit mesra pinggang saya.

Suasana makin mendukung karna kami duduk dibangku urutan 4 dari depan dan kebetulan lagi bangku didepan, belakang dan samping kami kosong semua.

“Ehmm..mbak, boleh tanya ga nih, gimana dong seandainya pengen gituan kan dah 2 taon cerainya.” tanya ku sekenanya.

“Iiihh, si mas pikiran nya..ya gimana lagi, palingan usaha sendiri… kalo ga,ya… ini,si Yeyen yang jadi sasaran marah saya, apalagi kalo dah sampe di ubun-ubun.” jawabnya sambil tersipu malu.

“Masa… Ga mungkin ga ada pria yang ga mau sama mbak, mbak seksi, kayak masih gadis” aku coba mengeluarkan jurus awal.

Tiba-tiba si yeyen yang tidur pulas dipangkuan Mbak Tina, nyaris terjatuh.. sontak tangan ku menahannya dan tanpa sengaja tangan kami bertemu. Kami terdiam sambil berpandangan, sejenak kemudian tangan nya ku remas kecil dan Mbak Tina merespon sambil tersenyum.

Tak lama kemudian dia menyandarkan kepalanya di bahuku, tapi aku mencoba untuk tenang, karena ‘diantara’ kami masih ada si kecil yeyen yang lagi asik mimpi..ya memang ruang gerak kami terbatas malam itu. Cukup lama kami berpandangan, dan dibawah sorot lampu bis yang redup, ku beranikan mencium lembut bibir seksi janda cantik itu.

“Ssshhh… ahhh… mas” erangnya, saat lidah ku memasuki rongga mulutnya, sementara tangan ku, walau agak sulit, karna yeyen tidur dipangkuan kami berdua, tapi aku coba meremas lembut payudara seksi nan gede itu.

“Terus mas… enak….. ouhhhh” tangan nya dimasukin aja mas, gak keliatan kok’” rengeknya manja.

Adegan pagut dan remas antara kami berlangsung 20 menitan dan terhenti saat yeyen terbangun

“Mama…, ngapain sama Om Andi” suara yeyen membuat kami segera menyudahi ‘fore play’ ini dan terpaksa semuanya serba nanggung karna setelah itu Yeyen malah ga tidur lagi.

“Oya, ntar di Jogja tinggal dimana Mbak” tanya ku.

“Hotel Mas… Napa? Mas mau nemenin kami…???”

“Bisa, ntar sekalian saya temenin belanjanya, biar gampang, ntar cari hotelnya disekitar malioboro aja.”

Pukul 7 pagi akhirnya kami tiba di terminal Giwangan, Jogja… dari terminal kami bertiga yang mirip Bapak-Ibu dan anak ini, nyambung bis kota dan nyampai dikawasan malioboro setengah jam kemudian.. setelah muter-muter, akhirnya kami mendapatkan hotel kamar standart dengan doble bed dikawasan wisata jogja itu.

Setelah semua beres, si room boy yang mengantar kami pamit.

“Yeyen, mau mandi atau langsung bobo chayank?”

“Mandi aja, Ma… Oya, Om Andi nginep bareng kita ya..?” si yeyen kecil menanyaiku

“Ya, biar mama ada temen ngobrolnya.” jawab Mbak Tina sambil ngajak Yeyen ke kamar mandi yang ada dalam kamar. Di dalam ternyata si mbak telah melepas pakaiannya dan hanya melilitkan handuk di tubuh seksinya.

Dengan posisi agak nungging, dengan telaten Mbak Yeyen menyabuni si Yeyen, dan karena pintu kamar mandi yang terbuka, nampak jelas cd item yang membalut pantat seksi itu. Seperti Mbak Tina sengaja memancing naluriku, karena walau tau aku bisa ‘menikmati’ pemandangan tersebut, pintu kamar mandi tidak ditutup barang sedikitpun.

Tak lama kemudian, Yeyen yang telah selesai mandi , berlari masuk ke dalam kamar..

“Gimana, Yeyen udah seger belom?” godaku sambil mengedipkan mata ke arah Mbak Tina

“Seger Om…. Om mau mandi??”

Belum sempat ku jawab…..

“Ya ntar Om Mandi mandinya bareng mama, sekarang yeyen bobo ya…” celetuk Mbak Tina sambil tersenyum genit kearah ku.

Selagi Mbak Tina menidurkan anaknya, aku yang sudah masuk ke kamar mandi melepas seluruh pakaian ku dan ‘mengurut-urut’ penis ku yang sudah tegang dari tadi. Lagi asiknya swalayan sambil berfantasi, Mbak Tina ngeloyor masuk kamar mandi.

Aku kaget bukan kepalang..

“Udah gak sabar ya……” godanya sambil memandangi torpedo ku yang sudah ‘on fire’

“Haa… aaa… Mbak…” suaraku agak terbata-bata melihat Mbak Tina langsung melepas lilitan handuknya hingga terpampang payudara nya yang montok yang ternyata sudah ga dibungkus BH lagi, tapi penutup bawah nya masih utuh.

Tanpa mempedulikan kebengongan ku, Mbak Tina langsung memelukku.

“Jangan panggil Mbak dong. Tina aja” rengeknya manja sambil melumat bibirku dan tangan kirinya dengan lembut mengelus-elus kemaluan ku yang semakin ‘on fire’.

Aku sudah dirasuki nafsu biarahi langsung membalas pagutan Tina dengan tak kalah ganasnya. Perlahan jilatan erotis Mbak Tina turun ke leher, perut… hingga sampe dibatang kemaluan ku.

“Berpengalaman sekali dia ini…” pikirku.

Jilatan yang diselingi sedotan, kuluman dibatang kemaluan hingga buah pelir ku itu membuatku serasa terbang melayang-layang….

“Ohhhh… Tina… nikkk… mat… teruss… isepppp” desahku menahan nikmatnya permainan oral janda seksi ini sambil mengelus-elus rambutnya.

15 menit lamanya permainan dahsyat itu berlangsung hingga akhirnya aku merasa sesuatu yang ingin keluar dari penis ku.

“Akhh… hh… aku keulu..aaarrr…” erangku diikuti semprotan sperma ku dimulut Tina yang langsung melahap semua sperma ku persis seperti anak kecil yang melahap es paddle pop sambil tersenyum ke arahku..

Setelah suasana agak tenang, aku menarik tangan Tina untuk berdiri, dan dalam posisi sejajar sambil memeluk erat tubuh sintal janda seksi ini, mulutku langsung melumat mulut Tina sambil meremas-remas pantatnya yang padat.

Tina membalasnya dengan pagutan yang tak kalah ganas sambil tangan nya mengenggam penisku yang masih layu dan mengurut-urutnya. Dan dengan buasnya aku mengecup dan menyedot dari leher terus merambat hingga ke payudara nya yang padat berisi.

“Oohhh.. Ndi…. ahhkkhh.” erangnya tatkala mulutku mulai bermain di ujung putingnya yang tegang dan berwarna coklat kemerahan.

Tanpa melepas lumatan pada mulut Tina, perlahan aku mulai mengangkat tubuh sintal tersebut dan mendudukannya diatas bak mandi serta membuka lebar-lebar pahanya yang putih mulus.

Tanpa dikomando aku langsung berlutut, mendekatkan wajahku kebagian perut Tina dan menjilati yang membuat Tina menggelinjang bak cacing kepanasan.

Jilatin ku terus merambat ke bibir vagina nya yang licin tanpa sehelai bulu pun. Sesaat kemudian lidahku menjilati sambil menusuk-nusuk lubang vagina Tina, yang membuatnya mengerang histeris.

“Ndi… sudah…. Ndi… masukinn punyamu…. aku sudah ga tahan…. ayo sayang…” pinta nya dengan nafas memburu.

Tak lama kemudian aku berdiri dan mulai menggesek-gesekkan penis ku yang sudah tegang dan mengeras dibibir vagina Tina yang se seksi si empunya.

“Sudah…. say…. aku ga ta.. hann… nnn… masukin..” rengek Tina dengan wajah sayu menahan gelora nafsunya.

Perlahan namun pasti penisku yang berukuran 17 cm, ku masukkan menerobos vagina Tina yang masih sempit walau sudah berstatus janda itu.

“Pelann… dong say.. sudah 2 tahun aku gak maen..” pinta nya seraya memejamkan mata dan menggigit bibirnya sendiri saat penisku mulai menerobos lorong nikmat itu.

Ku biarkan penis ku tertanam di vagina Tina dan membiarkan nya menikmati sensasi yang telah dua tahun tak dia rasakan. Perlahan namun pasti aku mulai mengocok vagina janda muda ini dengan penis ku yang perkasa.

Untuk memberikan sensasi yang luar biasa, aku memompa vagina Tina dengan formasi 10:1, yaitu 10 gerakan menusuk setengah vagina Tina yang dikuti dengan 1 gerakan full menusuk hingga menyentuh dinding rahimnya.

Gerakan ini ku selingi dengan menggerakkan pantatku dengan memutar sehingga membuat Tina merasa vagina nya diubek, sungguh nikmat yang tiada tara terlihat dari desisan-desisan yang diselingi kata-kata kotor keluar dari mulutnya..

“Ouggghh…. kontolmu enak say… entot Tina terus say… nikmat” rintihnya sambil mengimbangi gerakanku dengan memaju-mundurkan pantatnya.

Tiga puluh menit berlalu, Tina sepertinya akan mencapai orgasmenya yang pertama. Tangan nya dengan kuat mencengkeram punggung ku seolah meminta sodokan yang lebih dalam di vaginanya. Tina menganggkat pinggulnya tinggi-tinggi dan menggelinjang hebat, sementara aku semakin cepat menghujam kan penisku di vagina Tina…

“Ooouhhh…. aaahhhh…. hhh…” erang Tina saat puncak kenikmatan itu dia dapatkan..

Sejenak Mbak Tina kubiarkan menikmati multi orgasme yang baru saja dia dapatkan. Tak lama kemudian tubuh sintal Mbak Tina ku bopong berdiri dan kusandarkan membelakangi ku ke dinding kamar mandi.

Sambil menciumi tengkuk bagian belakang nya, perlahan tangan ku membelai dan mengelus paha mulus Mbak Tina hingga tangan ku menyentuh dan meremas kemaluan nya dari belakang, membuat nafsu birahinya bangkit kembali.

Rangsangan ini ku lakukan hingga aku persis berjongkok dibelakang Tina. Apalagi setelah jilatan merambat naik ke vagina Mbak Tina dan mengobok-obok vagina yang semakin menyemburkan aroma khas.

Tak cukup sampai disitu, wajahku ku dekatkan kebelahan pantat montok itu dan mulai mengecup dan menjilati belahan itu hingga akhirnya Mbak Tina seakan tersentak kaget kala aku menjulurkan dan menjilati lubang anus nya, sepertinya baru kali ini bokong seksi dan anusnya dijilati.

“Ouhh…. aakhh… ssstt…. jorok say…. apa kamu lakukan… jilat memek Tina aja..” celotehnya .

Sepuluh menit berlalu, aku kemudian berdiri dan menarik pantat montok nan seksi itu kebelakang dan penisku yang semakin tegang itu ku gosok-gosokan disekitar anus Tina…

“Ouh… ca… kittt… say… jangan disitu, Tina lom pernah say…” rengeknya sambil menahan saat perlahan penisku menerobos masuk anusnya. Setelah sepenuhnya penisku tertelan anus Tina, ku diamkan beberapa saat untuk beradaptasi seraya tangan ku meremas-remas kedua payudaranya yang menggantung indah dan menciumi tengkuk hingga leher belakang dan sampai ke daun telinga nya.

“Nikk… matt… say..” hanya itu yang keluar dari mulut seksi Tina.

Merasa cukup, aku mulai memaju mundurkan penis ku secara perlahan mengingat baru kali ini anusnya dimasuki penis laki-laki. Setelah beberapa gerakan kelihatan rasa sakit dan perih yang dirasakannya tadi sudah berganti dengan rasa nikmat tiada tara.

Perlahan Mbak Tina mulai mengimbangi gerakan ku dengan goyangan saat penis ku semakin memompa anusnya, sambil tangan kananku mengobok-obok vagina nya yang nganggur.

“Aahhh… ooohhh… luar biasa say… nikmat…” Desah Tina menahan nikmatnya permainan duniawi ini. 30 menit berlalu dan aku merasa puas mempermainkan anus Mbak Tina, perlahan ku tarik penisku dan mengarahkan nya secara perlahan ke vagina, dan memulai mengobok-obok vagina itu lagi.

20 menit kemudian aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari penisku, hingga aku semakin mempercepat gerakan sodokan ku yang semakin diimbangi Tina yang sepertinya juga akan mendapatkan orgasme keduanya.

Diiringi lolongan panjang kami yang hampir bersamaan, secara bersamaan pula cairan hangat dan kental dari penisku dan vagina Tina bertemu di lorong nikmat Tina.. Nikmatnya tiada tara, sensasi yang tiada duanya..

Tak lama berselang, aku menarik penisku dan mendekatkan nya ke mulut Mbak Tiitn yang langsung dijilatinya hingga sisa-sisa sperma yang masih ada dipenisku dijalatinya dengan rakus.

“Tak kusangka mas sehebat ini.. baru kali ini aku merasa sepuas ini. Badan kecil tapi tenaganya luar biasa. Aku mau mas… aku mau kamu mas…” puji Mbak Tina padaku dengan pancaran wajah penuh kepuasan tiada tara…

Sesaat kemudian kami saling membersihkan diri satu dengan lainnya, sambil tentunya sambil saling remas. Saat keluar mandi terihat Yeyen masih terdidur pulas, sepuas mama nya yang baru saja ku ‘embat’.

Setelah Yeyen bangun, kami bertiga jalan-jalan disekitar malioboro hingga malam. Pukul 9 malam kami tiba di hotel, namun kali ini sambil memandikan Yeyen, Mbak Tina tampaknya sekalian mandi.

Saat keluar kamar mandi tanpa sungkan wanita sunda ini melepas handuknya untuk selanjutnya mengenakan daster tipis yang tadi baru kami beli dari salah satu toko di kawasan malioboro.

“Mas.. mandi dulu gih..” ungkapnya saat aku mendekatkan diri dan mengecup lembut bibirnya yang langsung disambutnya.

“Iihh.. mama dan om Andi, ngapain..?” protes si kecil yeyen saat kami sesaat berpagutan didepan meja hias yang tersedia di kamar hotel itu.

Setelah aku selesai mandi, ku lihat Tina lagi ngeloni Yeyen, dan tampaknya kedua ibu-anak ini kecapean setalah jalan-jalan disekitar malioboro.

Akhirnya ku biarkan Tina tidur dan aku gak ngantuk sama sekali mencoba mengisi waktu dengan menyaksikan live liga Inggris yang waktu itu ketepatan menyajikan big match .

Jam 12 malam lebih saat tayangan bola rampung, perlahan aku mendekati Tina dan mulai membelai-belai betis indah janda muda itu dari balik daster tipisnya hingga nyampe pangkal pahanya. Ketika tanganku mulai mengusap-usap vagina, Tina terbangun. Ku ajak dia pindah ke bed satunya, sambil ku lucuti daster tipis yang didalamnya tanpa beha tersebut.

Dengan hanya menggunakan CD tipis berwarna krem, tubuh bahenol itu ku bopong dan ku lentang kan di ranjang satunya, agar kami lebih leluasa dan si Yeyen kecil bisa tidur tenang. Sambil menindihnya, ku remas dan kecup puting payudara putih dan montok itu.

“Aahhh…. mas…” erangnya manja.

Jilatan ku terus merambah menikmati inci per inci tubuh seksi itu hingga sampe di gundukan nikmat tanpa sehelai rambut pun.. Hampir 20 menit lidah ku bermain dibagian sensitive itu, hingga akhirnya..

“Ayo dong mas… cepeten masukin… dah ga tahan nih…”

Perlahan kusapukan penis ku di vagina mungil itu. kelihatan sekali Tina menahan napas sambil memejamkan mata nya dengan sayu dan menggigit bibir bawahnya.

Akhirnya burung ku masuk ‘sarang’. Ku pertahankan posisi itu beberapa saat, dan setelah agak tenang aku mulai menyodok perlahan vagina yang semakin basah itu.

Erangan dan desahan nikmat yang keluar dari mulut seksi janda sintal ini, menandakan dia sangat menikmati permainan duniawi ini.. Tanpa malu dia mendesah, mengerang bahkan diselingi kata-kata kotor yang membangkitkan gairah.. Sementara di bed sebelahnya si kecil Yeyen masih tertidur pulas..

Tina, si Janda seksi yang lagi ku garap seakan tidak memperdulikan keberadaan putrinya si kecil, Yeyen..

25 menit-an kami ‘bertempur’ dalam posisi konvensional itu, perlahan ku angkat tubuh Mbak Tina hingga kini dia posisinya diatas. Posisi yang nikmat, karna selain menikmati memek nya aku juga bisa dengan leluasa meremas, mencium dan sesekali mengulum payudara montok yang ber-ayun dengan indah itu.. baru 15 menit,tiba-tiba tubuh Tina mengejang diikuti lenguhan panjang..

CERITA SEX DIAJARIN NGENTOT SAMA MAHASISWI

CERITA SEX DIAJARIN NGENTOT SAMA MAHASISWI

“Aaaacchh…. aauugghh… Ann.. ddii.. aakku.. kkeelluaa.. aa.. rr…”

Tak lama Tina menghempaskan tubuhnya di dada ku, seraya mulut kami berpagutan mesra. 5 menit lama nya ku biarkan dia menikmati orgasme nya.

Beberapa saat, karna aku belum apa-apa, aku minta Tina menungging karna aku pengen menikmati nya dengan posisi dogy style.. Dalam posisi nungging keliatan jelas pantat indah janda kota kembang ini.

Perlahan ku kecup dan jilati belahan pantat seksi itu. Secara perlahan jilatan ku sampe ke vagina mungilnya, Tina menggelinjang dan menggelengkan-gelengkan kepalanya menahan nikmat.. disaat itu, tanpa kami sadari.. si kecil Yeyen bangun dan menghampiri kami.

“Om Andi.. ngapain cium pantat mama..” selidiknya sambil terus mendekat memperhatikan memek mama nya yang ku lahap habis..

“Adek tenang aja ya.. jangan ganggu Om Andi… Mama lagi maen dokter-dokteran dengan Om Andi. Ntar mam mau di cuntik .. Yeyen diem aja ya…” Tina coba menenangkan gadis kecil itu..

“Ehmm.,.. hayo Om… cuntik Mama Yeyen cekaaa.. lang Om.. dah ga tahan neh..” rengek Tina.. sedangkan si Yeyen terlihat duduk manis dipinggiran bed satunya, siap menyaksikan adegan yang semestinya belum pantas dia saksikan..

Perlahan penis ku yang sudah on fire ku gosok-gosokkan dari lubang memek Tina hingga menyentuh anusnya, dari arah memek hingga lubang anusnya.

Dan karena tak tega menyaksikan Tina semakin meracau dan merengek minta segera di ’suntik’, secara perlahan ku arahkan penis ku ke liang senggama nya yang licin oleh cairan vagina nya..

“Om, kok Mama Yeyen dicuntik pake burung Om..” protes si kecil yang belum ngerti apa-apa itu.

“Aauhh… ahh….. lebih dalam Mass.. sss.. Ann.. dddi..” pinta Tina dalam erangan dan desahan nikmat nya tanpa mempedulikan keberadaan Yeyen yang terlihat bingung melihat mama nya, antara kesakitan atau menahan nikmat.

30 menit berlalu, aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari ujung penis ku. Agar lebih nikmat, ku putar tubuh sintal janda kembang ini tanpa mencabut penis ku hingga kami kembali paad posisi konvesional.

“Ti… tiiinn.. aku mau keluar” erang ku mencoba menahan muntahan lahar nikmat yang semakin mendesak ini…

“Ntar.. Masss.. ss.. tahann… kita bareng…” Erangnya dengan mata terpejam seraya menggigit kedua bibirnya menahan genjotan ku yang semakin kencang di vaginanya..

Kedua tangan nya mencengkram punggung ku, dan dadanya diangkat membusung, seluruh badannya tegang mengencang, diikuti dengan lenguhan panjang kami berdua.

“Aaaccchhh…. aaauuggghh…” Maniku dan mani nya akhirnya bertemu di lorong kenikmatan itu sementara bibir kami berpagut mesra dan tangan kanan ku meremas payudara nya yang mengecang saat kami orgasme bareng tadi.

Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan itu, kami masih berciuman mesra sambil berpelukan mesra, sementara penisku masih ‘tertanam’ di memeknya. Sadar dari tadi Yeyen terus memperhatikan kami,

Tina dengan wajahnya yang penuh kepuasan sejati, mengedipkan matanya seraya melihat ke arah Yeyen sambil tersenyum manis.. dan aku pun menghempaskan tubuh ku disampingnya, dan saat penis ku akan ku cabut..

“Nggak usah Mas.. biarin aja dulu di dalem..” rengeknya manja dan segera ku hadiahi ciuman mesra di keningnya.. Tak lama kemudian Yeyen mendekati kami yang baru saja permainan ranjang yang begitu dahsyat..

Hari berikutnya selama Ibu dan anak ini di Jogja, kami terus melakukan hubungan seks ini, dengan berbagai variasi dan teknik yang lebih mesra.. bahkan kadang kami melakukan nya di kamar mandi saat mandi.. Malahan kami tak peduli lagi dengan keberadaan Yeyen. Tina juga tak segan mengoral penis ku dihadapan Yeyen..

Liburan tahun baru lalu aku mendatangi nya di Bandung dan menginap selama se minggu lebih di rumah Janda seksi itu.. kepada tetangga sekitar dia mengenalkan aku sebagai keponakan jauhnya.

Dan yang paling penting, kami menghabiskan waktu dengan bermain seks sepuasnya, apalagi si kecil Yeyen telah dia titipkan ditempat orang tuanya di Ciamis, sedang selama aku disana, dia sengaja meliburkan pembantu nya..

Begitulah kisah seks ku dengan Tina, si janda montok.. Dan pembaca, entah kenapa, sejak saat itu, untuk urusan seks aku merasa lebih menikmati permainan dengan wanita setengah baya.

Cerita Dewasa / Cerita Sex / Cerita ABG / Cerita Dewasa Hot / Cerita Dewasa SMA / Cerita Ngentot / Kumpulan Cerita Dewasa

Cerita Sex Rintihan Tante Jilbab Mulus

$
0
0

Cerita Sex Rintihan Tante Jilbab Mulus – Saya Damar pecinta wanita akan kenikmatan sex, aku bekerja di daerah sudut kota, karena memang dari rumah dengan pekerjaanku jauh aku memutuskan untuk ngekost didaerah dekat kantor, ternyata di sekitar saya banyak gadis gadis yang kelihatannya lugu dan cantik cantik. Saat istrihat jam siang saya menuju ke warung untuk makan, saat sedang menikmati makananku saya melihat wanita cantik masuk ke warung dangan bibir yang tipis mata yang indah body yang seksi serta ditutup dengan jilbab, masih terlihat seksi di mataku, biasanaya tipe cewek seperti itu tipe yang ganas di ranjang.

Naluriku sebagai laki laki berani aku ingin berkenalan dengannya, aku berfikir bagaimana caranya agar aku bisa berkenalan, memutar otakku agar mendapatkan ide, aku unya jurus handal yaitu dengan pura pura menabrakkan dirukku. Saat itu datang ketika dia sedang membawa pesanannya dari lemari depan ke mejanya. Pelan-pelan aku mempersiapkan diri, lalu setelah dia kira-kira sudah dekat, segera aku berdiri dan berbalik.

“gubrak!!” “praang!!” tiba-tiba piring dan gelas berisi makanan sayur dan minuman yang ia bawa tumpah ke bajuku dan bajunya, lalu jatuh pecah di lantai.
“eh maaf mbak, tidak sengaja…” kataku sambil berwajah bodoh. Langsung wanita cantik itu ngomel-ngomel dihadapanku. Sudah kuduga, karena memang terlihat wanita cantik ini punya lidah yang tajam. Ah, aku sih sudah kebal.

Akhirnya dengan sok gentleman, aku menawarkan untuk membayar semua kerugian dan mentraktrnya bersama dua rekannya. Aku juga menawarkan untuk mengantarnya pulang untuk berganti baju (dia ternyata adalah seorang karyawati sebuah perusahaan perkreditan motor syariah di kota itu). Semua tawaranku diterima nya mentah-mentah. Akhirnya, di hari pertama sukseslah aku berkenalan dengan wanita cantik berjilbab yang kira-kira berusia 25 tahun itu. Bahkan aku juga sukses mengetahui rumahnya. Padanya aku memperkenalkan diri sebagai seorang pegawai sebuah perusahaan riset dan sedang melakukan riset di kota selama beberapa minggu.

Tiga hari berlalu, Kami yang selalu bertemu di warung makan itu (dia selalu makan di warung itu pada jam istirahatnya) pun cepat akrab. Percakapan kami sudah mulai mengalir dan seringkali disertai candaan layaknya teman dekat. Sambil bercanda aku mencuri-curi pandang ke wajah cantiknya yang berjilbab. Pikiranku yang mulai kotor untuk memperkosanya langsung di warung itu Terus terang saja membuat kecil di balik celanaku bangun menggeliat, ditambah aroma parfum tipis bercampur keringat khas tubuhnya yang membuat terangsang birahiku. Ternyata, wanita cantik berjilbab ini telah menikah, namun suaminya adalah seorang pekerja di sebuah perusahaan telepon yangs ering bepergian keluar kota.

Suaminya adalah orang yang gila kerja, sehingga walaupun kehidupan mereka terjamin, namun Rikha tidak mendapatkan nafkah batin yang layak. apalagi sang suami seringkali ejakulasi dini, sehingga sering tidak bisa dinikmati oleh Rikha.
Pada suatau hari, aku pada sore hari emnunggunya di depan kantornya. Ketika ia keluar, segera aku menghampirinya. Wanita cantik itu terkaget melihat aku ada di situ. Aku mengatakan bahwa aku hanya ingin berkunjung kerumahnya. Ternyata dia mempersilahkan. Aku segera mengikuti motornya menuju rumahnya yang ada di sebuah perkampunagn sepi, tak jauh dari kantornya.

Setelah masuk, kami bercakap diruang depan. Rikha berkata jika dia sendirian dirumah, sementara suaminya sedang berada diluar kota. Tak beberapa lama, Rikha sang gadis berjilbab cantk itu mengajakku untuk pindah ke ruang tengah sambil nonton TV untuk meneruskan mengobrol. aku pun tidak menolak dan mengikutinya masuk setelah dia mengunci pintu depan.

Sambil ngemil hidangan kecil dan minuman yang kubuat, kami melanjutkan ngobrol-ngobrol. Sesekali wanita berjilbab cantik itu mencubit lengan atau pahaku sambil ketawa-ketiwi ketika aku mulai melancarkan guyonan-guyonan. Tidak lama, adik kecilku di balik celana tambah tegar berdiri. Aku kemudian usul ke Rikha untuk nonton VCD yang kubawa saja.

Setelah Rikha setuju, aku masukkan film koleksiku ke dalam player. Filmnya tentang drama percintaan yang ada beberapa adegan-adegan ranjang. Kami berdua pun asyik nonton hingga akhirnya sampai ke bagian adegan ranjang, aku lirik wanita cantik berjilbab itu matanya tidak berkedip melihat adegan itu.

Kuberanikan diri untuk merangkul bahu Rikha, ternyata gadis cantik berjilbab itu diam saja tidak berusaha menghindar. Ketika adegan di TV mulai tampak semakin hot, Rikha mulai gelisah, sesekali kedua paha mulusnya digerak-gerakkan buka tutup. Wah, gila juga nih cewek, seakan-akan dia mengundang aku untuk menggumulinya. Aku beranikan diri untuk mengelus-elus lengannya.

Kemudian kepalanya yang tertutup jilbab. Rikha tampak menikmati, terbukti gadis berjilbab ini diam saja. Kesempatan itu tidak kusia-siakan, langsung kupeluk tubuh hangatnya dan kucium pipinya. Rikha tidak protes, malah tangan wanita cantik berjilbab bertubuh mulus itu sekarang diletakkan di pahaku, dan aku semakin terangsang lalu kuraih dagunya.

Kupandang matanya yang sipit dan indah, sejenak kami berpandangan dan entah siapa yang memulai tiba-tiba, kami sudah berpagutan mesra. Kulumat bibir bawahnya yang tipis itu dan Rikha membalas, tangannya yang satu memeluk leherku, sedang yang satunya yang tadinya di pahaku sekarang sudah mengelus-elus yuniorku yang sudah super tegang di balik celanaku.

Lidah kami saling bertautan dan kecupan-kecupan bibir kami menimbulkan bunyi cepak cepok, yang membuat semakin hot suasana dan seakan tidak mau kalah dengan adegan ranjang di TV. Tanganku pun tidak mau tinggal diam, segera kuelus paha mulus wanita berjilbab berwajah menggairahkan itu yang masih tertutup celana panjang hitam, Rikha pun seakan memberi kesempatan dengan membuka pahanya lebar-lebar, sehingga tanganku dengan leluasa mengobok-obok paha dalam wanita cantik berjilbab itu sampai ke selangkangan dari luar celana panjangnya.

Begitu bolak-balik kuelus dari paha lalu ke betis kemudian naik lagi ke paha. Sambil terus melumat bibirnya, tanganku sudah mulai naik ke perut wanita cantik berjilbab itu kemudian menyusup terus ke dadanya. Kuremas dengan gemas payudaranya walau masih tertutup kemeja kerja, Rikha merintih lirih. Melihat sang wanita cantik itu merintih-rintih terhanyut birahi dengan wajah yang masih memakai jilbab dan kacamata membuatkus emakin ebrsemangat.

Lalu tanganku kumasukkan ke dalam kemejanya dan mulai meraba-raba mencari BH- wanita berjilbab berwajah menggairahkan itu. Setelah ketemu lalu aku meraih ke dalam BH dan mulai meremas-remas kembali buah dadanya, kusentuh-sentuh putingnya dan Rikha mendesah. Seiring dengan itu, tangan Rikha juga mengocok yuniorku yang masih tertutup celana dalam, dan mulai dengan ganas menyusup ke dalam celana dalam meraih yuniorku dan kembali mengocok dan mengelus.

Tak beberapa lama, tiba-tiba dia berhenti. “sudah mas Damar… jangan… aku sudah punya suami… ini zina…”
Aku tidak menjawab sepatah katapun. Mana mau aku kalah dengan kata-kata penolakans eperti itu, kataku. Dengan lembut aku gapai tangan wanita cantik berjilbab itu dan kuremas lembut. Dengan lembut pula aku rangkul dia untuk rebahan disova panjang diruang tengah rumahnya. Tanpa terasa jantungku berdetak keras. Sensasi seperti inilah yang dicari searcher sepertiku. Bagaikan dikomando aku menciumi pipi Rikha yang terlihat sangat bersih dan putih, menjelajahi sisi kepalanya, dan menciumi dan menggigiti telinga wanita cantik berjilbab itu dari luar jilbabnya.

“Rikha kamu sangat cantik sayang..,” aku berbisik.
“Damar.. Jangaan please..,” desahan Rikha dan aroma tubuhnya yang khas membuat aku semakin terangsang. Lidahku semakin nakal menciumi dan menjilati pipi Rikha yang putih bersih.

“Akhh Damar..” tanpa terasa tanganku mulai nakal untuk menggerayangi payudara Rikha yang aku rasakan mulai mengencang mengikuti jilatan lidahku dibalik telinganya.
“Ooohh.. Mas Damar..”
Rikha mulai mengikuti rangsangan yang aku lakukan di dadanya.

Aku semakin berani untuk melakukan yang Iebih jauh..
“Lin, aku buka baju kamu yach, biar tidak kusut..,” pintaku. Rikha hanya mengikuti pergerakan tanganku untuk melepaskan pakaiannya. Jilbabnya yang cekak melilit lehernya kubiarkan terpakai, begitu juga dengan kaca matanya. Wajah wanita berjilbab berwajah menggairahkan itu semakin cantik dan menggairahkan bagiku ketika memakai dua benda tersebut. Sementara kemeja kerjanya kulepas, sampai akhirnya dia hanya mengenakan BH warna hitam. Dadaku semakin naik turun, ketika tubuh wanita cantik berjilbab itu yang putih nampak dengan jelas dimukaku.

Setelah terbuka, aku berusaha naik di tubuh dia, aku ciumi bibir Rikha yang tipis, lidahku menjelajahi bibirnya dan memburu lidah Rikha yang mulai terangsang dengan aktivitas aku. Tanganku yang nakal mulai menarik BH warna hitam. Daann.. Wow.. Tersembul puting yang kencang.. Tanpa pikir panjang aku melepas lumatan di bibir Rikha untuk kemudian mulal melepas BH dan menjilati puting Rikha yang berwana kecoklatan. Satu dua kali hisapan membuat puting wanita cantik berjilbab bertubuh mulus itu berdiri dengan kencang.. Sedangkan tangan kananku memilin puting yang lainnya.
“Ooohh Damar.. Kamu… ouuhh…emmmhh… udaaahhh…enaakkkhhh…,” rintih Rikha.

Dan saat aku mulai menegang.. Rikha berusaha bangkit dari tempat tidur, tapi aku tidak memberikan kesempatan Rikha untuk bangkit dari pinggir ranjang. Aroma khas tubuh Rikha menambah gairah aku untuk semakin berani menjelajahi seluruh tubuh wanita cantik berjilbab itu. Dengan bekal pengetahuan sex yang aku ketahui, aku semakin berani berbuat lebih jauh dengan Rikha.

Aku segera melucuti celana panjang kerjanya tanpa perlawanan yang berarti dari Rikha yang sudah terangsang. Langsung aku membuka CD yang digunakan Rikha, dan darahku mendesir saat melihat tidak ada sehelai rambutpun di bagian memek Rikha. Tanpa berpikir lama, aku langsung menjilati, menghisap dan sesekali memasukkan lidahku ke dalam lubang memek Rikha.

“Oohh.. wawaaann…jangaaannn…ntar aku…hhhh.. mmhhh… enakhh.. Nikmat..mmhh!!” Rikha merintih kenikmatan setiap lidahku menghujam lubang kewanitaanya .

“enaakk..waaan…..” Desah Rikha disaat kocokkan jariku semakin cepat, Rikha sudah mulai memperlihatkan ciri-ciri orang yang mau orgasme dan sesat kemudian..

“Damar..udaahhh… Aku nggak tahan.. Oohh.. Mass aku mau..” Rikha menggelinjang hebat sambil menggapit kedua pahanya sehingga kepalaku terasa sesak dibuatnya.

“waaannhhh.. Ookkhh.. Aakuu keluaarr..” Crut-crut-crut-crut-crut-crut.
Rikha merintih panjang saat clitorisnya memuntahkan cairan kental dan bersamaan dengan itu, dia mengejat-ngejat. Aku biarkan dia terlentang menikmati orgasmenya yang pertama, sambil membuka semua pakaian yang aku kenakan. Aku memperhatikan Rikha begitu puas dengan foreplay aku tadi, itu terlihat dari raut wajah wanita berjilbab berwajah menggairahkan itu yang tampak begitu puas.

Tanpa memberi waktu panjang, aku segera menghampiri tubuh wanita cantik berjilbab bertubuh mulus itu yang masih lemas dan menarik pinggulnya dipinggir sofa, dan tanpa pikir panjang kontolku yang berukuran besar, langsung menghujam celah kenikmatan Rikha yang sontak meringis.

“Aaakhh.. Damar..,” desah Rikha saat kontolku melesak ke dalam lubang memeknya.
“Mass.. Kontol kamu besar sekali.. Aakkh..”

Aku merasakan setiap gapitan bibir memek wanita cantik berjilbab itu yang begitu seret, sampai aku meringis ngilu disetap gerakan keluar masukku. Aku berpacu dengan nafsu, keringatku bercucuran seperti mandi dan menetes diwajah Rikha yang terus mendesah dan mengerang binal. Setiap gerakan maju mundur kontolku, selalu membuat tubuh Rikha menggelinjang hebat karena memang mulai aku rasakan sangat menikmati permainan ini.
“Dammmm.. Sudahhh.. mmhhh.. Akhh..” sembari berteriak panjang aku rasakan denyutan bibir memek mengapit batang kontolku.

Dan aku rasakan cairan hangat mulai meleleh dari memek Rikha. Aku tidak mempedulikan desahan Rikha yang semakin menjadi, aku hanya berusaha memasukkan kontolku yang agak bengkok ke kiri. Tiba-tiba Rikha mendekap tubuhku erat dan aku tahu itu tanda dia mencapai orgasme yang kedua kalinya.

Kontolku bergerak keluar masuk dengan cepat dan.. Sesaat kemudian aku melepas kontolku dan mengarahkan ke mulut Rikha yang masih terlentang. Aku biarkan dia oral kontolku sejenak, lalu segera kembali menjejalkan kontolku dalam memek wanita cantik berjilbab itu.

Cerita Sex 17 Tahun : hanya 5 Menit

Cerita Sex 17 Tahun : hanya 5 Menit

“Dammm.. Aku.. Mau.. Keluarr lagi.. Aaakk.. Kamu hebat waaann.., aku.. Nggak tahan..” Seiring jertian itu, aku merasakan cairan hangat kembali meleleh disepanjang batang kontolku.
“Aaakhh.. Sayang.. Enak sekali.. Ooohh..,” rintih Rikha.
Bagaikan orang mandi, keringatku kembali berkucuran, diatas tubuh Rikha..
“Liin.. aku boleh keluarin di dalam..,” aku tanya Rikha.
“Jangan.. Aku nggak mau, entar aku hamil,” jelas Rikha.
“Nggak deh Lin.. jangan khawatir..,” rengekku.
“Jangan Dammm.. Aku nggak mau..,” rintihan Rikha membuat aku semakin bernafsu untuk memberikan orgasme yang berikutnya. Kembali aku menggerakkan pinggulku maju mundur.
“Akhh.. Oohh.. Damar.. keluarin kontol kamu.. Aaakkhh..,” Rikha memintaku.
Disaat aku mulai mencapai klimaks, Rikha meminta berganti posisi diatas.
“Damarh..gan..tian.. aku ingin diatas..”
Aku melepas kontolku dan langsung terlentang.

Rikha bangkit dan Iangsung menancapkan kontolku dalam-dalam di lubang kewanitaannya.
“Akhh gila, kontol kamu hebat banget Damm nikmaat.. Ooohh.. Enak..” Rikha merintih sambil terus menggoyangkan pinggulnya.
“Aduhh enak Dammhh..”
Goyangan pinggul Rikha membuat gelitikan halus di kontolku..
“Rikk.. Rikhaa.. Akh..,” aku mengerang kenikmatan saat Rikha menggoyang pinggulnya.
“Mass.. Aku mau keluar sayang..,” sambil merintih panjang, Rikha menekankan dalam-dalam
tubuhnya hlngga kontolku “hilang” ditelan memeknya dan bersamaan dengan itu aku sudah mulai merasakan klimaks sudah diujung kepala.
“Aaahh.. Ahh..”

Aku biarkan spermaku muncrat di dalam memeknya. Daann.. semburan spermaku langsung keluar di dalam Lubang memek Rikha, bersamaan dengan kembali mengejat-ngejatnya tubuh Rikha menikmati orgasmenya yang kesekian kalinya, lalu terhempas jatuh di sofa ruang tengahnya. Aku segera mengatur nafasku, lalu segera berpakaian. Aku mencari dapur dan mengambilkan Rikha segelas air putih. Ketika aku kembali ke ruang tengah, aku temui Rikha sudah duduk termenung.
“makasih ya lin..” kataku sambil mengecup keningnya.
“aku takut hamil, wan..” kata Rikha.

Aku hanya tersenyum. “gak bakal. Tenang saja…” Persetan, pikirku.
Setelah beberapa waktu duduk dan memeluknya, aku segera berpamitan dan kembali ke kostku, dengan tubuh yang lelah namun penuh kepuasan. itulah kejadiannku saat ngekost di daerah yang kebanyakan ceweknya masih lugu.

Cerita Ngentot Nikmatnya Ibu Mertua Tetangga Ku

$
0
0

Cerita Ngentot Nikmatnya Ibu Mertua Tetangga Ku – Aku adalah seorang pria berumur 42 tahun, menikah dan sudah memiliki dua anak yang lucu-lucu. Setelah membaca kisah-kisah di 96.30.41.93, aku ingin menceritakan pengalamanku sendiri dengan ibu tetanggaku 3 tahun yang lalu kepada pembaca sekalian. Selamat membaca.

Setiap sabtu malam minggu aku punya kebiasaan main catur di rumah tetanggaku. Catur adalah salah satu dari sekian banyak hobiku selain olahraga, membaca, otak-atik elektronik dan bercocok tanam. Aku biasanya main catur dengan tetanggaku, seorang bujangan yang rumahnya tak jauh dari rumahku. Tetanggaku itu tinggal hanya dengan ibunya saja. Kakak perempuannya sudah menikah, dan tinggal dengan suaminya di lain kota. Hubunganku dengan sahabatku terjalin sangat akrab, juga dengan ibunya. Kami saling menghormati satu sama lain, meskipun beda usiaku dengan sang ibu hanya 5 tahun, dia 5 tahun lebih tua dariku saat itu. Hingga terjadilah peristiwa itu, yang tak pernah kusangka-sangka sebelumnya. Peristiwa yang akhirnya mengubah diriku 180 derajat.

Seperti pada sabtu sebelumnya, aku bermaksud main ke rumahnya buat caturan. Kupamit pada istriku dan segera bergegas ke rumahnya. Udara malam itu memang dingin sekali akibat hujan lebat selama 2 jam yang terjadi sore tadi. Singkat kata aku sudah berada di pintu rumahnya. Kuketuk pintunya, dan tak lama pintu itu terbuka. Ternyata si ibu yang membukanya.

“Oh Ibu, ada Barinya bu?” tanyaku ramah.

“Nak Surya? oh Barinya lagi pergi tuh…” jawab si ibu sama ramahnya.

“Ke mana, Bu?”

“Ke pesta pernikahan teman SMUnya. Baru aja dia jalan…”

“Oh gitu ya?” sahutku. “Kalau gitu, saya pamit aja deh…”

“Oh, kenapa buru-buru, kan Nak Surya baru sampai?”

“Ah, nggak. Kalau Bari nggak ada, saya pamit aja deh…”

“Ah, jangan terburu-buru begitu. Temani Ibu ya?”

Walau agak heran dengan permintaannya, aku akhirnya menurut juga. Kuikuti dia masuk. Kamipun tak lama asyik berbincang-bincang di ruang tamunya. Hingga akhirnya si ibu menawariku kopi.

“Oh iya, Nak. Keasyikan ngobrol jadi lupa nawari minum. Sebentar saya siapkan dulu ya…”

“Ah, Ibu. Nggak usah repot-repot…”

“Ah, nggak kok. Masa repot?” kata si ibu sambil tersenyum ramah. Setelah itu, dia segera beranjak ke dapur.

Sambil menunggu, kuambil koran terbitan hari ini yang tergeletak di meja tamu lalu kubaca-baca. Sedang asyik kubaca koran itu, tiba-tiba si ibu memanggil dari dapur.

“Nak… Nak, bisa saya minta tolong?”

“Oh, ada apa, Bu?”

Spontan aku segera beranjak dari sofa itu dan langsung menghampirinya. Ternyata kompor gas si ibu agak macet dan dia memintaku membetulkannya. Pas sedang membetulkannya, tak sengaja aku melihat ke arah gundukan payudara si ibu. Saat itu si ibu sedang membungkuk memperhatikanku yang sedang sibuk mengutak-atik kompor gasnya yang macet. Apalagi si ibu hanya mengenakan daster yang belahan dadanya agak rendah. Aku langsung terpana melihatnya. Selain besar, payudaranya juga tampak ranum dan kenyal. Tak kusangka perempuan ini masih memiliki payudara seindah itu di usianya yang tak muda lagi. Pemandangan indah itu membuat Kontolku mulai tegak membesar dari balik celana jeans yang kukenakan tanpa kusadari. Aku begitu terangsang melihat keindahan payudara si ibu.

Si ibu yang semula perhatiannya ke pekerjaanku, tak urung kaget juga melihat perubahan ukuran Kontolku. Tapi anehnya, dia tak juga merubah posisinya. Sepertinya dia sih tahu aku terangsang dengan kemolekan payudaranya tapi dia tampak cuek saja, pura-pura tak tahu. Akhirnya setelah berusaha sekuat tenaga mengendalikan malu sekaligus mengendalikan Kontolku supaya tak semakin membesar ukurannya, selesai juga masalah kompor itu.

“Wah, Nak Surya hebat!” pujinya di sampingku.

“Ah, nggak masalah… cuma masalah kecil kok Bu” sahutku.

“Kalau gitu ibu bisa minta tolong lagi?” katanya sambil menatapku nakal dan tersenyum genit.

Walau aku sudah menduga apa yang akan dia minta itu, tak urung hatiku berdebar-debar juga menanti pertanyaannya. Apalagi kulihat dia semakin mendekatkan dirinya ke tubuhku.

“A.. aa… pa Bu?” lidahku mendadak kelu, menyadari betapa dekat wajahnya denganku saat ini.

Sambil mendesah, si ibu berkata parau, “Ibu mau kamu cium ibu…”

Belum sempat menyahut, dia langsung berjinjit, memeluk leherku lalu mencium bibirku. Sejenak aku terkesiap, namun tak lama kemudian kami sudah asyik berciuman di dapur itu. Hilang sudah akal sehatku setelah bibirku bersentuhan dengan bibirnya yang tipis dan indah itu. Sambil asyik berciuman, diraihnya tangan kananku untuk meremasi payudaranya di sebelah kanan, sedangkan diarahkannya tangan kiriku ke pantatnya. Tangankupun langsung bergerak terampil. Keduanya langsung bergerak nakal menjalari payudara dan pantatnya yang ranum dan montok itu.

Si ibu tampak melenguh-lenguh merasakan nakalnya tanganku meremasi payudara dan jari-jariku menyusuri belahan pantatnya. Di lain pihak, tangan si ibu aktif meremasi Kontolku dari luar celanaku, membuat juniorku itu semakin meradang saja ukurannya. Satu tangannya dia julurkan ke dadaku untuk meremasi puting susuku yang tercetak jelas dari balik kemeja kaus ketat yang kukenakan ini. Ketika nafsu kami semakin memuncak, dituntunnya aku ke ruang keluarganya. Di sana dengan serempak, kami saling melucuti pakaian masing-masing, sehingga tak lama kamipun sudah bugil.

Kupandangi dengan sepenuh nafsu tubuhnya yang bugil itu. Luar biasa! Usia boleh kepala 4, tapi bodinya tak kalah dengan bodi para perempuan yang lebih muda. Tanda-tanda ketuaan memang tak bisa ditutupi, tapi secara garis besar, dia masih sangat menggiurkan bagi para lelaki mana saja yang menatapnya. Apalagi kalau sudah bugil begini. Bahunya lebar, payudaranya besar, ranum dan mengkal. Tak tampak tanda-tanda melorot seperti payudara para wanita seusianya. Perutnya rata, nyaris tak ada lemaknya. Pinggangnya bundar, pinggulnya montok. Kaki dan betisnya tampak mulus dan kencang. Mungkin si ibu suka olahraga juga nih, makanya bodinya begitu terawat dan indah.

Di lain pihak, si ibu tampak tak kalah kagumnya melihatku telanjang. Maklumlah, hobi olahragaku yang sudah kutekuni sejak SD, membuat fisikku menjadi sangat bugar. Otot-otot kekar nan liat tampak bersembulan di sekujur tubuhku. Membuat banyak wanita sering kelimpungan kalau melihatku telanjang.

“Tubuh Nak Surya keren banget deh… Ibu suka sama lelaki macho kayak Nak Surya ini…” kata si ibu smabil menatapku penuh nafsu. Dia mendekatiku lalu memelukku lagi. Kedua tangannya bergerak liar, meraba-raba bukit dada dan perut simetrisku, lalu bergerak turun ke arah Kontolku. Sesaat kemudian, kami kembali asyik berciuman liar dan saling meremas apa yang bisa kami remas.

Hanya sebentar kami melakukan itu. Berikutnya, kami saling membaringkan diri di atas karpet tebal di ruangan itu. Kami seakan tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Kami membentuk posisi 69 dan tak lama kami sudah asyik saling menjilati kemaluan lawan mainnya. Si ibu tampak bersemangat mengulum kemaluanku sambil asyik mengocoknya. Sesekali dia ikut menjilat dan meremasi kantung spermaku.
Aku dan Ibu Tetanggaku

Rasanya sangat dahsyat kulumannya. Bahkan kuluman istriku tidak sedahsyat kulumannya. Tampaknya si ibu ini benar-benar sudah lama tidak disentuh lelaki, hingga kulumannya tampak begitu ganas. Di bawah sana, lidah dan jari-jariku tak kalah aktifnya dengan tangan si ibu. Lidahku bergerak naik-turun sambil menjilati bibir kemaluannya, labia mayoranya dan semua yang ada di sekitarnya. Tangan kiriku asyik meremasi bokongnya, sedangkan jari-jari tangan kananku asyik menusuki lubang memeknya.

Kami terus saling merangsang sambil mendesis-desis penuh kenikmatan. Kami saling mencium, menjilat, meremas, dan menggigit dengan rakusnya. Sampai akhirnya kami sendiripun merasa tidak tahan. Tanpa ada aba-aba sebelumnya, serentak kami berubah posisi. Si ibu ambil posisi di bawah, sedangkan aku bergerak menindih di atas tubuh moleknya. Sambil tersenyum mesum, dia buka selangkangannya lebar-lebar. Memamerkan liang surganya yang sangat indah nan menggiurkan itu. Membuat jakunku naik-turun berulang kali. Tak sabar segera kutuntun Kontolku ke lubang memeknya.

Kugesek-gesekkan sejenak kepala Kontolku di bibir memeknya, sebelum akhirnya kudorong pelan.

“Ssleebb… ssleebbb… bblessshhh…” sedikit demi sedikit Kontolku tertelan liang surganya, menimbulkan sensasi nikmat yang susah digambarkan rasanya. Si ibu sendiri tampak meringis-ringis nikmat merasakan sodokan kemaluanku yang hangat dan keras ini memasuki liang surganya.

Memek si ibu kurasakan masih sempit dan legit. Tidak kalah dengan memek para gadis. Tampaknya si ibu sangat pintar dalam menjaga kemaluannya itu. Membuat batang Kontolku yang ukurannya king size itu tampak agak kesulitan menembusnya. Namun dengan rangsangan terus menerus dariku di titik-titik erotisnya, akhirnya memek si ibu menyerah juga. Lorong yang hangat itu terasa semakin basah seiring meluapnya cairan pelumasnya, akibat rangsangan lidah dan tanganku di payudaranya.

Kontolku terus melaju hingga sampai di bagian terdalam liang surganya. Lalu mulai kupompa dia. Aku bergerak dalam posisi push-up di atasnya. Sementara pantatku bergerak maju-mundur mengebor memeknya. Semakin lama gerak pantatku semakin kupercepat. Membuat jeritan erotis si ibu semakin keras terdengar. Membuatku semakin bersemangat dalam menjajah lubang kemaluannya.

Keringat mulai mengalir deras membasahi tubuh bugil kami. Si ibu tampak menjerit-jerit keenakan dipompa senjataku. Sepasang tangannya meremasi rambutku. Tak jarang tangan-tangan itu aktif mencakari punggungku yang liat ini, membuat sedikit pedih di kulitnya karena kukunya yang agak panjang itu. Aku sendiri tak mau kalah. Sambil terus memompa Kontolku dalam-dalam, aku asyik mencumbui bibirnya yang seksi. Aku juga gigit-gigit pelan lehernya yang mulus kulitnya itu. Sesekali aku menyusui sepasang payudaranya yang menggiurkan itu secara bergantian. Pantat dan pinggul si ibu tampak bergoyang-goyang liar menyambut sodokan Kontolku, membuatku nyaris gila karena begitu nikmat pengaruhnya di batang Kontolku.

Sekitar 15 menit kemudian si ibu keluar. Dia semakin erat memeluk tubuh atletisku yang basah kuyup oleh keringat kami berdua. Kubiarkan dia beristirahat sejenak setelah orgasmenya itu. Kemudian kembali kuserang dia. Kucoba bangkitkan gairahnya lagi dengan meremasi setiap jengkal titik erotisnya. Tak lama kami sudah asyik berciuman dengan liarnya sambil saling meremas dan meraba. Tak butuh lama untuk membangkitkan gairahnya. Ciuman kami yang liar berhasil membuatnya panas kembali. Ketika aku hendak menggaulinya lagi dengan posisi serupa, dia menggeleng.

Dia berdiri lalu memintaku untuk bercinta lagi di posisi lain. Aku tersenyum mendengar permintaannya itu. Lalu segera kubopong dia ke atas sofa di ruang keluarganya. Di sana kami masih sempat bergelut sebentar sebelum dia bergerak lagi. Dia naik ke atas pangkuanku membelakangiku. Dipegangnya batang Kontolku yang masih perkasa ini ke arah memeknya yang sudah mulai basah kembali, lalu… “blesshhhh….” masuk sudah seluruh batang Kontolku ditelan memeknya.

Pada posisi yang kedua ini, rasa nikmat yang kami rasakan terasa luar biasa. Kemaluanku yang king size ini begitu menikmati pijatan otot-otot memeknya si ibu. Di lain pihak si ibu tak henti-hentinya mendesis kenikmatan. Kepalanya tampak bergoyang-goyang liar merasakan pompaan Kontolku. Kepala kemaluanku yang besar ini rupanya berhasil sampai di mulut rahimnya, dan memberikan kenikmatan tak terhingga baginya. Turun-naik, keluar-masuk, memompa dan dipompa, menggoyang dan digoyang. Semakin lama semakin liar dan cepat. Sambil memompa, tak henti-hentinya kuremasi payudaranya yang montok itu dari belakang. Seperti tadi, sekitar 15 menit kupompa memeknya, dia keluar lagi untuk yang kedua kalinya.

Sebelum aku keluar, kami sempat bercinta dalam 2 posisi lagi. Kami melakukannya dalam gaya berhadapan dan gaya anjing di sofa itu. Aku berhasil membuatnya keluar sebanyak 2 kali. Masing-masing dalam setiap gaya persetubuhan yang kami lakukan.

10 menit kemudian, setelah lebih dari sejam kami bercinta, jebol juga pertahananku. Kutarik Kontolku keluar dari jepitan memeknya semenit sebelum aku sampai di puncak. Lalu kusemburkan spermaku berkali-kali ke wajah dan payudara si ibu. Spermaku yang kental dan banyak itu membasahi wajah, leher, payudara dan rambutnya. Dikocoknya batangku, seolah-olah dia tak puas dengan seluruh sperma yang kutumpahkan tadi. Setelahnya, dia raih sperma-sperma itu untuk ditelannya hingga habis. Sisanya dia balurkan ke dada dan kedua puting susuku, untuk dia jilati seperti seorang anak menjilati sisa-sisa es krimnya. Membuatku meringis-ringis kegelian.

Cerita Ngentot | Tukar Pasangan Dina dan Pembantu

Cerita Ngentot | Tukar Pasangan Dina dan Pembantu

Puas bercinta, kami sama terkapar di atas sofa. Kami bercanda sambil sesekali berciuman dan saling meremas. Sesudahnya aku mandi di rumahnya untuk membersihkan tubuhku dari sisa-sisa pergumulan dahsyat tadi, agar tidak ketahuan istriku. Selesai mandi, si ibu membuatkanku teh manis hangat dengan cemilan ringan. Kamipun berbincang-bincang sejenak seperti tidak ada terjadi apa-apa di antara kami.

Begitu kudapannya habis dan aku hendak pamit, si ibu buru-buru mencekal lenganku. Sambil menatapku genit, dia berpesan aku lebih sering-sering mampir ke rumahnya. Aku hanya tersenyum saja mendengar permintaannya itu. Dia lalu mencium bibirku dengan sepenuh perasaan. Dia juga sempat meremas kemaluanku dari balik celana, sebelum dia melepasku di teras rumahnya

Dalam perjalanan ke rumah, aku berkali-kali menghembuskan nafas panjang. Aku tak pernah menyangka akhirnya aku berselingkuh juga. Dengan wanita yang tak kusangka-sangka pula. Tetangga sekaligus ibu sahabat baikku selama ini. Sebelumnya tak pernah sekalipun aku mengkhianati istriku selama 15 tahun pernikahan kami. Banyak wanita di luar sana yang begitu menarik, namun tak sedetikpun aku tertarik untuk berselingkuh dengan mereka. Apalagi istriku juga termasuk wanita yang pandai memuaskanku di atas ranjang.

Kali ini semuanya terasa berbeda. Walaupun aku sangat menyesal telah mengkhianati istriku, aku tak bisa membohongi diriku sendiri kalau perselingkuhan itu ternyata nikmat juga. Sangat nikmat malah. Ibarat kalau selama ini kita hanya makan ‘opor’ di rumah tangga kita, selingkuh berarti kita makan ‘opor’ di luar sana, tetapi dengan variasi, rasa dan sensasi yang berbeda.

Begitu aku sampai di depan pagar rumahku sendiri, sesungging senyum tiba-tiba muncul di sudut bibirku. Aku merasa yakin, bahwa perselingkuhan ini bukanlah yang pertama dan terakhir kalinya terjadi dalam hidupku.

Cerita Bokep | Gairah Dian Pembantuku

$
0
0

Cerita Bokep | Gairah Dian Pembantuku – Hari ini aku mempunyai pembantu baru,dian namanya.umurnya sih baru 19 tahun.dia didatangkan istriku dari salah satu agen penyalur tenaga kerja di kota kami.wajahnya sih lumayan untuk ukuran gadis dari desa.badannya termasuk agak pendek tetapi dengan bodi yg sintal.aku paling suka kalo melihat dia kalo mengepel lantai sambil jongkok.wah pastinya otakku sudah mulai berpikiran macam-macam.andai saja aku bisa doggy style dengan dia.tapi untuk sementara pikiran itu sudah kubuang jauh-jauh.

Pada suatu hari,istriku mendapat telepon dari saudaranya di kota lain.yang memintanya untuk pulang ke rumah orang tuanya karena ada salah satu sanak familinya yg meniggal dunia. mulanya sih istriku memintaku untuk ikut tapi aku tidak bisa ikut dia dengan alasan ada pekerjaan di kantor.

Hari itu tidak ku sia-siakan juga.sewaktu dian mandi aku sengaja mengintip dari pintu kamar mandinya yg sedikit terbuka. Pemandangan yang luar biasa indah membuat nafsu birahiku meningkat dan kuintip lagi, kali ini dina menghadap ke arah pintu dimana tangannya sedang meremas-remas payudaranya yang ranum terbungkus kulit sawo matang dan putingnya sesekali dipijatnya, sedangkan bulu-bulu halus menutupi liang vaginanya diusap oleh tangannya yang lain, hal ini membuat dia merem-melek. Pemandangan seorang gadis kira-kira 19 tahun dengan lekuk tubuh yang montok nan seksi, payudara yang ranum dihiasi puting coklat dan liang vagina yang menonjol ditutupi bulu halus sedang dibasahi air dan sabun membuat nafsu birahi makin meningkat dan tentu saja batangku mulai mendesak dari balik celana kantorku.

Melihat nafsuku mulai berontak dengan cepat kutanggalkan seluruh pakaian kerjaku di atas sofa, dengan perlahan kubuka pintu kamar mandiku, dian yang sudah kembali membelakangiku, perlahan kudekati Dian yang membasuh sabun di bawah shower. Secara tiba-tiba tubuhnya kupeluk dan kuciumi leher dan punggungnya. Dian yang terkaget-kaget berusaha melepaskan tanganku dari tubuhnya. “Akh.. jangan Pak.. jangan.. tolong Pak..” Karena ten****ya lemah sementara aku yang makin bernafsu, akhirnya Dian melemaskan ten****ya sendiri karena kalah tenaga dariku. Bibir tebal dan merekah sudah kulumatkan dengan bibirku, tanganku yang satu membekap tubuhnya sambil menggerayangi payudaranya, sedangkan tanganku yang satunya telah mendarat di pangkal pahanya, vaginanya pun sudah kuremas. “Ahh.. ahh.. jja. jjangan.. Pak..” “Tenang sayang.. nanti juga enak..”

Aku yang sudah makin buas menggerayangi tubuhnya bertubi-tubi membuat Dian mengalah dan Dian pun membalas dengan memasukkan lidahnya ke mulutku sehingga lidah kami bertautan, Dian pun mulai menggelinjang di saat jariku kumasukan ke liang vaginanya. “Arghh.. arghh.. enak.. Pak.. argh..” Tubuh Dian kubalik ke arahku dan kutempelkan pada dinding di bawah shower yang membasahi tubuh kami. Setelah mulut dan lehernya, dengan makin ke bawah kujilati akhirnya payudaranya kutemukan juga, langsung kuhisap kukenyot, putingnya kugigit. Payudaranya kenyal sekali seperti busa. Dian makin menggelinjang karena tanganku masih merambah liang vaginanya. “Argh.. akkhh.. akhh.. terus.. Pak.. enak.. terus..” Aku pun mulai turun ke bawah setelah payudara, aku menjilati seluruh tubuhnya, badan, perut dan sampailah ke selangkangannya dimana aku sudah jongkok sehingga bulu halus yang menutupi vaginanya persis di hadapanku, bau harum tercium dari vaginanya.

Aku pun kagum karena Dian merawat vaginanya sebaik-baiknya. Bulu halus yang menutupi vaginanya kubersihkan dan kumulai menjilati liang vaginanya. “Ssshh.. sshh.. argh.. aghh.. aw.. sshh.. trus.. Pak.. sshh.. aakkhh..” Aku makin kagum pada Dian yang telah merawat vaginanya karena selain bau harum, vagina Dian yang masih perawan karena liangnya masih rapat, rasanya pun sangat menyegarkan dan manis rasa vagina Dian. Jariku mulai kucoba dengan sesekali masuk liang vagina Dian diselingi oleh lidahku. Rasa manis vagina Dian yang tiada habisnya membuatku makin menusukkan lidahku makin ke dalam sehingga menyentuh klitorisnya yang dari sana rasa manis itu berasal. Dian pun makin menggelinjang dan meronta-ronta keenakan tapi tangannya malah menekan kepalaku supaya tidak melepaskan lidahku dari vaginanya.

“Auwwhh.. aahh.. terus.. sedapp.. Pakkh..” “Yar.. vaginamu sedap sekali.. kalau begini.. setiap malam aku pingin begini terus..” “Mmm.. yah.. Pak.. terus.. Pak.. oohh..” Dian makin menjerit keenakan dan menggelinjang karena lidahku kupelintir ke dalam vaginanya untuk menyedot klitorisnya. Setelah hampir 30 menit vagina Dian kusedot-sedot, keluarlah cairan putih kental dan manis serta menyegarkan membanjiri vagina Dian, dan dengan cepat kujilat habis cairan itu yang rasanya sangat sedap dan menyegarkan badan.

“Ooohh.. ough.. arghh.. sshh.. Pak, Dian.. keluar.. nihh.. aahh.. sshh..” “Yar.. cairanmu.. mmhh.. sedap.. sayang.. boleh.. saya masukin sekarang.. batang saya ke vagina kamu? mmhh.. gimana sayang..” “Hmm.. boleh Pak.. asal.. Ibu nggak tahu..” Dian pun lemas tak berdaya setelah cairan yang keluar dari vaginanya banyak sekali tapi dia seakan siap untuk dimasuki vaginanya oleh batangku karena dia menyender dinding kamar mandi tapi kakinya direnggangkan. Aku pun langsung mendempetnya dan mengatur posisi batangku pada liang vaginanya. Setelah batangku tepat di liang vaginanya yang hangat, dengan jariku kubuka vaginanya dan mencoba menekan batangku untuk masuk vaginanya yang masih rapat.

“Ohh.. Dian.. vaginamu rapat sekali, hangat deh rasanya.. saya jadi makin suka nih..” “Mmmhh.. mhh.. Pak.. perih.. Pak.. sakit..” “Sabar.. sayang.. nanti juga enak kok, sabar ya..” Berulang kali kucoba menekan batangku memasuki vagina Dian yang masih perawan dan Dian pun hanya menjerit kesakitan, setelah hampir 15 kali aku tekan keluar-masuk batangku akhirnya masuk juga ke dalam vagina Dian walaupun hanya masuk setengahnya saja. Tapi rasa hangat dari dalam vagina Dian sangat mengasyikan dimana belum pernah aku merasakan vagina yang hangat melebihi kehangatan vagina Dian membuatku makin
cepat saja menggoyangkan batangku maju-mundur di dalam vagina Dian.

“Yar, vaginamu hangat sekali, batangku rasanya di-steam-up sama vaginamu..” “Iya.. Pak, tapi masih perih Pak..” “Sabar ya sayang..” Kukecup bibirnya untuk menahan rasa perih vagina Dian yang masih rapat alias perawan sedang dimasuki batangku yang besarnya 29 cm dan berdiameter 5 cm, wajar saja kalau Dian menjerit kesakitan. Payudaranya pun sudah menjadi bulan-bulanan mulutku, kujilat, kukenyot, kusedot dan kugigit putingnya. “Ahh.. ahh.. aah.. awww.. Pak.. iya Pak.. enak deh.. rasanya ada yang nyundul ke dalam memek Dian.. aahh..” Dian yang sudah merasakan kenikmatan ikut juga menggoyangkan pinggulnya maju-mundur mengikuti iramaku. Hal ini membuatku merasa menemukan kenikmatan tiada tara dan membuat makin masuk lagi batangku ke dalam vaginanya yang sudah makin melebar.

Kutekan batangku berkali-kali hingga rasanya menembus hingga ke perutnya dimana Dian hanya bisa memejamkan mata saja menahan hujaman batangku berkali-kali. Air pancuran masih membasahi tubuh kamimembuatku makin giat menekan batangku lebih ke dalam lagi. Muka Dian yang basah oleh air shower membuat tubuh hitam manis itu makin mengkilat sehingga membuat nafsuku bertambah yaitu dengan menciumi pipinya dan bibirnya yang merekah. Lidahku kumasukan dalam mulutnya dan membuat lidah kami bertautan, Dian pun membalas dengan menyedot lidahku membuat kami makin bernafsu. “Mmmhh.. mmhh.. Pak.. batangnya nikmat sekali, Dian jadi.. mmauu.. tiap malam seperti ini.. aakh.. aakkhh.. Paakkhh.. Dian keeluuaarr.. nniihh..”

Akhirnya bobol juga pertahanan Dian setelah hampir satu jam dia menahan seranganku dimana dari dalam vaginanya mengeluarkan cairan kental yang membasahi batangku yang masih terbenam di dalam vaginanya, tapi rupanya selain cairan, ada darah segar yang menetes dari vaginanya dan membasahi pahanya dan terus mengalir terbawa air shower sampai ke lantai kamar mandi dan lemaslah tubuhnya, dengan cepat kutahan tubuhnya supaya tidak jatuh. Sementara aku yang masih segar bugar dan bersemangat tanpa melihat keadaan Dian, dimana batangku yang masih tertancap di vaginanya. Kuputar tubuhnya sehingga posisinya doggy style, tangannya kutuntun untuk meraih kran shower, sekarang kusodok dari belakang. Pantatnya yang padat dan kenyal bergoyang-goyang mengikuti irama batangku yang keluar-masuk vaginanya dari belakang.

Cerita Dewasa | Pacar-ku dan Adik-adiknya

Cerita Dewasa | Pacar-ku dan Adik-adiknya

Vagina Dian makin terasa hangat setelah mengeluarkan cairan kental dan membuat batangku terasa lebih diperas-peras dalam vaginanya. Hal itu membuatku merasakan nikmat yang sangat sehingga aku pun memejamkan mata dan melenguh. “Ohh.. ohh.. Yar.. vaginamu sedap sekali, baru kali ini aku merasakan nikmat yang sangat luar biasa.. aakkh.. aakkhh.. sshh..” Dian tidak memberi komentar apa-apa karena tubuhnya hanya bertahan saja menerima sodokan batangku ke vaginanya, dia hanya memegangi kran saja. Satu jam kemudian meledaklah pertahanan Dian untuk kedua kalinya dimana dia mengerang, tubuhnya pun makin merosot ke bawah dan cairan kental dengan derasnya membasahi batangku yang masih terbenam di vaginanya. “Akhh.. aakkhh.. Pak.. Pakkhh.. nikmatthh..”

Setelah tubuhnya mengelepar dan s***** 15 menit kemudian gantian tubuhku yang mengejang dan meledaklah cairan kental dari batangku dan membasahi liang vagina Dian dan muncrat ke rahim Dian, yang disusul dengan lemasnya tubuhku ke arah Dian yang hanya berpegang pada kran sehingga kami terpeleset dan hampir jatuh di bawah shower kamar mandi. Batangku yang sudah lepas dari vagina Dian dan masih menetes cairan dari batangku, dengan sisa tenaga kugendong tubuh Dian dan kami keluar dari kamar mandi menuju kamar tidur dan langsung ambruk ke tempat tidurku secara bersamaan.

Aku terbangun sekitar jam 10.30 malam, itupun karena batangku sedang dikecup oleh Dian yang sedang membersihkan sisa-sisa cairan yang masih melekat pada batangku, Dian layak anak kecil menjilati es loli. Aku usap kepalanya dengan lembut. Setelah agak kering Dian bergeser sehingga muka kami berhadapan. Dia pun menciumi pipi dan bibirku. “Pak.. Dian puas deh.. batang Bapak nikmat sekali pada saat menyodok-nyodok memek Dian, Dian jadi kepingin tiap hari deh, apalagi di saat air hangat mengalir deras di rahim Dian.. kalau Bapak gimana? Puas nggak.. sama Dian..?” “Yar.. Bapak pun puas sekali.. Bapak senang bisa ngebongkar vagina Dian yang masih rapat.. terus terang.. baru kali ini Bapak puas sekali bermain, sejak dulu sama istriku aku belum pernah puas seperti sekarang.. makanya saya mau Dian siap kalau saya datang dan siap jadi istri kedua saya.. gimana..?” “Saya mah terserah Bapak aja.” “Sekarang saya kerja dulu yach.. Dian.. besok aku minta jatah lagi..” “Oke.. Pak.. janji yach.. vagina Dian maunya tiap hari nich disodok punya Bapak..” “Oke.. sayang..” Kukecup pipi dan bibir Dian, aku mandi dan setelah itu kutinggal dia untuk pergi ke kantor.

sejak saat itulah aku dan dian seperti ketagihan untuk melakukan hal itu.di mobil,di dapur, di kamar tidur.aku selalu kangen sama memek dian……:):)

Cerita Dewasa Nikmatnya Memek Perawan

$
0
0

Cerita Dewasa Nikmatnya Memek Perawan | Cerita Ngentot – Nikmatnya Memek Perawan Anak Ibu Kost | Gue, pria 25 tahun seorang mahasiswa salah satu universitas di jogja yang sampai saat ini belum tamat-tamat. Walau dari segi akademis gue tergolong gagal, tapi dalam hal menakhlukkan hati kaum hawa gue termasuk orang-orang berprestasi, heheee.. Gue pengen cerita pengalaman pribadi gue, mudah2an ada manfaatnya.

Kisah ini bermula ketika gue dapat tempat kos yang baru. Dari pagi sampe sore muter-muter daerah UGM, akhirnya nemu juga tempat kos yang bakal ditempetin. Awalnya gak begitu suka, karena tempat kosnya terpisah jauh dari temen2 gue yang lain. Tempatnya juga terlalu masuk ke lorong-lorong. Tapi ada satu hal yang membuat gue mutusin buat ngambil kosan disana, yaitu anak ibu kosnya yang cakep alang kepalang.
Namanya Rina, mahasiswi semester 3 di UGM. Pertama kali gue ngeliat dia, jantung gue langsung berdesir karena doi manis banget. “iya, kosan yang disebelah ada kok kak, tapi Cuma satu kamar.” Begitu suaranya ramah ketika pertama kali gue komunikasi sama doi.

Ibu kosnya juga baik. Namun ibu kos nya yang berprofesi pedagang di Sleman belum pulang. Rina mengatakan kalau ibu dan bapaknya berdagang pergi pagi pulang malam.
Akhirnya sore besoknya gue mutusin untuk ngambil kamar kosan yang bersebelahan langsung dengan rumah ibu Kosnya. Walau tinggal terpencil jauh dari temen2, gak masalah lah.. yang penting gue bisa dapetin nih si bidadari khayangan.

Malam itu gue udah ready untuk tinggal di kosan baru gue. Begitu keluar, ehh.. ternyata gebetan gue Rina lagi telponan diluar sambil duduk santai di teras rumahnya. “wah.. kesempatan buat pdkt nih..” dalam hati gue.
Setelah nungguin dia selesai telponan lumayan lama, akhirnya gue keluar kamar dan samperin doi. “Hai.. lagi ngapain?” sapa gue sambil melempar senyum.
“Eh, lagi santai aja kak.” Balasnya membalas senyum gue.
“Telponan sama siapa?”

“Sama pacar kak” jawabnya. Plaaakk.. gue serasa kena tampar. Ternyata doi udah punya pacar. Habis deh!
Namun, pembicaraan tetap berlanjut. Walau Rina sudah punya pacar, gue tetap pengen akrab sama dia. Siapa tau ntar dia putus, siapa tau ntar dia bosen sama pacarnya.. Siapa tau.. siapa tau.. gue menghibur diri.
Gue perhatikan wajah manis Rina. Bener-bener wajah bidadari! Kulitnya halus tanpa jerawat. Ternyata ada tai lalat mungil di pipinya.
“Kak kok ngeliatin Rina gitu sih?” tanya Rina risih.
Gue tersadar. “Ehh.. gak. Ternyata Rina punya tai lalat di pipi yah?” tanya gue.
“Orang yang punya tai lalat di pipi itu beruntung lho..” ucap gue keumudian.
“Emang kenapa kak?” tanya nya penasaran.
“Iyalah beruntung! untung aja tai lalat, kalo tai kebo gimana coba?” seloroh gue.
Rina langsung ketawa. Manis banget ngeliat dia ketawa. Akhirnya malam itu gue berhasil ngobrol panjang lebar dan ketawa ketiwi bareng Rina. Bahkan setelah cerita tai lalat itu, rina bahkan nunjukin kalau dia punya tanda lahir di lengannya.
“Mana mungkin itu tanda lahir! Itu tatto tuh!” gue langsung aja nuduh.
“Sumpah kak ini tanda lahir!” balasnya.
“Gak percaya! Pasti kamu orangnya tattoan yah! Harus diperiksa nih!” tuduh gue. Dia malah tertawa cekikikan. Gue senang..

Paginya, gue sempetin dulu olahraga pagi. Angkat barbel dan push up ringan sudah jadi rutinitas pagi buat gue. Punya badan atletis dan berotot memang kharakteristik gue. Alah..
Tiba-tiba gue denger suara cebar-cebur dari kamar mandi. Gue selidiki asal suara tersebut, ternyata persis bersebelahan dengan dinding disebelah kamar gue. Ternyata disebelahnya kamar mandi!
Gue coba dengerin suara gemercik air tersebut. Ternyata suara berikutnya adalah lantunan nyanyian seorang gadis. Tidak salah lagi, itu suara Rina! Gue begitu menikmati suara nyanyiannya. Merdu banget!
Akhirnya timbul pikiran kotor gue. Dinding tembok yang sebenarnya tidak terlalu tinggi itu bisa gue panjat! Akhirnya dengan secepat kilat, otak gue berfikir keras. Bagaimana caranya untuk memanjat dinding yang tingginya dua setengah meter ini.

Setelah yakin orang tua Rina sudah berangkat pergi berdagang dan Rina pasti sendirian di rumah, gue nekat untuk ngintipin Rina mandi. Dengan bantuan kursi, akhirnya gue bisa mencapai ujung tembok paling atas. Pelan-pelan gue angkat kepala untuk melihat pemandangan disebelah sana. Ternyata benar! Rina sedang mandi sambil bernyanyi.

Rina dengan wajah manis itu ternyata punya tubuh yang sangat seksi. Dari ujung rambut hingga ujung kakinya dapat gue liat secara jelas. Payudaranya yang montok bergelantungan. Kulitnya putihnya yang dibalut busa-busa sabun. Hingga rambut-rambut halus yang tumbuh didaerah kemaluannya dapat terlihat jelas. Hal itu tanpa sadar sudah membuat batang kemaluan gue langsung mengeras.
Rina masih asyik menggosok-gosok bagian tubuhnya dengan sabun. Yang membuat gue gak tahan yaitu terkadang tangannya meremas payudaranya sendiri. Kilauan sabun dari payudaranya yang putih licin oleh sabun membuat gue serasa mau pingsan.

Sejurus kemudian, rina membilas sabunnya dengan menimba air. Kulitnya makin terlihat putih bercahaya. Berikutnya bagian selangkangannya yang dicuci dengan air. Diluar dugaan gue, ternyata Rina mengelus-elus bagian kemaluannya.
Awalnya gue berfikir Rina melakukan pembersihan di daerah vaginanya. Ternyata, ia begitu keasyikan mengelus-elus daerah yang berbulu tersebut. Gue liat matanya sudah merem-merem keenakan. “Ohh tidaakk.. Rina sedang masturbasi!”

Baru kali ini gue melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri ada seorang cewek yang masturbasi. Secara jelas gue menonton Rina yang tengah keasyikan memainkan jarinya di bibir kemaluannya.
Secara tak sadar gue jadi lupa diri kalau sebenarnya posisi gue sangat rawan. Bisa bahaya kalau sampai ketahuan oleh Rina. Malu banget lah, baru satu hari ngekos ditempat orang sudah berlaku kurang ajar.
Ternyata bata yang menjadi pijakan gue tak sanggup lagi menahan pijakan gue. Akhirnya salah satu batu bata tersebut terjatuh. Rina jadi kaget dan menghentikan adegan masturbasinya.

“Mati gue kalo rina sampai tau!” batin gue terus cemas. Gue langsung menghentikan tontonan langka nan sangat istimewa tersebut. Gue segera turun dari dinding yang gue panjat buru- buru.
Ternyata Rina menyadari dirinya diintip. Rina segera memakai handuknya dan buru-buru keluar kamar mandi. Gue segera menuju pintu kamar mandi untuk menghalangi dan menenangkan Rina, kalau-kalau ia berteriak. Bisa mampus gue kalau dia ngadu ke ortunya.

Ternyata gue yang buru-buru melintasi pintu kamar mandi langsung bertabrakan dengan Rina yang baru saja keluar kamar mandi. Handuk rina langsung tersibak, ia terjatuh.
“Maaf.. maaf..” Cuma itu yang bisa terlontar dari mulut gue sambil membantu Rina untuk berdiri. Gue langsung mengambil handuknya. Rina tampak kelabakan ketika handuknya hampir saja copot. Rina tidak memakai apa-apa selain handuk yang membuat payudaranya menyembul kelihatan.
“Kak, ngintipin Rina barusan yah?” tanya Rina dengan menundukkan kepalanya. Ia menunduk mungkin karena ia malu. Karena baru saja ia melakukan masturbasi.

Gue jadi ngerasa bersalah. “Maafin kakak ya.. Kakak menyesal banget” gue ucapin itu dengan nada memelas. Rina cuma mengangguk tapi masih menunduk. Tangannya masih memegang handuknya erat-erat.
Tak lama setelah itu dia berjalan pelan kedalam rumahnya sambil terisak. Matanya berkaca-kaca. Gue jadi tambah merasa bersalah. “Blum ada lho yang ngeliat Rina gitu, kok kakak tega sih?” suaranya lirih.
Akhirnya gue anterin Rina ke kamarnya. Gue bimbing dia menuju kamarnya. Dibenak gue semuanya campur aduk. Perasaan bersalah udah membuat dia trauma. Mungkin saja bagi cewek hal seperti itu bisa membuatnya trauma.

Sesampainya dikamar Rina, gue malah memeluknya. Terlintas dipikiran gue, kalau cewek sedih atau nangis untuk menenangkannya dengan di peluk. “Rina maafin kakak ya..” gue bisikin itu ke telinganya. Sekali lagi Rina mengangguk.
Dari pelukan, gue beralih mendekap Rina. Gue cium pipinya kemudian bibirnya. Serentak tangan gue juga ikut memainkan perannya meremas dada Rina dari luar handuknya.
“Kakak! Ngapain sih ini!” ucap Rina kaget.
Dalam fikiran gue, kepalang basah mandi aja! Tanggung ketahuan ngintipin Rina mandi, kenapa gak gue tidurin aja sekalian? Mumpung kesempatan ada!

Gue dorong Rina ke tempat tidurnya. Pintu kamarnya segera gue kunci. Handuknya dengan mudah gue lepas. Bibir Rina gue lumat dan kulum sejadi-jadinya. Tangan gue menjamah payudaranya yang montok. Rina berontak dan kakinya menghentak-hentak gak karuan.
“Kakaaaakk..” Rina berteriak. Gue mulai cemas. Nanti kalau ada warga yang dengar gimana? Gue bisa dihajar masa.

Akhirnya gue menghentikan aksi brutal gue. Gue mutusin untuk membujuk Rina pelan-pelan. Sambil mengelus-elus bahunya dan membelai rambutnya gue ngomong pelan-pelan “Rina, tenang aja yaa.. kakak gak bermaksud nyakiti Rina. Kakak gak mungkin menyakiti Rina karena kakak sayang banget sama Rina..” bisik gue pelan-pelan ke Rina.
Gue cium leher Rina, tangan gue mulai lagi main-main mengelus payudaranya, meremas, kemudian turun ke daerah kemaluannya.
“Kakak, Rina mohon jangan kak” Rina memelas ketakutan.
“Rina tenang aja yaa.. Kakak gak akan nyakitin Rina. Kakak Sayang sama Rina.” Bujuk gue pelan-pelan sambil terus memainkan daerah kemaluannya. Tangannya terus mendorong-dorong gue. Rina ketakutan setengah mati.

Gue terus memberikan rangsangan dengan terus menciumi leher Rina. Kemudian turun dan menjilati puting susunya yang memerah. Sementara tangan kanan gue mengelus-elus daerah vaginanya. Jari tengah gue mulai masuk ke lipatan bibir vaginanya. Gue terus mainkan itu pelan-pelan.
“Kakak.. Rina mohon, Rina masih perawan kak.. Rina takut..” Rina masih memelas. Tangannya terus memegangi tangan kanan gue yang bergerilya didaerah bibir vaginanya.
Gue cuma jawab permohonan Rina dengan ciuman dan kuluman dibibirnya. Gue terus lumat bibir Rina dan bibir vaginanya dilumat jari tengah gue. Perlahan gue masukin jari tengah gue dengan pelan-pelan. Terasa daerah vagina Rina sudah basah.

Mengetahui daerah vagina nya sudah basah dan licin, gue jadi yakin kalau sebenarnya Rina juga menikmati permaikan gue. Rina juga sudah tidak menunjukkan perlawanan yang kuat.
“Rina, kak masukin jari kakak pelan-pelan ya.. gak sakit kok.. Rina tenang aja yaa..”
Belum lagi Rina memberikan persetujuannya, jari tengah gue sudah menikam masuk ke vaginanya. Akhirnya jawaban Rina Cuma erangan dan rintihan.
Gue terus mainkan dengan memasukkan jari tengah gue kedalam vaginanya sedikit demi sedikit. Akhirnya bisa masuk semua jari gue!

“Kakak.. Rina takut kak..” Rina terus menceracau. Tapi kakinya malah membuka lebar dan sesekali nafasnya mendesir berat. Gue yakin Rina sebenarnya mungkin saja sering bermasturbasi. Cewek-cewek seperti Rina mungkin saja cewek hyperseks yang sering memuaskan dirinya dengan masturbasi. Seperti yang gue liat barusan di kamar mandi.
Gue makin sibuk. Tangan kiri gue membelai rambutnya, mulut gue sesekali mengisap dan menjilati putingnya, dan tangan kanan gue memasukkan jari kedalam liang vagina Rina yang makin banjir dengan cairan dan licin.
Akhirnya gue gak tahan lagi. Dengan sekejap segera gue lucuti semua pakaian gue hingga kami berdua sudah benar-benar telanjang bulat. Segera gue tindih tubuh Rina yang terkapar.
“Rina, kita coba masukin yuk.. Tahan sedikit ya.. mungkin agak sakit.” Rina dengan lugunya mengangguk. Tampaknya ia sudah diliputi gejolak syahwat yang sangat. Gue makin bersemangat.

Perlahan gue gosok-gosokin penis gue yang udah tegang dari tadi ke bibir kemaluan Rina. Rina yang makin terangsang gak bisa berbuat apa-apa selain pasrah. Jiwa raganya sudah diliputi kenikmatan seks.
Setelah penis gue licin dengan cairan Rina, perlahan gue tusukin penis gue ke dalam liang kemaluan Rina. Walaupun pekerjaan gue halus dan pelan, tetap saja Rina merintih kesakitan. Sekarang penis gue bercampur dengan cairan licin dari Rina dan darah keperawanannya.
Rina menangis. Namun bibirnya terus mengeluarkan suara “ahhh.. ahhhh.. kakak..”
Gue gak mau ambil pusing. Gue sibuk dengan mendobrak vagina Rina yang sangat sempit agar batang kemaluan gue bisa masuk lebih dalam lagi.

Dibantu dengan cairan pelicin Rina yang sudah banjir, penis gue bisa masuk semuanya. Gue terus menggenjot dengan memaju mundurkan batang kemaluan gue. Sesekali gue cium dan jilatin leher Rina hingga ke payudaranya. Kemudian putinya gue hisap sekuat-kuatnya.
Akhirnya gue liat tanda-tanda Rina akan orgasme. Segera gue pacu kecepatan goyangan gue. Gue pun pengen keluar dan klimaks. Akhirnya Rina lebih dahulu mencapai klimaks dan berteriak “Kakakk…”
Berurutan setelah itu gue juga keluar menyemprotkan cairan sperma gue didalam memeknya. “ahhh.. Ahhhh.. Rina..” Gue **kan beberapa kali semburan dengan menekan penis gue sedalam-dalamnya kedalam liang vaginanya.

Rina pun menjepitkan pahanya. Akhirnya untuk beberapa saat kita terbuai merasakan nikmatnya orgasme.
Beberapa saat setelah itu terasa kedutan dan denyutan dari vaginanya. Penis gue belum gue cabut. Batang kemaluan gue itu gue biarin sampai lemas didalam vaginanya Rina. Gue terus perhatikan wajah cantik Rina yang termenung sayu.
Sesaat gue jadi kasihan telah melakukan ini semua kepada Rina. Kembali gue elus-elus dan benerin rambutnya yang berantakan. Gue tatap matanya dalam-dalam sambil berkata pelan “Rina, mau gak jadi pacar kakak?”
Rina hanya diam. Gue tau dia udah punya pacar. Tapi gue sama sekali gak tau apa yang mau gue katakan selain itu kepada Rina.
Gue pasang kembali celana dan keluar dari kamar Rina. Rina masih termenung sayu diranjangnya dan belum memakai pakaiannya.

Gue udah siap dengan segala konsekwensi dari perbuatan gue barusan. Setelah itu gue langsung berkemas di dalam kamar kos gue. “Mungkin setelah ini Rina akan mengadukan semua itu ke orang tuanya dan gue bakal di usir” pikir gue.
Siang harinya, gue sudah selesai beres-beres barang-barang. Gue pengen cabut duluan sebelum gue di usir sama orang tuanya Rina. Atau mungkin saja hal yang lebih buruk bakal terjadi ke gue.
Ternyata pintu kamar kos gue diketuk. Setelah gue buka ternyata Rina. Gue persilahkan Rina masuk.
Rina pun masuk kedalam kamar gue. Dia liat gue sudah packing barang-barang siap-siap mau kabur. “Kakak mau kemana?” tanya Rina. Gue cuma diam.
“Kakak gak boleh pergi! Rina takut.. gimana kalau Rina sampai hamil? Kakak harus tanggungjawab untuk semua ini!” kata Rina lirih.

“Baiklah kakak gak akan pergi. Kakak akan tanggungjawab kalau terjadi apa-apa. Tapi kakak mohon jangan kasih tau orang tua Rina ya..” pinta gue.
Rina hanya mengangguk. Matanya masih sembab karena menangis. Gue jadi kasihan, akhirnya Rina gue peluk lagi.
Seminggu setelah itu, gue dan Rina Cuma diam-diam dan tak ada tegur sapa. Tapi akhirnya gue beranikan diri lagi untuk menyapanya dan mengajaknya bercanda lagi. Akhirnya, gue bisa ngajakin Rina untuk berhubungan badan lagi. Kadang dikamar gue, kadang dikamar dia. Bahkan dia sempat tidur di kamar gue, padahal orang tuanya ada dirumah.

Ternyata Rina selalu diliputi gairah. Permainan seks kami semakin hari semakin fariatif. Dalam waktu tak kurang dari seminggu, Rina sudah berani menelan habis sperma yang gue semburin didalam mulutnya. Seks lagi dan lagi.. kami berdua sama-sama diliputi gairah yang membara.

Walaupun status hubungan gue belum jelas hingga saat ini, gue tetap menjalani ini sama Rina. Rina tetap pacaran dengan pacarnya, tapi kalo soal ranjang Rina lari ke gue.
Hampir setiap malam Rina mampir ke kamar gue buat gituan. Kadang setelah gituan dia balik ke kamarnya, kadang tidur di kamar gue.

Sejak saat itulah, Rina ternyata diam-diam juga main sama pacarnya. Gue pernah nanya ke Rina, apa dia pernah melakukan hubungan badan dengan cowoknya? Awalnya Rina bilang belum. Tapi setelah gue selidiki sms dari cowoknya, ternyata mereka juga udah ngelakuin hal begituan. Setelah perawannya hilang, dia malah jadi hyperseks dan pengen ngelakuin hal itu terus.

Suatu sore, pembicaraan gue sama Rina sampai ke sesuatu yang bahkan gak gue duga. Rina bilang kalau dia membayangkan dientotin dua orang, yaitu gue dan pacarnya. Hehehee… kadang gue gak habis pikir, mengapa cewek yang dulu pemalu dan lugu ini bisa jadi liar kayak gini?

Cerita Mesum | Mulusnya Ibu dan Nikmatnya Kakakku

$
0
0

Cerita Mesum | Mulusnya Ibu dan Nikmatnya Kakakku – Cerita ini bermula sekitar sepuluh tahun yang lalu dan berlangsung terus sampai saat ini. Malam itu karena hawa panas sekali aku tiba tiba terbangun aku lihat jam dinding di kamarku waktu menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Aku tidur sekamar dengan kakakku (satu kamar dua ranjang). Kamarku berada tepat disamping kamar ayahku, di dinding antara kamarku dan kamar ayahku ada sebuah jendela yang tak pernah dibuka lagi, kebetulan ranjang yang aku tempati ada di bawah jendela kayu tersebut. Entah kenapa pada saat itu aku iseng mengintip ke kamar Ayah.

Ternyata malam itu Ayah dan ibuku sedang melakukan hubungan seks (aku tahu itu karena walaupun usiaku masih 13 tahun aku waktu itu sudah sering nonton BF bareng teman-teman dan sering pula onani). Untung lampu kamar Ibu tidak pernah dimatikan, jadi aku dapat melihat dengan jelas lekuk tubuh ibuku dengan jelas. Aku sangat terangsang melihat tubuh ibuku yang sedang telanjang, padahal sebelumnya aku tidak pernah terpikir untuk melihat lekuk tubuh ibuku walaupun sering ibuku berganti baju tanpa menutup pintu. Atau beraktifitas di dapur dengan rok yang minim, keluar dari kamar mandi hanya berlilit handuk. Entah setan apa yang ada dipikiranku malam itu sehingga aku sangat terangsang sekali menyaksikan Ayah dan ibuku sedang telanjang.

Kulihat Ibu sedang menggenggam kontol ayahku dan jari-jari ayahku sedang masuk ke dalam vagina ibuku. Ibuku terlihat seksi di usianya yang ke 42 tahun kulit Ibu tampak mulus sekali walaupun agak sedikit gemuk, vaginanya tembem sekali susunya agak sedikit turun dengan pahanya yang gempal dan lipatan lemak di perut Ibu. Tak lama kemudian aku lihat Ayah berusaha memasukkan kontolnya ke vagina Ibu (aku maklum Ayah orang yang kolot jadi tak ada acara oral seks setiap kali melakukan hubungan seks). Ibuku menggoyang pantatnya seiring dengan ayahku menaik turunkan pantatnya.

“Bu, enak sekali Bu ah.. ah..” kata ayahku sambil nafasnya ngos-ngosan.
“Iya Pak sampai mentok rasanya..” jawab ibuku gaya yang dipakai Ayah Ibu-ku cuma gaya konvensional, tak lama berselang pantat ayahku terlihat berkejat kejat tanda orgasme. Lalu Ayah turun dari tubuh ibuku dan pergi kekamar mandi sekarang tinggallah tubuh ibuku yang telentang melepas lelah dan tampak pejuh ayahku keluar lagi dari vagina Ibuku.

Aku makin tak tahan maka aku mulai mengeluarkan kontolku yang sudah siap dikocok. Sedang asyik mengocok tiba tiba aku dikagetkan kakakku yang menggeliat berubah posisi tidurnya. Otak isengku kembali muncul karena melihat selimut dan daster kakakku tersingkap. Aku segera berdiri dan pelan-pelan naik keranjang Atik. Aku mengambil posisi dibelakangnya, lalu aku singkap celana pendekku kukeluarkan kontolku lalu pelan pelan aku tempelkan ke pantatnya dan aku sodok sodokkan ke pantatnya yang masih tertutup celan dalamnya. Tanganku aku taruh ke susunya, ternyata ia tidak pakai BH lalu kuremas pelan pelan.

Tiba tiba ia terbangun aku segera diam dan pura-pura masih tidur. Perasaanku waktu itu sangat kacau antara takut dan terangsang campur jadi satu. Setelah ia menoleh ke arah ku dan menepis tanganku ia kembali tidur lagi. Aku berpikir keras apakah ia tahu apa yang sedang aku lakukan sebab aku tidak sempat menutup celanaku. Pelan pelan kembali aku mencoba goyang-goyangkan pantatku lagi dan Atik tak bereaksi aku rasa ia pura pura tidur, tangankupun kembali aktif membelai belai susunya.

Susu kakakku agak kecil dibanding susu ibuku tapi punya kakakku lebih keras dan putingnya sangat kecil. Aku makin yakin ia pura-pura tidur karena nafasnya makin memburu. Tidak puas hanya bermain susu maka tanganku berusaha masuk celana dalamnya tanganku bergerak gerak diluarnya, terasa agak lembab dan licin rupanya ia terangsang juga. Saat aku berusaha memasukkan jariku ke dalam lubang dimemeknya tiba tiba ia berbisik.

“Jangan Tok..” Aku kaget setengah mampus..
“Aku masih perawan Tok..” katanya lagi.
“Aku kepingin sekali Mbak” kuberanikan diri untuk menjawabnya.
“Sebenarnya aku juga pingin, tapi jangan dimasukin nanti aku tidak perawan lagi”
“Terus gimana dong?” kataku.
“Pakai ini..” katanya sambil menunjuk bibirnya lalu ia segera memegang kontolku dan segera memasukkan kontolku dalam mulut nya.

Dari gerakannya sepertinya ia ahli dalam melakukan ini mungkin sudah terbiasa sama pacarnya. Aku tak mau kalah aku meraih selangkangannya dan menciumi memeknya. Tak lama kemudian tiba tiba laharku seakan mau meledak dan aku tumpahkan semuanya dalam mulut kakakku. Tak lama setelah itu di susul dengan erangan halus kakakku tanda ia orgasme juga.

“Kamu nakal..” kata kakakku setelah memuntahkan seluruh pejuhku ke selembar tissu.
“Mbak cantik sih..” kataku merayu.
“Sudah tidur sana.”
“Lain kali lagi ya” kataku lagi.
“Idih maunya?” jawabnya.

Aku segera tertidur dengan senyum kepuasan. Keesokan harinya kulihat kakakku bersikap biasa seperti tak pernah terjadi apa apa. Tapi yang berubah justru aku, aku kini jadi semakin binal sebab aku jadi suka sekali memperhatikan lekuk tubuh ibuku dan kakakku. Hampir setiap malam aku mengintip kegiatan Ayah dan Ibu. Rupanya mereka doyan juga hampir tiap malam aku saksikan mereka melakukan itu. Pantas tiap hari ibuku pasti mandi basah. Sedangkan aku sendiri makin sering curi-curi kesempatan untuk melihat keseksian tubuh ibuku dari dekat.

Pernah suatu saat aku memperhatikan ibuku yang sedang ganti pakaian. Dan pada saat itu aku menyadari kenapa aku sangat tergila gila pada tubuh ibuku. Tubuh ibuku sangat ideal walaupun sedikit gemuk. Ia sangat rajin merawat tubuh, ia sering luluran sehingga kulitnya putih bersih. Yang aku suka dari tubuh ibuku adalah kulitnya yang putih dan pahanya yang gempal. Ibuku memang suka teledor dan sembarangan sehingga hari-hariku selalu aku manfaatkan untuk memperhatikan kemulusan tubuh ibuku. Kalau malam aku selalu melampiaskannya pada kakakku hampir tiap malam aku melakukan dengan kakakku, walaupun kami melakukannya sampai bugil kami saling menjaga agar tidak sampai memasukkannya ke dalam memeknya.

Pernah suatu saat kami mencoba memasukkan ke lubang pantatnya tapi tidak jadi karena sangat sakit katanya sehingga aku tidak tega meneruskan. Kakakku sangat cantik dan mulus sekali sehingga ketika melihat ia telanjang saja aku sudah sangat terangsang. Jadi hampir setiap malam aku dipuaskan oleh kakakku dengan cara oral.

Sampai pada tahun lalu saat persiapan pernikahan kakakku. Kakakku meminta pengertian dari aku untuk segera menghentikan hubungan terlarang ini, aku setuju saja. Tapi ini cuma bertahan dua bulan. Waktu itu suami Kakak saya ke luar kota untuk suatu urusan kakakku menginap dirumah kami. Saat itu sebenarnya aku cukup kikuk dalam bersikap dengan kakakku (mengingat kami sudah berjanji). Lalu pada malam itu kami kembali tidur dalam sekamar. Kami sama-sama kikuk. Aku sangat gelisah dan tidak bisa tidur, aku perhatikan begitu juga kakakku.

“Belum tidur Tok..??” kata kakakku.
“Iya nih susah banget tidurnya..” jawabku.

Lalu tiba tiba kakakku pindah keranjangku sambil berbisik.

“Pingin.. Ya..”
“Tapi kan sudah janji..”
“Nggak apa deh Mbak juga lagi pingin nih” katanya sambil meraih kontolku.

Akupun tak ingin kalah segera kulucuti bajunya segera pula kuraih susunya dan aku jilati putingnya. Kini ia merosot sampai bawah perutku dan segera memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Segera aku menggenjotnya lalu ia menahan pinggulku sehingga menghentikan genjotanku.

Lalu ia berkata, “Masukin sini aja tok..” katanya sambil menunjuk memeknya.

Wah asyik nih.. Ini yang aku tunggu tunggu pikirku. Maka segera saja aku mengambil posisi siap tembak. Lalu pelan-pelan Mbak Atik mengarahkan kontolku ke memeknya. Aku dapat merasakan betapa sempit dan hangatnya vagina kakakku ini.

“Pelan pelan Tok.. Agak sakit..”
“Soalnya punya kamu lebih gede dari punya Mas Ari..”

Memang sih aku dapat merasakan sempit sekali dan masih berasa seperti kretek.. kretek.. Lama-lama aku goyang terus dan aku kembali bertanya.. “Enak nggak Mbak?”
Lalu ia menjawab, “Iya Tok sudah mulai enak lebih terasa dari punya Mas Ari..”

Aku genjot terus sampai kira kira lima belas menit saat mau keluar tiba tiba ia berbisik.

“Jangan di keluarin di dalem tok nanti aku hamil anakmu..”

Maka ketika aku ingin orgasme cepat-cepat aku cabut dan aku kocok di atas perutnya sehingga pejuhku menyembur ke perut dan susunya.

Hari itu kakakku menginap di rumahku selama seminggu jadi setiap malam aku puaskan birahiku bersama kakakku sampai pagi. Akhirnya aku bisa benar benar menikmati vagina kakakku tanpa takut perawannya rusak. Untuk menjaga supaya tidak hamil aku selalu tumpahkan pejuhku di luar dan kadang kadang dimulutnya. Berbagai macam gaya dan variasi aku praktekkan bersama kakakku tapi dengan pelan pelan taku didengar Ayah Ibu. Kakakku ini nafsunya sangat besar seperti ibuku ia maunya tiap malam pasti mengajakku untuk mengulanginya lagi.

Sekembalinya kakakku ke rumahnya aku kembali kesepian. Sekarang hari hariku kuisi dengan mengintip ibuku yang masih tampak seksi di usianya yang kepala lima sambil onani, tapi kegiatan ini kuanggap mengasyikkan juga aku makin betah tinggal di rumah, kadang kalau siang aku melihat Ibu tidur siang dengan rok yang menyingkap ingin sekali aku meraba pahanya yang mulus tapi aku tidak berani melakukan itu. Sesudah itu aku melakukan onani di kamarku sepuas puasnya.

Pernah suatu saat aku kepergok ibuku saat onani dan aku lupa mengunci pintu kamarku. Ibu nyelonong masuk aku cepat-cepat menutupi kontolku dengan bantal. Ibu pura pura tidak tahu dan berkata, “Ibu kira kamu keluar.. Tok”
Sejak saat itu aku selalu mengunci kamarku bila ingin onani. Kini aku selalu menunggu saat saat kakakku bisa menginap di rumah kami (biasanya satu bulan sekali).

Ketika lidahku mulai kumainkan dengan menjilat di seputar belahan bibir memeknya yang sudah terlihat basah dari tadi dan terasa asin tapi enak, pinggul mama tergelinjang keras sehingga hidungku basah terkena cairan mama.
“Aduuuuh Mas!”, teriak mama tiba2 dengan suara serak dan tersendat sendat diantara nafasnya yang sudah memburu. tetapi mama kembali diam dan aku artikan mama setuju saja dengan apa yang aku lakukan dan walaupun kedua tangannya memegangi kepalaku.
Tanpa minta izin, segera saja jari-jariku kugunakan untuk membuka bibir vagina dan memainkan bibir vagina serta daging kecil yang sudah menyembul dari sela-sela bibir vaginanya.
“Aduh… aaaaaah… aaahhh… Maaaaas”, kudengar desahan mama agak keras.
Dapat kurasakan cairan lendirnya yang sudah semakin membasahi vagina mama yang indah itu. Betapa nikmat rasanya, apalagi dengan desahan mama yang semakin lama semakin keras, membuatku semakin bersemangat dan mulai kujilati, kuendus dan kumasukkan hidungku kedalam vaginanya serta kumainkan lidahku di lobang memek mama.

Mungkin karena keenakan, desahan mama sudah menjadi erangan yang keras dan rambut kepalaku pun sudah diremas remas mama seraya di tekan tekannya kepalaku dan pantatnya pun digoyangnya naik turun sehingga seluruh wajahku terasa basah semua terkena cairan yang keluar dari memek mama. Aku terus saja memainkan lidahku tetapi tidak berapa lama kemudian bisa kurasakan goyangan tubuh mama semakin cepat dan nafasnya pun sudah terdengar cepat dan keras sekali. Tubuh mama mengejang dan akhirnya dia mendesah keras,
“Maaaas… addduuuuh… aaaaaah… ssssh. teee..ruuuuusss..maaas”, sambil kepalaku ditekannya dalam dalam kearah memeknya. Lalu mama terkapar melepas tangan nya dari kepalaku dengan nafas ngos2an yang cepat dan aku yakin sekali kalau mama sudah mencapai orgasmenya lagi.
Tanpa disuruh aku segera naik dan tiduran miring menghadapnya disamping mama yang terlentang dengan nafasnya yang masih cepat.

“Aduuuh”maaas, kamu nakal sekali ya? kamu bikin mama jadi keenakan sampe lemes sekali”, katanya setelah nafasnya agak normal sambil memencet hidungku.
“Mah… booo leeeh enggak aaaa kuuuu?”, tanyaku tapi enggak berani meneruskan kalimatnya, sambil ku usap2 dahi mama yang masih berkerigat. Mudah2an saja mama mengerti maksudku itu, soalnya penisku sudah tegang sekali.
“jangan ya sayang…”, jawab mama seraya mengecup pipiku dan jawaban itu tentu saja membuatku menjadi sedikit kecewa.
Mungkin mama melihat perubahan wajahku dan karena merasa kasihan, lalu katanya “…Mas, boleh deh, tapi hanya digesek gesekin saja ya di luar?”. Mendengar jawaban itu membuat hatiku agak lega. Yah… dari pada enggak boleh sama sekali, padahal rasa kepinginku sudah sampe diujung.

“Sini sayang naiklah”, lanjut nya sambil meraih tubuhku untuk naik di atas tubuh mama dan dari rasa sentuhan dikakiku, terasa mama juga sudah membuka ke dua pahanya, tapi tidak terlalu lebar.
Tanpa berkata kata, lalu kunaiki tubuh mama dengan penisku yang sudah siap tempur dengan kepalanya yang mengkilap tegang. Tangan mama sudah memegangi penisku dan mengarahkan batang kemaluanku ke memeknya. Lalu, penisku yang sedang dipegangnya di gesek2an keatas dan kebawah secara perlahan-lahan di memeknya yang memang sudah licin dan kupergunakan kesempatan ini untuk menjilati leher mama.

Aku pun harus bersabar sedikit dan menunggu agar nafsu mama naik kembali karena sentuhan penisku dimemeknya dan jilatan2 ku di lehernya. Sesekali kuperhatikan wajah mama dan kulihat mama sedang memejamkan kedua matanya yang mungkin sedang menikmati gesekan2 penisku di memeknya.
Suatu ketika, mama menghentikan gerakan tangannya dan melepaskan pegangan tangannya di penisku.
Kedua tangan mama lalu memegangi kepalaku dan melepaskanku dari dadanya yang sedang kujilati serta memandangku dengan mata sayu.
“Gimana… sayang, enak enggak?”, tanyanya.
“Ya enak dong maaaah… tapiii…”, jawabku di telinganya tanpa berani meneruskan.
“Tapi… kenapa Maaas?”, tanya mama pura2 enggak mengerti kata-kataku tadi.
“Boo.. leh ya maaaah dimasukin?”, jawabku agak gugup didekat telinganya lagi.
Belum sampai kata-kata yang aku ucapkan itu selesai, terasa ibu telah berusaha merenggangkan ke dua kakinya pelan2 lebih lebar lagi dan kulihat ibu tidak berusaha menjawab, tapi malah terus menutup matanya.
Dengan tanpa melihat, karena aku sibuk menjilati telinga dan leher mama dan kedua tangan mama hanya dipelukannya di punggungku, kutekan pantatku sedikit dan mama lalu menggeser pantatnya sedikit saat penisku sudah menempel di memeknya, sepertinya mama yang memang sudah lebih berpengalaman, sedang berusaha menempatkan lobang memeknya agar penisku mudah memasukinya.

Ketika mama sudah tidak menggerakkan tubuhnya lagi, pelan2 kutekan penisku ke memek mama, tetapi sepertinya kepala penisku terganjal dan tidak mudah masuk atau mungkin salah tempat, walau aku tahu memek ibu sudah basah sekali dari tadi.
Tetapi ketika kuperhatikan wajah mama yang lagi merem itu, sepertinya mama agak menyeringai, mungkin sedang menahan rasa sakit sewaktu penisku kutekan ke memeknya…
“Peel.. laaan.. pelaaan sayyy…aang, saaa…kiiitt, mama sudah lama enggak pernah lagi”, kudengar bisik mama didekat telingaku. Karena kasihan mendengar suara mama yang kesakitan, segera saja kuangkat pelan2 penisku tetapi tangan mama yang dari tadi ada di punggungku sepertinya berusaha menahannya.

“Nggggak aaapppaa aapa Maaas”, terdengar bisik mama lagi. Aku nggak menjawab apa2, tetapi kemudian terasa tangan mama sepertinya menekan pantatku, mungkin menyuruhku untuk mencoba memasukan penisku, lalu kutusukkan lagi saja penisku pelan2 ke memek mama dan “..ssssrreeeeeeeet”, terasa kepala penisku seperti menguak sesuatu yang tadinya tertutup rapat dan langsung saja kuhentikan tusukan penisku ke memek mama, karena terlihat mama menyeringai menahan sakit dan terdengar lagi mama merintih.
“Aduuuuhh… maaaaas…”, sambil kedua tangannya menahan punggungku sedikit dan kembali tekanan pantatku kebawah segera kuhentikan. Aku jadi kasihan melihat wajah mama selalu menyeringai seperti kesakitan.
Tetapi beberapa saat kemudian,
“Teken lagi mas, tapi pelan pelan ya…”, sambil kedua tangan mama menekan pantatku pelan-pelan, langsung saja aku mengikuti tekanan tangan dipantatku menekan pelan2 dan tiba2 “..sssrrrrreeett… bleesss…”, terasa kepala penisku masuk ke memek mama.
“…Maaaaasss!..”, teriak mama pelan bersamaan dengan masuknya kepala penisku.
“Sudah maaass..suuuuukk… saaa… yaang…”, lanjutnya sambil melepas nafas panjang tapi tangan mama malah menahan tekanan pantatku.
Aku diamkan sebentar pergerakan penisku sambil menunggu reaksi mama, tetapi dalam keadaan diam seperti ini, aku merasa penisku sedang terhisap kuat di dalam memek mama dan tanpa kusadari terucap dari mulutku,
“..Maaah… maaah… terr… uuusss… Maaah e…naaaaak.’

Saking enaknya, aku sudah nggak memperhatikan tangan atau wajah mama lagi, lalu kegerakkan pantatku naik turun pelan2 dan mamapun mengimbanginya dengan mengerakkan pantatnya seperti berputar-putar.
“Maaasss.. terus… maaas.. enaaakk… aduuuhhh… enak Mas…”, kudengar kata-kata mama terbata-bata dan kubungkam bibir mama dengan mulutku sambil lidahku kuputar didalam mulutnya, serta kedua tanganku kucengkeram kuat diwajah mama..
Sedang kan kedua tangan mama masih tetap di posisi pantatku dan menekan pantatku apabila pantatku lagi naik. Goyangan dan gerakan aku dan mama semakin cepat dan kudengar bunyi
“Crreeettt… creeettt.. creeetttt.”
Secara teratur sesuai dengan gerakan naik-turunnya pantatku serta bunyi suara mama, “Hhhmmm… aaahhhh… aaahhh…”, yang nggak keluar karena bibirnya tertutup bibirku.

Tiba2 saja mama menghentikan gerakan tubuhnya dan mengatakan, “berhenti sebenar sayang”.
“Kenapa Ma?”
“Maasss, tolong cabut punyamu dulu, mama mau mengelap punya mama supaya agak kering sedikit, biar kita sama sama enak nantinya”, katanya.
Bener juga kata Mama, kataku dalam hati, tadi memek Mama terasa sangat basah sekali. Lalu pelan2 kontolku kucabut keluar dari Memek Mama dan kuambil handuk kecil yang ada di tempat tidur sambil kukatakan, “Maaam, biar aku saja deh yang ngelap..boleeeh kan Maaam?”
“Terserah kamu deh Maasss”, jawab Mama pendek sambil membuka kedua kakinya lebar2 dan aku merangkak mendekati memek Mama dan setelah dekat dengan memek Mama, lalu kukatakan, “Aku bersihkan sekarang ya maaaaa?”, dan kudengar Mama hanya menjawab pendek.
“Boleh sayaaang”. Lalu kupegang dan kubuka bibir memek Mama dan kutundukkan kepalaku ke memeknya lalu kujilat-jilat itil dan belahan memek mama dan pantat Mama tergelinjang keras mungkin karena kaget sambil berseru, “Maaas… kamu… nakal yaaaaa!”.
Tanpa menjawab, aku teruskan isapan dan jilatan di semua bagian memek Mama dan membuat Mama menggerak-gerakkan terus pantatnya dan kedua tangannya kembali menekan kepalaku. Beberapa saat kemudian, terasa kepalaku seperti ditarik Mama sambil berkata, “Maas… sudaaaah sayaaaaang. Mama nggak tahaaan. Kalau kamu gituin terus. Sini… yaaaang”.

Lalu kuikuti tarikan tangan Mama dan aku langsung naik diatas badan Mama dan setelah itu kudengar mama seperti berbisik di telingaku, “Mas, masukin lagi… punyamu… sayaaang… Mama sudah ngak tahan… ya aang”, dan tanpa membuang-buang waktu, kuangkat kedua kaki Mami dan kutaruh diatas pundakku sambil ingin mempraktekkan seperti apa yang kulihat di blue film yang sering kulihat dan sambil kupegang batang kontolku, kuarahkan ke memek Mama yang bibirnya terbuka lebar lalu kutusukkan pelan2, sedangkan mama dengan menutup matanya seperti pasrah saja dengan apa yang kuperbuat.

Karena memek Mama masih tetap basah dan apalagi baru kujilat dan kuisap-isap, membuat memek mama semakin basah sehingga sodokan kontolku dapat dengan mudah memasuki lobang memek Mama.
Mama mulai meggerakkan pantatnya naik turun mengikuti gerakan kontolku yang keluar masuk memeknya.
“Mas, terus teken yang kuat”, desah mama dan tanpa perintah kedua kalinya, akupun menggenjot memeknya lebih kuat sehingga terdengar bunyi “crroooooot… croooott”, mungkin akibat memek mamaku yang sudah basah sekali.
“Ayyooo maaasss”, serunya lagi dengan nafasnya yang sudah tersengal sengal.
“Maas… turunkan kaki mama”, mintanya dan sambil kontolku masih kusodok sodokkan kedalam memek mama, satu persatu kakinya kuturunkan dari bahuku dan akupun sudah menempel tubuh mama serta mama mulai menciumi seluruh wajahku sampai basah semua…

Nggak lama kemudian gerakan pantat mama yang berputar itu semakin cepat dan kedua tangannya mencengkeram kuat2 di pantatku dan… tiba-tiba mama melepas ciumanku serta berkata tersendat-sendat agak keras “.. Maaaaassss… mama.. haam.. piirr.. maaaas… aa… yyoooo ..maass.. cepppaaaat..’
Moment ini nggak kusia-siakan, karena aku sudah nggak kuat menahan desakan pejuku yang akan keluar. “Ayyooo maaaah… Aduuuh… maaah…”, sambil kutekan kontolku kuat2 kedalam memek mama dan kurasakan cengkeraman kuat kedua tangan mama di pantatku makin keras dan agak sakit seakan ada kukunya yang menusuk pantatku.

Kuperhatikan mama dengan nafas yang masih ter-engah2 terdiam lemas seperti tanpa tenaga dan kedua tangannya walau terkulai tapi masih dalam posisi memelukku, sedangkan posisiku yang masih diatas tubuh mama dengan kontolku masih menancap semuanya didalam memeknya.
Karena mama hanya diam saja tapi nafasnya mulai agar teratur, aku berpikir mama mau istirahat atau langsung tidur, lalu kuangkat pantatku pelan2 untuk mencabut kontolku yang masih ada di dalam memek mama, eeehh… nggak tahunya mama dengan kedua tangannya yang masih tetap di punggungku dan memiringkan badannya sehingga aku tergeletak disampingnya lalu dengan matanya masih terpejam dia berguman pelan, “Maaas… biarkan.. Mas. Biarkan punyamu itu didalam sebentar. Rasanya enak… ada yang mengganjel didalam…”, sambil mencium bibirku mesra sekali dan kami terus ketiduran sambil berpelukan.

Entah berapa lama aku sudah tertidur dan akhirnya aku terbangun karena aku merasakan ada sesuatu yang menghisap-hisap kontolku. Ketika kulihat jam diding, kulihat sudah jam 5 pagi dan kulihat pula mamaku sudah berada di bagian bawah lagi asyik mengulum dan mengocok ngocok kontolku. Aku pura2 masih tidur sambil menikmati kuluman mulut mama di kontolku. Mama mengulum kontolku dan memainkan dengan lidahnya, aku terasa geli.
Sambil mengulum, terasa kelembutan jari jemari mama mengusap dan membelai batang kontolku. Diusap dan diurutnya keatas dan kebawah. Terasa mau tercabut batang kontolku diperlakukan seperti itu. Aku hanya mendesis geli sambil mendongakkan kepala menahan nikmat yang luar biasa.

Setelah itu, giliran pangkal paha kananku diselusurinya. Lidah mama mengusap-usap pangkal pahaku, terus menyusur ke paha dan terus naik lagi ke buah zakar, ke batang kontolku, ke kepala kontolku, enuaaaknyaa.
Tetapi lama lama tidak tahan juga sehingga mau tak mau pantanku pun mulai kugerakkan naik turun dan yang membuat mama nengok kearahku dan melepas kuluman di kontolku tapi tetap masih memeganginya.
“Sudah bangun saayaaang.”, katanya dengan suara lembut.
“Terus maaah, enaaaaakk”, kataku dan kembali mamaku mengulum kontolku sehingga terlihat kontolku keluar masuk mulut mama. Setelah beberapa lama kontolku dikulum dan mengurut batang kontolku, tiba-tiba saja mama melepas kontolku. Kini, lidah mama sudah naik menyusuri perutku, menjilat-jilat pusarku, terus naik lagi ke dada kanan, melumuri puting susu kananku dengan air liur yang hangat, lalu ke leher, dan akhirnya ke mulutku.

Cerita Mesum | Liburan Nikmat sama Janda Montok

Cerita Mesum | Liburan Nikmat sama Janda Montok

Lidah mama ketika memasuki mulutku, kugigit sedikit dengan gemas… Tiba-tiba, aduuhhhh… aku merasa batang kemaluanku memasuki jepitan daging hangat, kenyal dan berlendir…. memek mama. Rupanya saat mulutku asyik menikmati lidahnya, mama menyodokkan vaginanya ke kontolku yang memang sudah tegang sekali. Tanpa mengeluarkan lidahnya dari mulutku, mama mulai menekan pantatnya ke bawah. “Blesssss…”, kontolku menerobos masuk kedalam memek mama. Hangat rasanya.
Mama terus melakukan gerakan memompa.
Aduhhhhh batang kontolku merasakan elusan dan remasan dinding vagina mama… Akupun menggelepar sehingga lidah mama keluar dari mulutku. Tapi lidah mama terus mengejar mulutku sehingga bisa kembali masuk ke dalam mulutku. Sementara pantatnya tetap memompa dan terdengar bunyia “crooot… croott…”
“Aduhhhh… enaaaknya”, seruku tanpa sadar.
“Enaaak sayaaaaang?”, tanya mama.
“Terruuss maaaaah, enak sekali…”

Tiba-tiba saja mama melepaskan mulutnya dari mulutku. Lalu tangan mama diletakkan dan bertumpu di dadaku, serta mulai naik turun memompa dan memutar-mutar pantatnya.
“Serrrr… serrr…”
Batang kontolku pun serasa ikut terputar seirama dengan putaran pantat mama.
“Addduuuuuuhhhh, maaaaah, aku nggak tahaannn nih…” ,desisku.
Mama kelihatannya tidak ambil pusing dengan rintihanku, dia tetap memutar, memompa, memutar, memompa pantatnya, tapi nafasnya pun sudah begitu cepat.
Tetek mama yang ada dihadapanku pun juga ikut tergoyang-goyang seirama dengan gerakkan tubuhnya dan kuremas remas keduanya dengan tanganku.

Sekitar beberapa menit aku terombang-ambing dalam kenikmatan yang luar biasa, sampai akhirnya ketika ibu mulai mengubah posisi dengan membalik tubuhku sehingga aku sekarang sudah berada diatas tubuh mama dan nafas mama kuperhatikan sudah begitu cepat.
“Maaaas… ceeepaaaat, teken yang kuat maaass”, perintahnya sambil memeluk punggungku erat-erat serta menggerakkan pinggulnya naik turun dengan cepat sehingga membuat kontolku terasa sedikit ngilu.
“Cepaaaat Maaas”, serunya lagi dengan nada suara yang cukup keras seraya tangannya mendekap punggungku kuat-kuat. Mungkin mama sudah mendekati orgasmenya barangkali, padahal akupun sudah hampir tidak kuat menahan air maniku agar tidak keluar.
“Ini maaaah. Ini tahan yaaa maaah…”, sahutku seraya kugenjot memek mama kuat2 beberapa kali.
“Ter..rrruss..saaayang terruuuus”, katanya lagi dengan gerakan pinggulnya semakin liar saja.
“Maaah…maaaaaaah. Aku gak tahan lagiiiiiii”, teriakku kuat-kuat kutekan kontolku lebih kuat lagi kedalam memek mama dan “crreeeeet…”, air maniku akhirnya jebol dan menyemprot kuat kedalam memek mama dan mungkin setelah menerima semprotan air maniku akhirnya mama pun berteriak, “Maaaaassss, mama juuuugaaaaaaaa”, teriaknya sambil merangkulkan kedua kakinya kuat2 dipunggungku dan cengkeraman tangannya pun membuat punggungku terasa sakit.

Akupun akhirnya menjatuhkan tubuh ku disamping mama dan sama2 terengah engah kecapaian.

Setelah nafas kami mulai teratur, sambil memelukku mama berkata serasa berbisik dekat telingaku.
“Enaaak.. maaaaaasss?”
“Enak sekali maaaah.”.
“Mas, jangan sampai ada yang tahu soal ini yaaaa? Kamu kan bisa jaga rahasia kita ya”, kata mama.
“Iya maaah”.
“Dan satu lagi…”, kata mama sambil memandangku tajam.
“Apa itu Maaah?”
“Yang ini punya mama. Jangan kamu kasihkan ke orang lain ya?”, katanya seraya mencengkeram kontolku yang lagi tidur kecapean dan mengelus elusnya.
“Janji ya.. saaaayang?”, tambahnya lagi.
“Asal ini semua juga buat saya ya Maaah.”, sahutku sambil kuremas memek mama dan kueluskan jariku dibelahan memek mama yang masih terasa basah oleh air maniku.
Akhirnya kami tertawa berbarengan dan tiba2 saja ada ketukan di pintu kamar, “Buuuu… sudah siang!”. Rupanya ketukan dari pembantu karena saat itu sudah jam 9.00 pagi.

Setelah itu, mama selalu tidak pernah absen mengunjungiku di Bandung atau kalau mama berhalangan, maka akulah yang datang ke Jakarta.

Tamat


Cerita Mesum – Nikmatnya Bercinta dengan Tante Eni

$
0
0

Cerita Mesum – Ibuku adalah 7 bersaudara, dan beliau adalah anak tertua kedua, kemudian adik-adiknya ada 4 orang, berturut-turut perempuan dan yang bungsu laki laki, adik perempuan yang terkecil tinggal bersama kami sejak aku masih kecil.

Sejak aku usia 8 tahun (kira kira kelas 3 SD), tanteku itu mulai ikut tinggal di rumah kami, sebut saja Tante Murni. Tante Murni terpaut sekitar 6 tahun denganku, jadi waktu itu usianya 14 thn. Setelah lulus SMP di K, Tante Murni tidak mau meneruskan ke SMA dan memilih ikut kakaknya di Jakarta, katanya mau tahu Jakarta. Wajah Tante Murni sangat menarik, bulat, cukup cantik, kulit sawo matang, dengan tinggi seperti anak perempuan usia 14 tahun, tetapi dalam pandanganku sepertinya tubuh Tante Murni lebih montok dibanding teman seusianya yang lain. Sebagai gadis remaja yang sedang mekar tubuhnya, tanteku ini juga agak sedikit genit. Dia senang berlama-lama jika sedang merias dirinya di depan cermin, aku sering menggodanya dan Tante Murni selalu tertawa saja.

Aku sendiri anak tertua dari tiga bersaudara (semua saudaraku perempuan). Rumahku waktu itu hanya mempunyai 3 kamar, satu kamar orang tuaku dan dua untuk anak anak. Kedua adikku tidur dalam satu kamar, dan aku menempati kamar lain yang lebih kecil. Sejak Tante Murni tinggal dengan kami, tante tidur dengan kedua adikku ini.

Pergaulan Tante Murni dengan tetangga sekitar juga sangat baik, ia cepat akrab dengan anak remaja sebayanya, antara lain tetangga kami Suli. Usianya tak jauh beda dengan tanteku kira-kira 15 tahun, tapi berbeda dengan tanteku, Suli berkulit putih bersih dan jauh lebih tinggi (kata orang bongsor), wajahnya ayu, rambutnya selalu disisir poni, murah senyum dan baik hati. Ia sangat baik terhadap semua saudaraku terlebih terhadapku, mungkin karena ia anak tunggal dan sangat mendambakan seorang adik laki-laki seperti yang sering dikatakannya kepadaku. Mbak Suli sering bermain di rumah kami, bahkan beberapa kali ikut tidur di rumah kami bila hari libur, oh ya Mbak Suli ini kelas 2 SMEA.

Sekitar dua bulan setelah Tante Murni tinggal di rumahku, suatu saat Ibu dan almarhum ayahku harus meninggalkan kami karena suatu urusan di Jawa Tengah (almarhum berasal dari sana) katanya urusan warisan atau apalah waktu itu aku tidak begitu paham. Adikku yang kecil (2,5 thn.) diajak serta, sedangkan kami dititipkan pada tetangga sebelah rumah (kami saling dekat dengan tetangga kiri-kanan) dan tentu saja pada Tante Murni.

Tante Murni orangnya sangat telaten mengurus para keponakan, mungkin karena di desa dulu memang tanteku itu orang yang “prigel” dalam pekerjaan rumah tangga. Setiap hari Tante Murni bersama adikku selalu mengantarku sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan rumah. Lalu ia pulang dan menjemputku lagi pada jam pulang sekolah (kira-kira pukul 10:30). Aku sangat senang dijemput Tante Murni, karena aku punya kesempatan untuk menggandengnya dan menepuk pantatnya yang montok itu. Entah mengapa meskipun aku saat itu masih kecil, tetapi kemontokan dada Tante Murni serta juga pinggulnya yang menonjol itu membuat aku selalu berusaha menyentuhnya terutama secara “pura pura” tidak sengaja. Semuanya itu aku lakukan secara intuitif saja, tanpa ada siapapun yang mengajari.

Pada hari keempat sejak ditinggal pergi kedua orang tuaku (hari Sabtu), Sepulang sekolah, kami bermain di ruang depan sambil nonton televisi. Aku, adikku, Tante Murni dan Mbak Suli. Orang tua Mbak Suli inilah yang dititipi oleh orang tuaku. Masa kecilku memang lebih banyak dihabiskan di dalam rumah, jarang aku bermain di luar rumah kecuali bila sekolah, dan pergaulanku juga lebih banyak dengan adikku, atau beberapa anak sebaya tetangga terdekat, itupun kebanyakan mereka perempuan.

Kami biasanya bermain mobil-mobilan atau sesekali bermain dokter-dokteran, aku jadi dokter lalu Tante Murni dan Mbak Suli menjadi pasien. Kadang-kadang bila aku sedang berpura-pura memeriksa dengan stetoskop mainanku secara mencuri-curi aku menyenggol payudara Mbak Suli atau tanteku, tapi mereka tidak marah hanya tersenyum sambil berkata, “Eh, koq dokternya nakal, ya”. sambil tertawa, terkadang membalas dengan cubitan ke pipi atau lenganku, yang selalu kuhindari. Memang mulanya aku tak sengaja tapi sepertinya asyik juga menyenggol payudara mereka, maka hal itu menjadi kebiasaanku, setiap kali permainan itu. Terasa sekali payudara mereka kenyal dan empuk, setelah aku besar baru aku menyadari bahwa saat itu mereka pasti tak memakai beha, karena tak terasa ada sesuatu yang menghalangi sentuhan jariku pada daging montok itu kecuali lapisan baju mereka. Setiap kali tanganku menyentuh meremas atau menowel bukit empuk itu, aku merasakan ada getaran aneh terutama di sekitar kemaluanku, tak jarang membuatnya menegang, walaupun waktu itu masih kecil dan belum sunat. Sering aku mengkhayalkan memegang payudara mereka bila sedang sendirian di kamarku sambil memegang burung kecilku, hingga tegang walaupun tak sampai mengeluarkan sperma, hanya cairan bening, seperti cairan lem uhu tapi tidak seperti lem lengketnya.

Siang itu setelah adikku tertidur kami kembali bermain dokter-dokteran dan hal itu kulakukan lagi. Untuk diperiksa kuminta Tante Murni untuk berbaring di lantai, dia menurut saja. Yang pertama kuperiksa adalah dahinya lalu aku langsung meletakkan stetoskopku di dadanya, namun aku sengaja memposisikan tanganku sedemikian rupa sehingga tanganku berhasil menempel di dada Tante Murni, kurasakan empuk sekali dan seiring dengan napasnya, tangankupun ikut naik turun pelan-pelan. Tante Murni hanya tertawa saja, sementara Mbak Suli memperhatikan sambil tertawa, rupanya mereka geli atas kekurangajaranku ini, sepertinya Tante Murni keenakan dengan tingkahku ini, tanganku tak hanya memeriksa di satu tempat tetapi terus bergeser, dan aku tak pernah mengangkat tanganku dari gundukan kenyal itu.

Sampai tiba-tiba Tante Murni memegang tanganku dan menggosok-gosokannya di dadanya. Aku merasa senang sekali, apalagi Tante Murni juga tiba-tiba merangkul dan menciumiku dengan gemas, tapi ya cuma begitu saja. Karena selanjutnya Mbak Suli yang minta diperiksa, Mbak Suli malahan lebih gila lagi, dia sengaja membuka kancing blus-nya sehingga aku bisa melihat gundukan daging yang putih itu. Tanganku gemetar ketika meletakkan stetoskop plastikku di tepi gundukan dadanya, apalagi ketika dengan suara nyaring Mbak Suli berkata, “Mas.. (dia biasa memanggilku Mas seperti adik adikku, begitu juga Tante Murni), dingin stetoskopmu!”. Tanpa mempedulikan ucapannya, stetoskopku terus bergeser sehingga tersingkaplah bajunya dan mataku terbelalak melihat puting susunya yang kecil dan berwarna coklat muda itu.

Saat itulah Mbak Suli menepis tanganku sambil tertawa, “Sudah sudah, geli!”. Mereka berdua langsung berdiri dan meninggalkanku sambil berbisik-bisik, aku merengek agar mereka tetap menemaniku bermain, tetapi mereka terus keluar sambil tertawa. Aku merasakan kalau penisku kaku sekali dan juga celanaku jadi basah, entah mengapa aku jadi penasaran sekali dengan semua ini, aku bertekad kalau besok main dokter-dokteran lagi, akan aku singkap baju Tante Murni atau Mbak Suli biar aku bisa melihat lebih jelas puting susu yang menonjol bulat itu.

Malamnya sebelum tidur aku kembali membayangkan kejadian siang itu, kurasakan penis kecilku meregang sehingga kubuka celana pendekku dan kukeluarkan penisku yang sudah tegak ke atas itu. Kupegang dan kuremas pelan-pelan, sambil memejamkan mata kubayangkan kekenyalan dada Tante Murni, puting susu Mbak Suli, terasa nikmat sekali melamun sambil merasakan sesuatu yang gatal dan nikmat di sekitar penisku itu. “Hayo., lagi ngapain!, Aku jadi kaget dan terlonjak serta membuka mataku. Di depanku kulihat Tante Murni sambil tersenyum memandang bagian bawah tubuhku yang terbuka itu. Mukaku terasa panas, mungkin merah padam mukaku, sambil membetulkan celana yang hanya kupelorotkan sampai dengkul aku segera memeluk guling tanpa berkata apa apa lagi dan membelakangi tanteku.

Sambil terus tertawa tanteku ikut naik ke ranjangku dan memelukku dari belakang dan menciumku sambil berbisik, “Nggak apa apa Mas.”. Jantungku deg-deg, apalagi ketika dengan lembut tanteku membelai rambutku terus tubuhku sambil berbisi, “Ehh, jangan malu, kamu senang ya pegangin burung, sini tante pegangin”. Mulanya aku ragu, takut kalau tanteku hanya memancing reaksiku saja, tetapi ketika rabaannya turun ke arah selangkanganku aku jadi berubah senang. Kuberanikan diri untuk menolehnya dan kudapati wajah tanteku yang tersenyum manis sekali membuat hatiku berbunga bunga. Burungku yang tadinya sudah mengecil itu mendadak meregang lagi dan mendesak celanaku.

Tanteku kemudian menciumi wajahku dengan kasih sayang, tangannya mulai meraba lagi bagian sensitifku dari bagian luar celanaku, aku yakin tanteku bisa merasakan penisku yang meregang dan keras itu, elusan tanteku terasa kurang nikmat, aku berpikir seandainya tanteku memegang langsung burungku, tentu lebih nikmat. Belum habis aku berpikir, tiba-tiba saja Tante Murni memelorotkan celana pendekku sampai terlepas, sehingga burungku yang sudah tegang itu bebas mengacung diudara terbuka. Dengan kelima jarinya tanteku menggenggam burungku dan meremasnya pelan. Aku merasa gatal dan geli serta nikmat yang tak kumengerti tapi membuat aku merasa seperti melayang dan menggeliat serta merintih pelan.

Cerita Dewasa – Dengan memandang tajam mataku, remasan jari lentik Tante Murni di burungku menjadi semakin cepat bahkan juga dikocoknya naik turun kadang-kadang juga dielusnya buah pelirku. Aku semakin meringis merasakan kenikmatan ini, secara naluriah aku berusaha merangkul tanteku agar rasa geli itu makin terasa nikmat. Aku juga berusaha menempelkan wajahku ke wajah Tante Murni yang kulihat juga merah padam dan bibirnya gemetar, nafas Tante Murni semakin memburu dan dia makin merapatkan tubuhnya ke tubuh kecilku, tanganku diraihnya lalu dituntun ke dadanya yang montok dan kenyal itu.

Tanganku terasa menempel di puting susu Tante Murni yang terasa keras seperti kelereng itu, aku meremasnya dengan agak sulit, karena telapak tanganku yang kecil itu tak bisa meremas keseluruhan permukaan dada Tante Murni yang lebar dan keras itu Kuperhatikan tanteku saat itu mengenakan daster kaos yang tipis tanpa mengenakan apa apa lagi dibaliknya. Merasa kurang puas hanya meremas dari luar, akupun menyelusupkan tanganku ke lubang tangan daster Tante Murni sehingga tanganku secara langsung bersentuhan dengan dada yang telah lama aku kangeni itu, hangat dan licin sekali. Kalau tadinya tanteku yang asyik meremas-remas burungku, sekarang justru aku yang beringas meremas-remas payudara tanteku bahkan tanganku yang lain juga ikut ikutan meremas payudara Tante Murni yang satunya. Tante Murni hanya memejamkan matanya rapat rapat sambil menggigit bibirnya.

Aku tak mempedulikan apapun sikap Tante Murni, bagiku kesempatan emas ini harus benar-benar dinikmati dan peduli dengan tanteku. Tanganku bukan hanya meremas, tetapi juga memelintir puting susu tanteku yang kecil dan keras itu, lucu sekali melihat kedua tanganku menelinap dan bergerak-gerak di dalam daster tanteku. Kurasakan tangan tanteku sudah tak mengocok penisku, tetapi hanya kadang kadang saja dia meremasnya dengan keras membuat aku kesakitan. Dari luar dadanya yang berdaster mulutku ikut ikutan menciumi dada tanteku itu, rasanya bila memungkinkan aku ingin memanfaatkan seluruh tubuhku untuk menikmati kekenyalan dada Tante Murni ini.

Tak kusadari nafas tanteku makin lama makin memburu, rupanya dia juga sangat menikmati kekasaran tanganku ini. Tiba-tiba saja Tante Murni mengangkat dasternya sehingga dadanya tersibak, baru saat itu aku bisa melihat kemontokan payudara tanteku ini, tanganku hanya dapat menutupi sebagian ujung atas payudaranya, sedangkan bagian yang lain masih belum tersentuh oleh remasanku. Dada yang montok itu dipenuhi oleh barut-barut merah bekas remasanku. Setelah dadanya terbuka dengan gemetar Tante Murni berbisik, ” Mas, isep pentilnya pelan-pelan ya”. Tak perlu diperintah dua kali, aku segera melumat puting susu tanteku dan mengenyotnya sekuatku, Tante Murni mendesis desis dan menekan kepalaku kuat kuat kedadanya, aku memeluk pinggangnya dan kutindih badan Tante Murni dengan tubuhku yang telanjang bawah itu. Terasa burungku yang kaku itu menghunjam di tubuh mulus tanteku yang hanya dilapisi celana dalam itu. Tanteku makin kencang memeluk tubuhku, bahkan ia menyuruh aku untuk menjilati juga putingnya. Kulakukan semua itu dengan penuh semangat, entah apa pengaruh kepatuhanku ini pada Tante Murni, yang jelas aku sangat menikmatinya, penisku yang menggeser-geser diperut Tante Murni terasa mengeluarkan cairan yang membasahi perut Tante Murni. Saat itu Tante Murni sudah tak mempedulikan penisku lagi, dia asyik menikmati kepatuhanku itu.

Mungkin karena sudah tak tahan dengan semua itu, tiba-tiba saja Tante Murni juga melepaskan celana dalamnya. Selama ini aku hanya bernafsu pada buah dadanya saja, aku tak pernah berpikiran lebih dari itu. Ketika dengan berbisik ia menyuruhku memindahkan ciumanku, aku agak bingung juga. ” Mas, ayo sekarang ciumi selangkangan Mbak ya, nanti punya kamu juga Mbak ciumi”. Aku menghentikan kesibukanku di dada Tante Murni dan memandang ke selangkangannya. Aku takjub sekali melihat selangkangan Tante Murni itu karena ada rambut keriting yang tumbuh di ujung selangkangannya yang cembung itu, ini adalah pemandangan yang sama sekali baru bagiku, selama ini aku hanya pernah melihat selangkangan adikku yang aku tahu tak ada burungnya seperti aku. Namun selangkangan wanita yang berbulu, ya baru kepunyaan Tante Murni ini!

Oh, terus terang saja, meskipun aku secara naluri sudah bangkit birahi, tetapi tak pernah kubayangkan bahwa aku akan melangkah sejauh ini dalam bidang seksual apalagi di usiaku yang belum sampai sepuluh tahun itu. Aku agak ragu juga melepaskan mainan yang begitu nikmat di payudara Tante Murni, tetapi perintah Tante Murni membuatku merubah posisi badanku dan dengan ragu-ragu kudekatkan wajahku ke bukit cembung yang ada bulu keritingnya itu. Merasakan keraguanku, Tante Murni tanpa basa basi langsung menekan kepalaku sehingga bibir dan hidungku menempel di bulu-bulu keriting yang halus itu. Karena tadi aku disuruh menggigiti payudara, maka kali ini akupun juga mulai menggigiti bukit cembung itu. Namun kudengar Tante Murni berteriak lirih, “Jangan keras keras gigitnya Mas, sakit!”. Ketidaktahuanku benar-benar konyol, aku kira bukit cembung itu sama seperti payudara, tetapi karena bidangnya kecil, tanganku tak mungkin untuk meremasnya, sebagai sasaran lain aku jadi meremas paha Tante Murni serta juga pantatnya. Ketika Tante Murni membisiki agar ciumanku lebih turun lagi ke depan, aku agak bingung juga.

Nah ketika aku maju ke depan barulah aku melihat celah sempit yang berbentuk bibir dan saat itu sudah basah. Warnanya sungguh menarik merah muda dan bibirnya seperti berlipat lipat. Seperti biasa aku menciumi bagian ini dengan penuh semangat. “Jilat saja Mas, nikmat lho!”, bisikan Tante Murni membuatku merubah lagi permainanku. Entah kenapa di tengah asyiknya aku menjilati celah basah yang asin dan agak amis itu, Tante Murni mengerang dan menjambak rambutku sambil menjepitnya dengan kedua pahanya. Aku tak bisa bernafas dan aku segera berontak melepaskan diri.

Tante Murni melepaskan dasternya yang tadi masih bergulung di atas dadanya sehingga dia sekarang jadi telanjang bulat. Dengan suara serak disuruhnya aku berbaring telentang, dengan telanjang bulat Tante Murni memegang burungku yang masih tegang itu, karena waktu itu aku belum dikhitan, tanteku menceletkan kulup penisku yang terasa sangat geli bagiku kemudian dengan tiba-tiba Tante Murni mengangkangi burungku dia menurunkan pantatnya, dan dituntunnya burungku memasuki celah sempit yang tadi aku jilati itu. Dilakukannya semua ini dengan pelan-pelan sampai akhirnya aku merasakan kehangatan jepitan kemaluan tanteku yang ternyata telah sangat basah. Aku tak mengerti apa yang dilakukan tanteku ini, tetapi terasa geli, ngilu di sekitar kemaluanku, juga ada rasa perih. Tanteku hanya diam saja setelah menelan burungku, dia malah mendekatkan dadanya ke wajahku sehingga aku mulai lagi menyedot puting susunya itu. Tanteku kembali mendesis-desis, dan terasa dia memutar-mutar pantatnya membuat burungku seperti dikocok-kocok oleh tangan tanteku yang lembut itu, nikmat sekali.

Tanteku terus saja menggoyangkan pantatnya ke kanan-kiri, putar sehingga ada rasa yang lebih nikmat di sekitar kemaluanku. Rasa geli yang ditimbulkan membuat aku makin ganas menciumi bahkan juga menggigit daging montok yang bergantung di depanku itu. Ketika Tante Murni mengangkat pantatnya, aku merasa kalau batang burungku yang sekarang penuh lendir dari dalam celah Tante Murni itu menjadi gatal dan geli, ternyata rasanya jauh lebih menyenangkan daripada diremas dengan tangan Tante Murni, apalagi dengan tanganku sendiri.

Tidak lama aku merasakan ada lendir yang meleleh di pangkal burungku, yang berasal dari lubang Tante Murni itu. Ketika kutanyakan apakah Tante Murni pipis, dia tak menjawab, melainkan memejamkan matanya serta mendesis dengan keras sekali. Pantatnya ditekan keras-keras ke tubuhku sehingga terasa pangkal kemaluanku menyentuh bibir vaginanya yang hangat. Kurasakan tubuhnya menegang dan berdenyut-denyut pada bagian kemaluannya, membuat burung kecilku seperti diurut dan dipilin oleh tangan yang lembut. Oh.., sungguh kurasakan nikmat yang sungguh luar biasa. Bayangkan…, aku yang baru SD kelas 3 telah merasakan tubuh tanteku yang notabene beberapa tahun lebih tua, yang mungkin maniak seks (terakhir kutemukan koleksi gambar gambar porno di balik tumpukan pakaiannya. Jujur saja Mbak, akupun tak tahu apakah sebelum itu tanteku sudah pernah berhubungan seks, tetapi kukira dia sudah pernah melakukannya, mungkin dengan temannya ketika di K.

Mbak pengalaman ini sangat membekas di hatiku, setelah kejadian itu setiap ada kesempatan aku selalu melakukan hal itu bersama tanteku, bahkan pada suatu saat Mbak Suli diajak melakukan bersama kami bertiga (nanti lain waktu aku cerita lagi tentang hal ini).

Kalau dulu kami masih berpura-pura, maka sekarang kami sudah pintar saling merangsang, dan yang paling kunikmati adalah saat spermaku memancar keluar, itulah puncak dari segala kenikmatan, geli, dan nikmat bercampur menjadi satu. Kami sama sama menyukai permainan ini sehingga sering dalam satu hari kami melakukannya tiga empat kali, sering juga tanteku pindah ke kamarku malam-malam dan kami melakukan hubungan seks ini dengan pintu terkunci. Tante Murni juga senang mengulum burungku, bahkan seringkali juga aku muncrat di dalam mulutnya. Semua kegiatan ini kulakukan kira-kira sampai kurang lebih 2 tahun sampai akhirnya tanteku pulang ke K. dan selanjutnya menikah di sana.

Mbak Yuri, disaat aku sudah berkeluarga keinginan untuk mengulang persetubuhan avonturir dengan tanteku sering muncul, yang aku bayangkan hanya betapa sekarang aku akan lebih pintar membuat tanteku merasa nikmat, dan akupun pasti juga akan lebih menghayati dalam merasakan kelembutan tanteku itu. Semua keinginanku itu baru dapat terulang 15 tahun kemudian, ketika adikku yang paling kecil menikah di K.

Malam itu setelah acara resepsi pernikahan selesai kami kembali ke rumah kira-kira pukul 1 pagi, dan karena banyak saudara yang datang maka kami juga menyewa beberapa kamar hotel melati yang letaknya tidak jauh dari rumah (kira kira 200 meter), kebetulan waktu itu aku satu rombongan dengan Tante Murni bersama dua orang anaknya (10 thn dan 7 thn), suaminya tidak ikut, karena ada tugas kantornya yang tak bisa ditinggalkan. Tanteku tidur di ranjang bersama kedua anaknya, aku tidur di lantai dengan kasur extra. Mungkin karena terlalu lelah kedua anaknya langsung tertidur tak lama setelah lampu kamar dipadamkan.

Walaupun lelah aku tak bisa memejamkan mata, karena mengingat-ingat kejadian beberapa belas tahun lalu bersama tante yang sekarang sedang terbaring di atas tempat tidur. Ternyata hal ini juga dialami oleh tante, aku merasakan ia gelisah bolak balik.
“Nggak bisa tidur Mas?”.
“Iya nich, sumuk”.
Sambil melongok tante tersenyum kepada yang ada dibawahnya. Sambil turun dari ranjang dia bilang, “Eh boleh nggak aku tidur di sini?, sumuk di atas, di sinikan anyep”.

Aku menggeser ke tepi memberi tempat untuk tante. Jantung ini serasa berpacu cepat ketika tubuh tante yang hangat menempel ke sisi tubuhku. Aku merasa ‘adikku’ sudah mulai bereaksi walaupun belum tegak benar (aku waktu itu hanya mengenakan kaos oblong dan sarung saja, tidak mengenakan CD). Aku semakin tidak tahan ketika tanteku memiringkan tubuhnya ke arahku sehingga sekarang dadanya menempel pada lenganku. Semakin nggak karuan nich rasanya. ternyata tante tidak mengenakan BH, hanya daster terusan saja, yach payudaranya cukuplah, kira-kira 34B tapi terasa sudah sangat kencang di lenganku. Aku semakin berani, kuraih pinggang tante dan aku rapatkan pada tubuhku. Tiba-tiba, tidak tahu siapa yang mulai kami telah saling berpagutan. Lidah tanteku dengan lincah menyelinap ke dalam mulutku yang segera kubelit dengan lidahku sendiri.

Mbak Yuri, selama itu aku hanya pernah berhubungan seks dengan isteriku sendiri, dan selama itu juga trauma hubungan seksku dengan Tante Murni membuat aku selalu beranggapan bahwa Tante Murni “lebih nikmat” dari isteriku. Bagiku inilah saatnya untuk membuktikan kebenaran memori masa lalu itu.

Cerita Sex Rintihan Tante Jilbab Mulus

Cerita Sex Rintihan Tante Jilbab Mulus

Tangan Tante Murni mulai meraba dadaku terus ke bawah sampai di selangkanganku dan menemukan ‘adikku’ yang sudah mengacung keras. Perlahan tangan Tante Murni mulai membelai-belai, mengocok-ngocok. Aku tak mau ketinggalan dengan ganas merogoh ke arah selangkangannya sambil mulut ini tak henti hentinya bergantian menghisap puting yang telah menegang. Clitoris Tante Murni kubelai dengan sedikit kasar membuatnya mengelinjang tidak keruan. Ketika aku bermaksud akan menggunakan lidah untuk membuat sensasi yang lain, tanteku mencegahnya, “Jangan Mas, tante nggak tahan gelinya”, katanya. Aku mengurungkan niatku dan dengan pandangan matanya aku mengerti bahwa tante sudah tidak tahan ingin disetubuhi maka aku mengambil posisi untuk menindihnya, perlahan aku gesekan dulu ‘adikku’ ke seputar belahan dan permukaan liang tanteku itu, ia terlihat mengelinjang dan berusaha meraih penisku, dibimbingnya menuju lembah kehangatannya.

Begitu ujung adikku sudah terselip diantara kedua bibir vaginanya, dengan berbisik tante menyuruhku untuk menekan! Perlahan kuturunkan pantatku, oh.., ternyata kurang lebih sama dengan rasa istri aku tapi agak lebih hangat rasanya. Mulai aku naik turunkan dengan perlahan membuat sensasi yang semakin lama semakin kupercepat irama kocokanku, sayangnya tante Munrni sama sekali tidak memberi reaksi apa-apa, dia hanya diam saja, sambil tangannya terus mencakar-cakar punggungku. Rupanya tante sangat terpengaruh oleh suasana yang menegangkan ini, sehingga sulit untuk memberikan respon. Namun kira-kira pada menit ke 5 aku merasakan otot-otot vaginanya mulai berkontraksi menandakan sudah waktunya bagi tante. Aku mempercepat kocokan dan membenamkan sedalam dalamnya sampai kurasakan dasar kewanitaannya, Kudengar tante menjerit tertahan karena segera dia letakkan bantal ke wajahnya untuk meredam suara yang timbul. Bagian vitalku terasa ada yang mencengkram lembut tapi ketat sekali, otot-otot vagina tanteku serasa memijat-mijat.

Mbak Yuri…, terus terang rasanya lebih nikmat dari yang selama ini aku pernah dapat dari isteriku, barang isteriku tidak bisa mencengkeram, meskipun sebenarnya lebih sempit dan kering dibanding kepunyaan tante yang terasa lebih longgar dan agak licin itu.

Aku sendiri belum keluar saat itu, kulihat tanteku terkulai kelelahan, kubersihkan sisa-sisa air mani serta juga cairan dari dalam vaginanya dengan menggunakan handuk kecil yang ada di dekat situ. Setelah kurasakan kering, dengan perlahan kumasukkan lagi burungku yang masih tegang dan kugenjot lagi. Aku menggigit bibir tanteku ketika kurasakan gesekan penisku dengan dinding vagina tante yang kesat dan kering itu, rasanya luar biasa.

Tante tiba tiba berbisik, “Mas, jangan digoyang dulu ya, biar tante yang goyangin”. Aku menurut saja, dan mulailah tanteku meletakkan kedua kakinya di pantatku, lalu mulai bergoyang, pertama memutar ke kiri dan ke kanan, kadang-kadang disodoknya ke atas. Aku hanya memejamkan mata merasakan kenikmatan yang tak pernah aku dapat ini, “Enak mana punya tante sama Asri, Mas?”. Aku tak menjawab pertanyaan tante ini, karena jujur saja Mbak Yuri, punya tanteku lebih nikmat dari vagina Asri isteriku. Tak tahan dengan putarannya, apalagi tanteku terus membisikkan kata-kata yang membuatku makin terangsang, akupun ikut-ikutan menggerakkan burungku maju mundur. Sementara buah dada tanteku sudah rata kuciumi dan kugigiti, tadinya aku takut untuk membuat cupangan didadanya, tetapi justru Tante Murni yang menyuruhku.

Beberapa saat kemudian aku rasakan sesuatu seakan mendesak untuk dikeluarkan. Kutekan sedalam-dalamnya dan meledaklah semua kenikmatan di dasar kewanitaannya. Tanteku tersenyum dalam kegelapan melihat aku mencapai kepuasan itu. “Mas, ini baru komplit ya”!, bisiknya.

Cerita Dewasa – Setelah merasakan tuntasnya semprotan spermaku, Tante Murni mendorong tubuhku ke samping, dan dengan lembut dikulumnya burungku, aku menolak karena terasa geli sekali membuat sakit di batang burungku, tetapi tante tak mempedulikanku, terus saja dia menjilati sehingga burungku hingga bersih.

Sampai sekarang aku selalu merindukan persetubuhan dengan Tante Murni ini. Seringkali aku melamun dan menganalisis apa yang menyebabkan begitu nikmatnya rasa persetubuhan dengan dia. Jawabnya hanya satu, suasana yang penuh resiko, membuat rangsangan yang berbeda dan membuat aku menjadi penuh gairah.

Cerita Seks – Bercinta Dengan Gadis Les Privat

$
0
0

Cerita Seks – Bercinta Dengan Gadis Les Private | Cerita seks bugil ini terjadi sekitar tahun 2007 yang saat itu aku masih duduk di universitas negeri dikota Bandung, cerita seks ini merupakan pengalaman yang sangat berharga sekali buat aku. Pada saat itu juga mencari kerjaan ampingan untuk menambah income aku untuk menambah uang jajan aku, aku sambil bekerja sebagai guru private anak-anak SMA dalampelajaran Fisika maupun pelajaran lainya. Cerita ini merupakan cerita dengan seorang gadis SMA yang masih umur belia sekitar umur 17 tahun yang besekolah disalah satu sekolah yang terkenal dibandung. Cerita sexSMA ini merupakan pengalaman yang tidak pernah bias aku lupakan.

Fanny Damayanti, adalah seorang gadis dengan wajah cantik, alis matanya melengkung, dan mata indah serta jernih, dilindungi oleh bulu mata lentik, hidung mancung serasi melengkapi kecantikannya, ditambah dengan bibir mungil merah alami yang serasi pula dengan wajahnya. Rambutnya yang hitam dan dipotong pendek menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan terawat, badannya mulai tumbuh begitu indah dan seksi. Dia tumbuh di kalangan keluarga yang cukup berada dan menyayanginya. Usianya baru 17 tahun, kadang sifatnya masih kekanakan. Badannya tidak terlalu tinggi berkisar 160 cm, badannya ideal dengan tinggi badannya, tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus.
Seminggu yang lalu Fanny mulai rutin mengikuti les privat Fisika di rumahku, Renne Lobo. Aku mempunyai sebuah rumah mungil dengan dua buah kamar, diantaranya ada sebuah kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar depan diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-buku tersusun rapi di dalam rak dengan warna-warna kayu, sama seperti meja kerja yang di atasnya terletak seperangkat komputer. Sebuah lukisan yang indah tergantung di dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar belakangi oleh warna dinding yang serasi. Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi pula, dengan tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang membuat suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata sangat artistik sehingga terasa nyaman.
Rumahku memang terkesan romantis dengan terdengar pelan alunan lagu-lagu cinta, Fanny sedang mengerjakan tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlalu asyik mengerjakan tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh tersenggol. Fanny berusaha menggapai ke bawah bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata dia memegang tanganku yang telah lebih dulu mengambilnya. Fanny kaget melihat ke arahku yang sedang tersenyum padanya. Fanny berusaha tersenyum, saat tangan kirinya kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian kutaruh penghapus itu ke dalam telapak tangannya.
Aku sebagai orang yang telah cukup berpengalaman dapat merasakan getaran-getaran perasaan yang tersalur melalui jari-jari gadis itu, sambil tersenyum aku berkata, “Fan, kamu tampak lebih cantik kalau tersenyum seperti itu”. Kata-kataku membuat gadis itu merasa tersanjung, dengan tidak sadar Fanny mencubit pahaku sambil tersenyum senang.
“Udah punya pacar Fan?”, godaku sambil menatap Fanny.
“Belum, Kak!”, jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu merah.
“Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar”, lanjutku.
“Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper”, komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.
“Ohh!”, aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas.
“Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?”, lanjutku.
“Apa ya! Coca Cola aja deh Kak”, sahutnya sambil terus bekerja.
Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri tubuh Fanny yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil tersenyum sendiri.
“Sudah Kak”, suara Fanny mengagetkan lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis itu. Kemudian aku memeriksa hasil pekerjaan itu, ternyata benar semua.
“Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan “, pujiku dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.
Aku yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan menerangkan pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum yang kupakai sangat lembut dan terasa nikmat tercium hidung, mungkin itu yang membuatnya tanpa sadar bergeser semakin dekat padaku.
Pujian tadi membuatnya tidak dapat berkonsentrasi dan berusaha mencoba mengerti apa yang sedang dijelaskan, tapi gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati dan sengaja duduk menyamping, agak menghadap pada gadis itu sehingga instingku mengatakan hatinya agak tergetar.
“Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Fan”, kataku sambil melihat wajah Fanny lewat sudut mata.
Fanny tersentak dari lamunannya dan menggeleng, “Belum, ulang dong Kak!”, sahutnya. Kemudian aku mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya, tangan kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil menerangkan, tangan lainnya diletakkan di sandaran kursi tempatnya duduk dan sesekali aku sengaja mengusap punggungnya dengan lembut.
Fanny semakin tidak bisa berkonsentrasi, saat merasakan usapan lembut jari tanganku itu, jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan senyaman dan selembut mungkin dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang tak terlukiskan. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa terasa matanya terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang lembut.
Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek saja, sebagai perempuan yang selalu ingin diperhatikan, Fanny mulai mencoba menarik perhatianku. Dia memberanikan diri meletakkan tangan di atas pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang menjalar lembut lewat tanganku.
Selesai menerangkan aku menatapnya dengan lembut, dia tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu, perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa menggigil saat melihat senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya Fanny menutup mata karena tidak kuat menahan gejolak didadanya. Aku tahu apa yang dirasakan gadis itu dengan instingku.
“Kamu sakit?”, tanyaku berbasa basi. Fanny menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut, Fanny diam saja karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku genggam lembut jari tangan kirinya.
Udara hangat menerpa telinganya dari hidungku, “Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh dewasa Fan”, gumamku lirih. pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya. Dan Fanny ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan kepalanya di dadaku, “Ahh..”, Fanny mendesah kecil tanpa disadari.
Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku bergerak mengusap lembut telinga gadis itu, kemudian turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga beberapa kali. Fanny merasa angan-angannya melambung, entah kenapa dia pasrah saja saat aku mengangkat dagunya, mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati belaian-belaian lembut itu.
“Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu sangat dewasa, Aku kagum!”, kataku merayu.
Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri semua kejadian itu.
“Ja.., jangan Kak”, pintanya untuk menolak. Tapi dia tidak berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku dengan lembut penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan halus, saat merasakan hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil merah merekah itu bergeter, aku yakin baru pertama kali ini dia merasakan nikmatnya dikulum dan dicium bibir laki-laki.
Jantung di dadanya berdegup makin keras, perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung. “Uuhh..!”, hatinya tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman hangatku.
“Aaahh..”, dia mendesah merasakan remasanku lembut di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak kuasa melarang. Dia diam saja, remasan lembut menambah kenikmatan tersendiri baginya.
“Dadamu sangat indah Fan”, sebuah pujian yang membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.
“Aaahh”, Fanny mendesah kembali dan pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya bergetar menandakan vaginanya mulai basah oleh lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya, hal itu membuat vaginanya terasa geli, merupakan kenikmatan tersendiri. Dia semakin terlena diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk mencapai puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan lembut di atas buah dadanya.
Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya mencoba menahannya.
“Jangan nanti dilihat orang”, pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat.
Seakan dia sudah tidak peduli lagi dengan keadaannya, hanya kenikmatan yang ingin dicapainya, dia pasrah saat kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang bersprei putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin bisa menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus itu makin terbuka.
“Auuuhh”, bibirku mulai bergeser pelan mengusap dan mencium hangat di lehernya yang putih mulus. “Aaaahh”, dia makin mendesah dan merasakan kegelian lain yang lebih nikmat.
Aku semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya. “Tubuhmu wangi sekali”, kembali rayuan itu membuatnya makin besar kepala. Tanganku itu dibiarkan menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak kuasa menolak, seakan ada perasaan bangga tubuhnya dilihat dan kunikmati. Tanganku kini menelusuri perutnya dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir hangatku beralih menelusuri dadanya.
“Uhh.!”, tanganku menarik bajunya ke atas hingga keluar dari rok abu-abunya, kemudian jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari lembut di atas perutnya. “Auuuhh” membuatnya menggelinjang nikmat, perasaannya melambung mengikuti irama jari-jariku, sementara serdaduku terasa makin tegang.
Dia mulai menarik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi ciuman dan kuluman, seperti caraku mengulum dan mencium bibirnya. “Ooohh”, terdengar desah Fanny yang semakin terlena dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku diatas perutnya, kini dada dan perutnya terlihat putih, mulus dan halus hanya tertutup bra coklat muda yang lembut.
Aku semakin tegang hingga harus mengatur gejolak birahi dengan mengatur pernafasanku, aku terus mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu, kuperlakukan Fanny dengan halus, lembut, dan tidak terburu-buru, hal ini membuat Fanny makin penasaran dan makin bernafsu, mungkin itu yang membuat gadis itu pasrah saat tanganku menyusup ke belakang, dan membuka kancing branya.
Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.
“Aaahh.. Uuuhh. ooohh”, Fanny menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari itu menari dan mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.
Ujung jariku mulai mempermainkan puting susunya yang masih kecil dan kemerahan itu dengan sangat hati-hati. “Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh”. Fanny mulai menunjukkan tanda-tanda terangsang hingga berusaha ikut membuka kancing bajuku, agak susah, tapi dia berhasil. Tangannya menyusup kebalik baju dan mengelus dadaku, sementara birahinya makin memuncak. “Ngghh.. “, vaginanya yang basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Fanny menurut ketika badannya diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan branya kutanggalkan, lalu dilempar ke samping tempat tidur.
Sekarang tubuh bagian atasnya tidak tertutup apapun, dia tampak tertegun dan risih sejenak, saat mataku menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain dia merasa kagum dengan dua gunung indah yang masih perawan yang menyembul di atas dadanya, belum pernah terjamah oleh siapapun selain dirinya sendiri. Sedangkan aku tertegun sejenak melihat pemandangan di depan mataku, birahiku bergejolak kembali, aku berusaha mengatur pernafasan, karena tidak ingin melepaskan nafsu binatangku hingga menyakiti perasaan gadis cantik yang tergolek pasrah di depanku ini.
Aku mulai mengulum buah dada gadis itu perlahan, terasa membusung lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan seperti itu Fanny menggelinjang, “Ahh.. uuuhh.. aaahh”. Pengalaman pertamanya ini membuat angan-angannya terbang tinggi. Buah dadanya yang putih, lembut, dan kenyal itu terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah diputing susunya yang kecil kemerahan itu mulai berdiri dan mengeras.
“Aaahh..!”, dia merintih geli dan makin mendekap kepalaku, vaginanya mungkin kini terasa membanjir. Birahinya semakin memuncak. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh”, rintihnya makin panjang. Aku terus mempermainkan buah dada gadis lugu itu dengan bibir dan lidahku, sambil membuka kancing bajuku sendiri satu persatu, kemudian baju itu kutanggalkan, terlihat dadaku yang bidang dan atletis.
Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat Fanny akan membalas memagutnya, telapak tangannya kupegang dan kubimbing naik ke atas kepalanya. Aku mulai mencium dan menghisap lembut, dan menggigit kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal lengan, siku sampai ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya bertambah geli dan nikmat. “Geli.. ahh.. ohh!”
Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum, dijilati dan dihisap lembut. “Uuuhh.!”, dia makin mendekapkan kepalaku, itu akan membuat vaginanya geli, membuat birahinya semakin memuncak.
“Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh”, dia merintih rintih dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, hingga roknya tersingkap.
Sambil terus mempermainkan buah dada gadis itu. aku melirik ke paha mulus, indah terlihat di antara rok yang tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan terus menari naik turun antara lutut dan pangkal paha putih mulus, masih tertutup celana yang membasah, Aku merasakan birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus mempermainkan buah dada gadis itu.
“Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”, terdengar gadis itu merintih panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai membuka kancing, lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu, seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu. Rangsangan yang membuat birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.
“Jangan Kak.. aahh”, tapi aku tidak peduli, bahkan kemudian Fanny malah membantu menurunkan roknya sendiri dengan mengangkat pantatnya. Aku tertegun sejenak melihat tubuh putih mulus dan indah itu. Kemudian badan gadis itu kubalikkan sehingga posisinya tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.
“Uuuhh”, ketika membalikkan badan, Fanny melihat sesuatu yang menonjol di balik celana dalamku. Dia kaget, malu, tapi ingin tahu. “Aaahh”. Fanny mulai merapatkan kakinya, ada perasaan risih sesaat, kemudian hilang kalah oleh nafsu birahi yang telah menyelimuti perasaannya. “Ahh..”, dia diam saja saat aku kembali mencium bibirnya, membimbing tangannya ke bawah di antara pangkal paha, dia kini memegang dan merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di balik celanaku, sejenak Fanny sejenak mengelus-elus benda yang membuat hatinya penasaran, tapi kemudian dia kaget dan menarik tangannya.
“Aaahh”, Fanny tak kuberikan kesempatan untuk berfikir lain, ketika mulutku kembali memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak dengan indahnya di atas tonjolan dada. Vaginanya terasa makin membanjir, hal ini membuat birahinya makin memuncak. “Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh”, sambil terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik turun antara lutut dan pangkal pahanya yang putih mulus yang masih tertutup celana. Tanpa disadarinya, karena nikmat, tanganku mulai menyusup di bawah celana dalamnya dan mengusap-usap lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan indahnya bergantian.
“Teruuuss.. aaahh.. uuuhh”, karena geli dan nikmat Fanny mulai membuka kakinya, jari-jari Rene yang nakal mulai menyusup dan mengelus vaginanya dari bagian luar celana, birahinya memuncak sampai kepala.
“Ahh.. terus.. ahh.. ohh”, gadis itu kaget sejenak, kemudian kembali merintih rintih. Melihat Fanny menggelinjang kenikmatan, tanganku mencoba mulai menyusup di balik celana melalui pangkal paha dan mengelus-elus dengan lembut vaginanya yang basah lembut dan hangat. Fanny makin menggelinjang dan birahinya makin membara. “Ahh.. teruusss ooh”, Fanny merintih rintih kenikmatan.
Aku tahu gadis itu hampir mencapai puncak birahi, dengan mudah tanganku mulai beraksi menurunkan celana dalam gadis itu perlahan. Benar saja, Fanny membiarkannya, sudah tidak peduli lagi bahkan mengangkat pantat dan kakinya, sehingga celana itu terlepas tanpa halangan.

Cerita Ngentot Nikmatnya Ibu Mertua Tetangga Ku

Cerita Ngentot Nikmatnya Ibu Mertua Tetangga Ku

Tubuh gadis itu kini tergolek bugil di depan mataku, tampak semakin indah dan merangsang. Pangkal pahanya yang sangat bagus itu dihiasi bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus. Vaginanya tampak kemerahan dan basah dengan puting vagina mungil di tengahnya. Aku terus memainkan puting susu yang sekarang berdiri tegak sambil terus mengelus bibir vagina makin membanjir. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”.
Vagina yang basah terasa geli dan gatal, nikmat sampai ujung kepala. “Kak.. aahh”, Fanny tak tahan lagi dan tangannya menyusup di bawah celana dalamku dan memegang serdadu yang keras bulat dan panjang itu. Fanny tidak merasa malu lagi, bahkan mulai mengimbangi gerakanku.
Aku tersenyum penuh kemenangan melihat tindakan gadis itu, secara tidak langsung gadis itu meminta untuk bertindak lebih jauh lagi. Aku melepas celana dalamku, melihat serdaduku yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis itu terbelalak kagum.
Sekarang kami tidak memakai penutup sama sekali. Fanny kagum sampai mulutnya menganga melihat serdadu yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru pertama kali dia melihat benda itu. Vaginanya pasti sudah sangat geli dan gatal, dia tidak peduli lagi kalau masih perawan, kemudian telentang dan pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.
Sejenak aku tertegun melihat vagina yang bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang vaginanya tampak masih tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di tengahnya.
Fanny hanya tertegun saat aku berada di atasnya dengan serdadu yang tegak berdiri. Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit kecil menjelajahi seluruh tubuhnya. Kuluman di puting susu yang disertai dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan dengan hati-hati, makin membasah dan nikmat tersendiri. “Kak.. ahh, terus ssts.. ahh.. uhh”, birahinya memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa kesemutan, dipegangnya serdaduku. “Ahh” terasa hangat dan kencang.
“Kak.. ahh!”, dia tak dapat lagi menahan gejolak biraninya, membimbing serdaduku ke lubang vaginanya, dia mulai menginginkan serdaduku menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang terasa sangat geli dan gatal. “Uuuhh.. aaahh”, tapi aku malah memainkan topi baja serdaduku sampai menyenggol-nyenggol selaput daranya. “Ooohh Kak masukkan ahh”, gadis itu sampai merintih rintih dan meminta-minta dengan penuh kenikmatan.
Dengan hati-hati dan pelan-pelan aku terus mempermainkan gadis itu dengan serdaduku yang keras, hangat tapi lembut itu menyusuri bibir vagina.
“Ooohh Kak masukkan aaahh”, di sela rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat puting susunya mengeras dan gerakannya mulai agak lemas, serdadu mulai menyerang masuk dan menembus selaput daranya, Sreetts “Aduuhh.. aahh”, tangannya mencengkeram bahuku. Dengan begitu, Fanny hanya merasa lubang vaginanya seperti digigit nyamuk, tidak begitu sakit, saat selaput dara itu robek, ditembus serdaduku yang besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan sampai setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. “Ahh”, dia merintih kenikmatan.
Aku tidak mau terburu-buru, aku tidak ingin lubang vagina yang masih agak seret itu menjadi sakit karena belum terbiasa dan belum elastis. Burung itu masuk lagi setengahnya dan.. Sreeets “Ohh..”, kali ini tidak ada rasa sakit, Fanny hanya merasakan geli saat dirasakan burung itu keluar masuk merojok vaginanya. Fanny menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan mendekap pinggangnya.
“Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh”, serdaduku terus menghunjam semakin dalam. Ditarik lagi, “Aaahh”, masuk lagi. “Ahh, terus… ahh.. uhh”, lubang vagina itu makin lama makin mengembang, hingga burung itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya beberapa kali. Fanny merasakan nikmat birahinya memuncak di kepala, perasaannya melayang di awan-awan, badannya mulai bergeter getar dan mengejang, dan tak tertahankan lagi. “Aaahh, ooohh, aaahh” vaginanya berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah mencapai puncak orgasme, kemudian terlihat lega yang menyelimuti dirinya.
Melihat Fanny sudah mencapai orgasme, aku kini melepas seluruh rasa birahi yang tertahan sejak tadi dan makin cepat merojok keluar masuk lubang vagina Fanny, “Kak.. ahh.. ssst.. ahh.. uhh”, Fanny merintih dan merasakan nikmat birahinya memuncak kembali. Badannya kembali bergetar dan mengejang, begitu juga denganku.
“Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!”, kami merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan. Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina gadis itu yang masih berdenyut nikmat.
Aku mengeluarkan serdadu yang terpercik darah perawan itu pelan-pelan, berbaring di sebelah Fanny dan memeluknya supaya Fanny merasa aman, dia tampak merasa sangat puas dengan pelajaran tahap awal yang kuberikan.
“Bagaimana kalau Fanny hamil Kak”, katanya sambil sudut matanya mengeluarkan air mata.
Sesaat kemudian aku dengan sabar menjelaskan bahwa Fanny tidak mungkin hamil, karena tidak dalam masa siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir yang keluar dari vagina dan siklus menstruasinya.
Fanny semakin merasa lega, aman, merasa disayang. Kejadian tadi bisa berlangsung karena merupakan keinginan dan kerelaannya juga. Diapun bisa tersenyum puas dan menitikkan air mata bahagia, kemudian tertidur pulas dipelukanku yang telah menjadikannya seorang perempuan.
Bangun tidur, Fanny membersihkan badan di kamar mandi. Selesai mandi dia kembali ke kamar, dilepasnya handuk yang melilit tubuhnya, begitu indah dan menggairahkan sampai-sampai aku tak berkedip memandangnya. Diambilnya pakaian yang berserakan dan dikenakannya kembali satu persatu. Kemudian dia pamit pulang dan mencium pipiku yang masih berbaring di tempat tidur.

Cerita Ngentot 3 Ronde yang Luar Biasa

$
0
0

Cerita Ngentot 3 Ronde yang Luar Biasa – Sejak aku mengetahui alamat ini tujuh bulan lalu, hampir semua cerita aku baca, terutama yang merupakan kisah nyata. Karena itulah aku tergerak untuk mencoba menceritakan pengalamanku. Aku (sebut saja Aswin), umur hanpir 40 tahun, postur tubuh biasa saja, seperti rata-rata orang Indonesia, tinggi 168 cm, berat 58 kg, wajah lumayan (kata ibuku), kulit agak kuning, seorang suami dan bapak satu anak kelas satu Sekolah Dasar. Selamat mengikuti pengalamanku. Cerita yang aku paparkan berikut ini terjadi hari Senin. Hari itu aku berangkat kerja naik bis kota (kadang-kadang aku bawa mobil sendiri).

Seperti hari Senin pada umumnya bis kota terasa sulit. Entah karena armada bis yang berkurang, atau karena setiap Senin orang jarang membolos dan berangkat serentak pagi-pagi. Setelah hampir satu jam berlari ke sana ke mari, akhirnya aku mendapatkan bis. Dengan nafas ngos-ngosan dan mata kesana kemari, akhirnya aku mendapat tempat duduk di bangku dua yang sudah terisi seorang wanita. Kuhempaskan pantat dan kubuang nafas pertanda kelegaanku mendapatkan tempat duduk, setelah sebelumnya aku menganggukkan kepala pada teman dudukku.

Karena lalu lintas macet dan aku lupa tidak membawa bacaan, untuk mengisi waktu dari pada bengong, aku ingin menegur wanita di sebelahku, tapi keberanianku tidak cukup dan kesempatan belum ada, karena dia lebih banyak melihat ke luar jendela atau sesekali menunduk. Tiba-tiba ia menoleh ke arahku sambil melirik jam tangannya. Mmacet sekali ya? katanya yang tentu ditujukan kepadaku. Biasa Mbak, setiap Senin begini. Mau kemana? sambutku sekaligus membuka percakapan. Oh ya. Saya dari Cikampek, habis bermalam di rumah orang tua dan mau pulang ke Pondok Indah, jawabnya.

Belum sempat aku buka mulut, ia sudah melanjutkan pembicaraan, Kerja dimana Mas? Daerah Sudirman, jawabku. ?Obrolan terus berlanjut sambil sesekali aku perhatikan wajahnya. Bibirnya tipis, pipinya halus, dan rambutnya berombak. Sedikit ke bawah, dadanya tampak menonjol, kenyal menantang. Aku menelan ludah. Kuperhatikan jarinya yang sedang memegang tempat duduk di depan kami, lentik, bersih terawat dan tidak ada yang dibiarkan tumbuh panjang. Dari obrolannya keketahui ia (sebut saja Mamah) seorang wanita yang kawin muda dengan seorang duda beranak tiga dimana anak pertamanya umurnya hanya dua tahun lebih muda darinya. Masa remajanya tidak sempat pacaran.

Karena waktu masih sekolah tidak boleh pacaran, dan setelah lulus dipaksa kawin dengan seorang duda oleh orang tuanya. Sambil bercerita, kadang berbisik ke telingaku yang otomatis dadanya yang keras meneyentuh lengan kiriku dan di dadaku terasa seer! Sesekali ia memegangi lenganku sambil terus cerita tentang dirinya dan keluarganya. Pacaran asyik ya Mas? tanyanya sambil memandangiku dan mempererat genggaman ke lenganku. Lalu, karena genggaman dan gesekan gunung kembar di lengan kiriku, otakku mulai berpikiran jorok. Kepingin ya? jawabku berbisik sambil mendekatkan mulutku ke telinganya. Ia tidak menjawab, tapi mencubit pahaku. Tanpa terasa bis sudah memasuki terminal Blok M, berarti kantorku sudah terlewatkan.

Kami turun. Aku bawakan tasnya yang berisi pakaian menuju kafetaria untuk minum dan meneruskan obrolan yang terputus. Kami memesan teh botol dan nasi goreng. Kebetulan aku belum sarapan dan lapar. Sambil menikmati nasi goreng hangat dan telor matasapi, akhirnya kami sepakat mencari hotel. Setelah menelepon kantor untuk minta cuti sehari, kami berangkat. Sesampai di kamar hotel, aku langsung mengunci pintu dan menutup rapat kain horden jendela. Kupastikan tak terlihat siapapun. Lalu kulepas sepatu dan menghempaskan badan di kasur yang empuk. Kulihat si Mamah tak tampak, ia di kamar mandi. Kupandangi langit-langit kamar, dadaku berdetak lebih kencang, pikiranku melayang jauh tak karuan. Senang, takut (kalau-kalau ada yang lihat) terus berganti. Tiba-tiba terdengar suara tanda kamar mandi dibuka. Mamah keluar, sudah tanpa blaser dan sepatunya.

Kini tampak di hadapanku pemandangan yang menggetarkan jiwaku. Hanya memakai baju putih tipis tanpa lengan. Tampak jelas di dalamnya BH hitam yang tak mampu menampung isinya, sehingga dua gundukan besar dan kenyal itu membentuk lipatan di tengahnya. Aku hanya bisa memandangi, menarik nafas serta menelan ludah. Mungkin ia tahu kalau aku terpesona dengan gunung gemburnya. Ia lalu mendekat ke ranjang, melatakkan kedua tangannya ke kasur, mendekatkan mukanya ke mukaku, Mas.. katanya tanpa melanjutkan kata-katanya, ia merebahkan badan di bantal yang sudah kusiapkan. Aku yang sudah menahan nafsu sejak tadi, langsung mendekatkan bibirku ke bibirnya. Kami larut dalam lumat-lumatan bibir dan lidah tanpa henti. Kadang berguling, sehingga posisi kami bergantian atas-bawah.

Kudekap erat dan kuelus punggungnya terasa halus dan harum. Posisi ini kami hentikan atas inisiatifku, karena aku tidak terbiasa ciuman lama seperti ini tanpa dilepas sekalipun. Tampak ia nafsu sekali. Aku melepas bajuku, takut kusut atau terkena lipstik. Kini aku hanya memakai CD. Ia tampak bengong memandangi CD-ku yang menonjol. Lepas aja bajumu, nanti kusut, kataku. Malu ah.. katanya. Kan nggak ada yang lihat. Cuma kita berdua, kataku sambil meraih kancing paling atas di punggungnya. Dia menutup dada dengan kedua tangannya tapi membiarkan aku membuka semua kancing. Kulempar bajunya ke atas meja di dekat ranjang. Kini tinggal BH dan celana panjang yang dia kenakan. Karena malu, akhirnya dia mendekapku erat-erat. Dadaku terasa penuh dan empuk oleh susunya, nafsuku naik lagi satu tingkat, burung-ku tambah mengencang.

Dalam posisi begini, aku cium dan jilati leher dan bagian kuping yang tepat di depan bibirku. Ach.. uh.. hanya itu yang keluar dari mulutnya. Mulai terangsang, pikirku. Setelah puas dengan leher dan kuping kanannya, kepalanya kuangkat dan kupindahkan ke dada kiriku. Kuulangi gerakan jilat leher dan pangkal kuping kirinya, persis yang kulakukan tadi. Kini erangannya semakin sering dan keras. Mas.. Mas.. geli Mas, enak Mas.. Sambil membelai rambutnya yang sebahu dan harum, kuteruskan elusanku ke bawah, ke tali BH hingga ke pantatnya yang bahenol, naik-turun. Selanjutnya gerilyaku pindah ke leher depan. Kupandangi lipatan dua gunung yang menggumpal di dadanya. Sengaja aku belum melepas BH, karena aku sangat menikmati wanita yang ber-BH hitam, apalagi susunya besar dan keras seperti ini.

Jilatanku kini sampai di lipatan susu itu dan lidahku menguas-nguas di situ sambil sesekali aku gigit lembut. Kudengar ia terus melenguh keenakan. Kini tanganku meraih tali BH, saatnya kulepas, ia mengeluh, Mas.. jangan, aku malu, soalnya susuku kegedean, sambil kedua tangannya menahan BH yang talinya sudah kelepas. Coba aku lihat sayang.. Kataku memindahkan kedua tangannya sehingga BH jatuh, dan mataku terpana melihat susu yang kencang dan besar. Mah.. susumu bagus sekali, aku sukaa banget, pujiku sambil mengelus susu besar menantang itu. Putingnya hitam-kemerahan, sudah keras. Kini aku bisa memainkan gunung kembar sesukaku. Kujilat, kupilin putingnya, kugigit, lalu kugesek-gesek dengan kumisku, Mamah kelojotan, merem melek, Uh.. uh.. ahh.. Setelah puas di daerah dada, kini tanganku kuturunkan di daerah selangkangan, sementara mulut masih agresif di sana.

Kuusap perlahan dari dengkul lalu naik. Kuulangani beberapa kali, Mamah terus mengaduh sambil membuka tutup pahanya. Kadang menjepit tangan nakalku. Semua ini kulakukan tahap demi tahap dengan perlahan. Pertimbanganku, aku akan kasih servis yang tidak terburu-buru, benar-benar kunikmati dengan tujuan agar Mamah punya kesan berbeda dengan yang pernah dialaminya. Kuplorotkan celananya. Mamah sudah telanjang bulat, kedua pahanya dirapatkan. Ekspresi spontan karena malu. Kupikir dia sama saja denganku, pengalaman pertama dengan orang lain. Aku semakin bernafsu. Berarti di hadapanku bukan perempuan nakal apalagi profesional. Kini jari tengahku mulai mengelus perlahan, turun-naik di bibir vaginanya. Perlahan dan mengambang. Kurasakan di sana sudah mulai basah meski belum becek sekali.

Ketika jari tengahku mulai masuk, Mamah mengaduh, Mas.. Mas.. geli.. enak.. terus..! Kuraih tangan Mamah ke arah selangkanganku (ini kulakukan karena dia agak pasif. Mungkin terbiasa dengan suami hanya melakukan apa yang diperintahkan saja). Mas.. keras amat.. Gede amat? katanya dengan nada manja setelah meraba burungku. Mas.. Mamah udah nggak tahan nikh, masukin ya..? pintanya setengah memaksa, karena kini batangku sudah dalam genggamannya dan dia menariknya ke arah vagina. Aku bangkit berdiri dengan dengkul di kasur, sementara Mamah sudah dalam posisi siap tembak, terlentang dan mengangkang. Kupandangi susunya keras tegak menantang.

Ketika kurapatkan senjataku ke vaginanya, reflek tangan kirinya menangkap dan kedua kakinya diangkat. Mas.. pelan-pelan ya.. Sambil memejamkan mata, dibimbingnya burungku masuk ke sarang kenikmatan yang baru saja dikenal. Meski sudah basah, tidak juga langsung bisa amblas masuk. Terasa sempit. Perlahan kumasukkan ujungnya, lalu kutarik lagi. Ini kuulangi hingga empat kali baru bisa masuk ujungnya. Sret.. sret.. Mamah mengaduh, Uh.. pelan Mas.. sakit.. Kutarik mundur sedikit lagi, kumasukkan lebih dalam, akhirnya.. Bles.. bles.. barangku masuk semua. Mamah langsung mendekapku erat-erat sambil berbisik, Mas.. enak, Mas enak.. enak sekali.. kamu sekarang suamiku..

Begitu berulang-ulang sambil menggoyangkan pinggul, tanpa kumengerti apa maksud kata suami. Mamah tiba-tiba badannya mengejang, kulihat matanya putih, Aduuh.. Mas.. aku.. enak.. keluaar.. tangannya mencengkeram rambutku. Aku hentikan sementara tarik-tusukku dan kurasakan pijatan otot vaginanya mengurut ujung burungku, sementara kuperhatikan Mamah merasakan hal yang sama, bahkan tampak seperti orang menggigil. Setelah nafasnya tampak tenang, kucabut burungku dari vaginanya, kuambil celana dalamnya yang ada di sisi ranjang, kulap burungku, juga bibir vaginanya. Lantas kutancapkan lagi. Kembali kuulangi kenikmatan tusuk-tarik, kadang aku agak meninggikan posisiku sehingga burungku menggesek-gesek dinding atas vaginanya. Gesekan seperti ini membuat sensasi tersendiri buat Mamah, mungkin senggamanya selama ini tak menyentuh bagian ini.

Setiap kali gerakan ini kulakukan, dia langsung teriak, Enak.. terus, enak terus.. terus.. begitu sambil tangannya mencengkeram bantal dan memejamkan mata. Aduuhm Mas.. Mamah keluar lagi niikh.. teriaknya yang kusambut dengan mempercepat kocokanku. Tampak dia sangat puas dan aku merasa perkasa. Memang begitu adanya. Karena kalau di rumah, dengan istri aku tidak seperkasa ini, padahal aku tidak pakai obat atau jamu kuat. Kurasakan ada sesuatu yang luar biasa. Kulirik jam tanganku, hampir satu jam aku lakukan adegan ranjang ini. Akhirnya aku putuskan untuk terus mempercepat kocokanku agar ronde satu ini segera berakhir. Tekan, tarik, posisi pantatku kadang naik kadang turun dengan tujuan agar semua dinding vaginanya tersentung barangku yang masih keras. Kepala penisku terasa senut-senut, Mah..

aku mau keluar nikh.. kataku. He.. eeh.. terus.. Mas, aduuh.. gila.. Mamah juga.. Mas.. terus.. terus.. Crot.. crot.. maniku menyemprot beberapa kali, terasa penuh vaginanya dengan maniku dan cairannya. Kami akhiri ronde pertama ini dengan klimaks bareng dan kenikmatan yang belum pernah kurasakan. Satu untukku dan tiga untuk Mamah. Setelah bersih-bersih badan, istirahat sebentar, minum kopi, dan makan makanan ringan sambil ngobrol tentang keluarganya lebih jauh. Mamah semakin manja dan tampak lebih rileks. Merebahkan kepalanya di pundakku, dan tentu saja gunung kembarnya menyentuh badanku dan tangannya mengusap-usap pahaku akhirnya burungku bangun lagi. Kesempatan ini dipergunakan dengan Mamah. Dia menurunkan kepalanya, dari dadaku, perut, dan akhirnya burungku yang sudah tegang dijilatinya dengan rakus. Enak Mas.. asin gimana gitu.

Aku baru sekali ini ngrasain begini, katanya terus terang. Tampak jelas ia sangat bernafsu, karena nafasnya sudah tidak beraturan. Ah.. lenguhnya sambil melepas isapannya. Lalu menegakkan badan, berdiri dengan dengkul sebagai tumpuan. Tiba-tiba kepalaku yang sedang menyandar di sisi ranjang direbahkan hingga melitang, lalu Mamah mengangkangiku. Posisi menjadi dia persis di atas badanku. Aku terlentang dan dia jongkok di atas perutku. Burungku tegak berdiri tepat di bawah selangkangannya. Dengan memejamkan mata, Mas.. Mamah gak tahaan.. Digenggamnya burungku dengan tangan kirinya, lalu dia menurunkan pantatnya. Kini ujung kemaluanku sudah menyentuh bibir vaginanya. Perlahan dan akhirnya masuk. Dengan posisi ini kurasakan, benar-benar kurasakan kalau barang Mamah masih sempit. Vagina terasa penuh dan terasa gesekan dindingnya. Mungkin karena lendir vaginanya tidak terlalu banyak, aku makin menikmati ronde kedua ini. Aduuh.. Mas, enak sekali Mas.

Cerita Bokep | Gairah Dian Pembantuku

Cerita Bokep | Gairah Dian Pembantuku

Aku nggak pernah sepuas ini. Aduuh.. kita suami istri kan? lalu.. Aduuh.. Mamah enak Mas.. mau keluar nikh.. aduuh.. katanya sambil meraih tanganku diarahkan ke susunya. Kuelus, lalu kuremas dan kuremas lagi semakin cepat mengikuti, gerakan naik turun pantatnya yang semakin cepat pula menuju orgasme. Akhirnya Mamah menjerit lagi pertanda klimaks telah dicapai. Dengan posisi aku di bawah, aku lebih santai, jadi tidak terpancing untuk cepat klimaks. Sedangkan Mamah sebaliknya, dia leluasa menggerakkan pantat sesuai keinginannya. Adegan aku di bawah ini berlangsung kurang lebih 30 menit.

Dan dalam waktu itu Mamah sempat klimaks dua kali. Sebagai penutup, setelah klimaks dua kali dan tampak kelelahan dengan keringat sekujur tubuhnya, lalu aku rebahkan dia dengan mencopot burungku. Setelah kami masing-masing melap barang, kumasukkan senjataku ke liang kenikmatannya. Posisinya aku berdiri di samping ranjang. Pantatnya persis di bibir ranjang dan kedua kakinya di pundakku. Aku sudah siap memulai acara penutupan ronde kedua. Kumulai dengan memasukkan burungku secara perlahan. Uuh.. hanya itu suara yang kudengar. Kumaju-mundurkan, cabut-tekan, burungku. Makin lama makin cepat, lalu perlahan lagi sambil aku ambil nafas, lalu cepat lagi. Begitu naik-turun, diikuti suara Mamah, Hgh.. hgh.. seirama dengan pompaanku. ?Setiap kali aku tekan mulutnya berbunyi, Uhgh.. Lama-lama kepala batanganku terasa berdenyut.

Mah.. aku mau keluar nikh.. Yah.. pompa lagi.. cepat lagi.. Mamah juga Mas.. Kita bareng ya.. ya.. terus.. Dan akhirnya jeritan.. Aaauh.. menandai klimaksnya, dan kubalas dengan genjotan penutup yang lebih kuat merapat di bibir vagina, Crot.. crott. Aku rebah di atas badannya. Adegan ronde ketiga ini kuulangi sekali lagi. Persis seperti ronde kedua tadi. ?Pembaca, ini adalah pengalaman yang luar biasa buat saya. Luar biasa karena sebelumnya aku tak pernah merasakan sensasi se-luar biasa dan senikmat ini. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi, meski aku tahu alamatnya. Kejadian ini membuktikan, seperti yang pernah kubaca, bahwa selingkuh yang paling nikmat dan akan membawa kesan mendalam adalah yang dilakukan sekali saja dengan orang yang sama. Jangan ulangi lagi (dengan orang yang sama), sensasinya atau getarannya akan berkurang. Aku kadang merindukan saat-saat seperti ini. Selingkuh yang aman seperti ini.

Tamat

Cerita Dewasa Kenikmatan Ngentot Di Kantor

$
0
0

Cerita Dewasa Kenikmatan Ngentot Di Kantor – Cerita Sex ini menceritakan tentang pertemuan seorang sahabat. mereka sudah lama tidak bertemu, sehingga membuat asmara kembali muncul diantara mereka. kenangan dimasa lalu membuat mereka semakin dekat. Cerita sex ngentot dikantor ini benar-benar dialaminya. dari pada lama-lama langsung saja kita mulai cerita sex terbaru ini.

Aku dan Lidya sudah lama sekali tak bertemu. Setelah sama-sama lepas dari pasangan masing-masing, keinginan bertemu besar sekali. Mungkin karena banyaknya kecocokan kami dahulu, dari mulai curhat sampai ML yang boleh dibilang sudah sama-sama hapal kesukaan masing-masing. Pada suatu kesempatan, kami bertemu kembali di telepon, dan langsung janjian bertemu di kantornya hari sabtu siang, yang kebetulan juga ada pekerjaan yang harus diselesaikannya.

Meluncurlah aku kekantornya di sebuah building di jalan utama ibu kota. Karena hari itu hari sabtu, praktis sebagian besar kantor tutup. Demikian juga di lantai tempat kantor Lidya, hanya kantornya yang buka, itupun sudah tidak ada karyawan piket karena memang cuma setengah hari. Karenanya, Lidya sendiri yang membukakan pintu dan menyambutku dengan penuh semangat. Akupun demikian, walaupun sempat terpana sebelumnya melihat dirinya yang semakin cantik, sensual dan sexy, apalagi dengan penampilannya siang itu yang mengenakan blazer merah, rok mini ketat dan sepatu tinggi hingga menampakkan kejenjangan kakinya serta kemulusan kulitnya yang mulus, walaupun tubuhnya tetap tidak berubah, yaitu mungil dan ramping.

“Aku selesai’in kerjaanku dulu ya., abis itu baru kita jalan..”,
Kata Lidya sambil mengajakku ke mejanya setelah kita ngobrol-ngobrol di ruang tamu. Lidya lalu duduk di kursinya sambil menyelesaikan pekerjaan di komputernya.
“Aku pijetin yah..,”
Kataku sambil berdiri di belakang kursinya berbarengan dengan mampirnya kedua tanganku di pundaknya untuk memijat.
“Hmm.., enaknya.., udah lama ya kamu nggak mijet aku.., aku kangen sama tanganmu..,” katanya lagi sambil menggeliat manja.
“Kangen sama bibirku juga nggak?,” bisikku kemudian yang kubarengi dengan ciumanku di kupingnya.
Lidya langsung menggeliat, apalagi waktu kraag blousenya agak kusingkap dan ciumanku menjalar ke leher dan tengkuknya yang mulus. Aroma tubuhnya yang alami kurasakan lagi setelah sekian lama tak berjumpa dengannya.
“Ssshh.., kamu nggak berubah yah..,”
Rintih Lidya kenikmatan sambil mematikan computernya.
“Kaya’nya kita nggak perlu keluar dari sini deh.., sebentar ya, aku kunci dulu pintu depannya,” katanya lagi.

Agak lama Lidya mengunci pintu depan, dan waktu balik ke ruang kerjanya, mataku terbelalak melihat Lidya hanya tinggal mengenakan blazer merahnya yang terkancing seadanya tanpa apa-apa lagi di dalamnya. Tanpa bicara, Lidya langsung menggandengku menuju ruang meeting kecil yang hanya berisi meja bulat dan beberapa kursi.
“Aku kangen melihat tubuhmu,” katanya lagi.
Sementara aku buka pakaianku semua, Lidya mendekatiku dan tiba-tiba melumat bibirku yang langsung kusambut dengan meneroboskan lidahku dan menari-nari di dalam mulutnya sambil kadang-kadang mengulum lidahnya.

Begitu aku bugil total, Lidya meyuruhku duduk di kursi meeting, sementara dia ambil posisi berdiri dihadapanku sambil pelan-pelan membuka kancing blazernya dengan gaya erotis. Setelah itu, disingkapnya masing-masing ke samping sehingga muncullah pemandangan yang amat indah. Buah dadanya yang ranum, bulat, dan padat dengan pentilnya yang merah muda itu nampak mencuat menantang, apalagi dengan tubuhnya yang makin basah oleh keringat sehingga kulitnya yang mulus makin berkilat. Belum lagi aku terkagum-kagum melihatnya, Lidya langsung duduk dipangkuanku dengan mengangkangkan pahanya bertumpu di pegangan tangan kursiku sehingga posisi buah dadanya tepat persis di mukaku.
“Udah lama kamu nggak menyantap susuku, ayo dong isep”,
Goda Lidya sambil meneruskan melepas blazernya dan menaruh kedua tangannya ke atas senderan kursiku dan menyodorkan dadanya hingga kepalaku terbenam di antara dua bukitnya yang kenyal itu.

Penisku mulai berdiri lagi dengan perlakuannya ini, apalagi aku bebas menghirup aroma tubunya yang bercampur antara parfum dan keringatnya itu. Muncul ideku untuk bermain-main dulu dengan menciumi lehernya yang jenjang dan terus ke belakang telinganya. Lidya menggeliat kegelian dan membuat hidung dan bibirku menjalar ke ketiaknya yang halus bersih itu, setelah sebelumnya menelusuri lengannya yang lembut. Disitu kuciumi sepuas-puasnya dan kujilat-jilat seputar ketiaknya yang merupakan salah satu kesukaannyaa juga.

Kegeliannya membuat kepala Lidya menengadah kebelakang sehingga buah dadanya siap dilumat dengan mulutku yang makin liar. Kujilati mulai dari bawah buah dadanya, terus kesamping dan berlama-lama di seputar putingnya yang makin mengeras. Lidya yang nggak sabar, mendorong putingnya ke mulutku yang langsung kusambut dengan jilatan panjang, gigitan kecil dan kemotan-kemotan halus di putingnya. Tubuhnya makin menggelinjang ketika tanganku juga beraksi mengusap-usap selangkangannya yang ternyata sudah basah dari tadi.

Jariku mulai menyusup ke vaginanya dan kugosok-gosok klentitnya. Tidak Cuma itu, jari-jarikupun menerobos masuk ke vaginanya yang terbuka bebas dengan gerakan maju-mundur yang makin lama makin cepat, dan ..
“Aaggh..sudah dong, sudaah”,
Erang Lidya yang badannya mengejang sambil mendekap erat mukaku di buah dadanya sampai aku sulit bernafas, sementara jariku merasakan hangatnya cairan dari vaginanya. Rupanya Lidya baru saja mencapai klimaksnya dengan posisi kedua pahanya yang masih mengangkang dan masing-masing bertumpu pada sandaran tangan kursiku.

Tubuhnya lalu kuangkat dari kursi dan kurebahkan di meja bulat di depanku dengan posisi kedua kakinya, dari batas lutut menjuntai ke bawah, agar Lidya bisa beristirahat sebentar mengembalikan tenaganya. Sementara beristirahat, aku yang duduk kembali di kursi mengangkat kedua kakinya, melepas sepatu tingginya, dan menaruh di pangkuanku sambil kupijat lembut dari ujung kaki hingga betisnya. Kupandang sejenak kakinya yang bener-bener mulus bersih dengan jari-jari kakinya yang rapi dan tanpa kutek itu serta betisnya yang ramping berisi. Lidya menikmati sekali pijatanku, bahkan waktu kugantikan tugas tanganku dengan bibirku yang menelusuri seluruh permukaan kulit kakinya.
“Aawh..sshh,..geli sayang,”
Rintihnya lagi namun tetap pasrah menyerahkan kakinya untuk kuciumi dan kujilati dari mulai tumit, telapak kaki hingga jari-jari kakinya. Selain kumainkan lidahku, tak lupa kukemot satu persatu jari kakinya yang kutahu paling dia suka.

Lidya menikmati sekali permainanku ini sampai posisi kedua kakinya jadi tak beraturan karena menahan geli dan nikmat. Walaupun kedua kakinya masih kuciumi, pahanya mulai terbuka sedikit, sehingga satu tanganku bisa bebas menjamah kemulusan paha dan selangkangannya. Puas dengan kakinya, kulanjutkan ciumanku ke atas menelusuri betisnya yang indah, bagian dalam lutut, dan pahanya. Sempat kukecup-kecup lembut kedua paha dalamnya sambil tanganku terus menjelajah ke vaginanya. Lidya menggelinjang, tapi tanpa sadar malah memajukan duduknya ke pinggir meja dan kedua kakinya dikangkangkan ke masing-masing ujung meja, sehingga selangkangannya makin terbuka lebar membuatku makin bernafsu.

Tanpa tunggu lagi, kupindahkan mulutku ke vaginanya yang nampak basah, dan kedua tanganku menjamah buah dadanya di atas. Jilatan-jilatan dan isepan-isepanku di vagina inilah yang paling disukai Lidya. Dari menyusuri bibir vaginanya, kuarahkan kemudian lidahku ke clitorisnya dan kumainkan dengan ujung lidahku hingga Lidya mengerang hebat. Tak cuma itu, clitorisnya tak luput juga dari kuluman bibirku yang kubarengi dengan liukan lidahku yang makin liar.
“Mas, kencengin lidahnya mas”,
Pinta Lidya sambil tangannya tiba-tiba menekan kepalaku lebih dalam. Aku tahu maksud Lidya yang minta lidahku dikerasin seolah penis dan ditarik maju-mundur ke liang vaginanya. Lidya meronta-ronta, apalagi ketika clitorisnya kujilat berulang-ulang lalu kujulurkan lebih dalam menembus liang vaginanya bersamaan dengan makin cepatnya gerakan maju-mundur pinngul Lidya, dan
“aghh”..aagh!!”
Tubuhnya melengkung dan mengejang. Kepalanya direbahkan kebelakang dan kedua pahanya dirapatkan sehingga menjepit kepalaku yang masih berada di selangkangannya sambil tangannya terus menekan kencang.

Tanpa istirahat lagi, dengan cepat aku berdiri dari kursi lalu mengangkat kedua kakinya tinggi ke atas dan kutumpangkan masing-masing di pundakku, sehingga posisi penisku tepat berada di depan liang vaginanya yang persis berada di pinggir meja.
“Ooowh ..,” teriak Lidya begitu penisku yang tegak keras bak meriam masuk lurus ke liang vaginanya.
Langsung kugerakkan maju-mundur pinggulku yang membuat Lidya menjerit-jerit kecil karena menahan geli, setelah mencapai klimaks sebelumnya. Pinggulnya diputar-putarkan mengimbagi gerakan penisku yang makin lama makin cepat bergerak maju-mundur. Lidya makin pasrah waktu pergelangan kakinya kupegang dan kukangkangkan ke samping sambil terus menggenjot vaginanya. Baru sebentar Lidya tak tahan, dan lebih memilih melingkarkan kakinya ke pinggangku sambil terus menggoyang-goyang pinggulnya.

Kesempatan ini kupergunakan dengan merapatkan badanku ke tubuhnya yang indah itu, dan dengan tak henti menggenjot vaginanya, bibir dan tanganku ikut bekerja. Tanganku meremas gundukan buah dadanya yang ranum, dan bibirku merajalela di wajah dan lehernya. Penisku menghujam makin cepat ke liang vaginanya. Kedua tanganku kemudian menahan kedua tangannya dan bibirku kuturunkan ke putingnya untuk kujilat dan kukemot habis-habisn.., sehingga
” Aaagghh..!!,” Teriak Lidya dan aku hampir bersamaan.
Kedua tubuh bugil kami sama-sama menegang. Kedua kakinya kencang sekali menghimpit pinggangku, dan tangannya beralih menekan kepalaku ke buah dadanya.

Kami sama-sama terdiam beberapa saat menikmati ledakan yang luar biasa. Keringat mengucur deras membasahi meja meeting itu walaupun AC terasa dingin. Kulepaskan tubuhku kemudian sambil memandangi tubuh Lidya yang indah mulus itu terlentang di atas meja. Tampangnya yang sensual itu masih tersenyum kepuasan, dan membuatku gemas. Lalu aku mulai lagi menjelajahi seluruh lekuk liku tubuhnya dengan jilatan-jilatan nakal, Lidya cuma bisa menggelinjang pasrah dan dengan manja berkata lagi,
” Coba deh kamu tiap hari ke kantorku.”

Cerita Dewasa Nikmatnya Memek Perawan

Cerita Dewasa Nikmatnya Memek Perawan

Cerita Mesum Ngewek Dengan Pembantu Baru

$
0
0

Cerita Mesum Ngewek Dengan Pembantu Baru – Pagi itu, setelah bermain golf di Ciracas, badanku terasa gerah dan lelah sekali karena, aku menyelesaikan delapan belas hole, biasanya aku hanya sanggup bermain sembilan hole, tetapi karena Ryan memaksaku untuk meneruskan permainan, maka aku jadi kelelahan seperti sekarang ini.

Kupanggil Marni pembantuku yang sudah biasa memijatku, aku benar-benar merasa lelah karena semalamnya aku sempat dua kali “bertempur” dengan kenalanku di Mandarin, pasti nikmat rasanya dipijat dan selanjutnya berendam di air panas, langsung aku membuka pakaianku hingga hanya tinggal celana dalam dan langsung berbaring di atas tempat tidurku. Namun agak lama juga Marni tak muncul di kamarku memenuhi panggilanku melalui interkom tadi, biasanya Marni sangat senang bila aku suruh memijat karena disamping persenan dariku besar, dia juga sering kupijat balik yang membuat dia juga dapat merasakan kenikmatan yang satu itu.

Ketika kudengar langkah memasuki kamarku, aku langsung berkata, “Kok lama sih Mar, apa masih sibuk ya, ayo pijat yang nikmat!”.
Tiba-tiba kudengar suara perempuan lain, “Maaf Pak, Mbak Marni masih belum kembali, apa bisa saya saja yang memijat?”.
Aku meloncat duduk dan menoleh ke arahnya, ternyata di depanku berdiri pembantu lain yang belum pernah kukenal. Kuperhatikan pembantu baru ini dengan seksama, wajahnya manis khas gadis desa, dengan bibir tipis yang merangsang sekali. Ia tersenyum gugup ketika melihat aku memperhatikannya dari atas ke bawah itu. Aku tak peduli, mataku jalang menatap belahan dasternya yang agak rendah sehingga menampakkan sebagian payudaranya yang montok itu.

Dengan pelan kutanyai siapa namanya dan kapan mulai bekerja. Ternyata dia adalah famili Marni dari Kerawang namanya Neneng dan dia ke Jakarta karena ingin bekerja seperti Marni. Aku hanya mengangguk-angguk saja, ketika kutanya apakah dia bisa memijat seperti Marni, dia hanya tersenyum dan mengangguk. Kuperintahkan dia untuk menutup pintu kamar, sebenarnya tidak perlu pintu kamar itu ditutup karena pasti tak ada seorangpun di rumah, isteriku juga sedang pergi entah ke mana dan pasti malam hari baru pulang, tujuanku hanyalah menguji Neneng, apakah dia takut dengan aku atau benar-benar berani. Kuambil cream untuk menggosok tubuhku dan kuberikan pada Neneng sambil berkata “Coba gosok dulu badanku dengan minyak ini, baru nanti dipijat ya!”.

Aku membuka celana dalamku dan langsung telungkup di tempat tidur, sengaja pada waktu berjalan aku menghadap Neneng sehingga Neneng dapat juga melihat penisku, ternyata dia diam saja. Ketika aku sudah berbaring, dia langsung membubuhkan lotion itu di punggungku dan menggosokannya ke punggungku. Sambil memejamkan mata menikmati elusan tangan Neneng yang halus, aku mengingatkan dia agar menggosoknya rata ke seluruh badanku. Sambil berbaring aku minta Neneng menceriterakan tentang dirinya.

Ternyata Neneng seorang janda yang belum mempunyai anak, suaminya lari dengan perempuan lain yang kaya raya dan meninggalkan dia. Karena itu dia lebih suka ke Jakarta karena malu.
Aku berkata kepadanya, “Jangan kuatir, kalau begitu kapan-kapan kamu mesti kembali ke desamu dengan banyak uang supaya bekas suamimu tahu kalau kamu sekarang sudah kaya dan bisa membeli laki-laki untuk jadi suamimu!”. Neneng tertawa mendengar perkataanku itu. Ketika itu Neneng sudah mulai menggosok bagian pantatku dengan lotion, tangannya dengan lembut meratakan lotion tersebut ke seluruh pantatku bahkan juga di sela-sela pantatku diberinya lotion itu sehingga kadang-kadang tangannya menyenggol ujung pelirku. Aku jadi tegang dengan gosokan Neneng ini, tetapi aku diam saja namun akibatnya posisiku jadi tidak enak, karena posisiku yang tengkurap membuat penisku yang berdiri tegak itu jadi tertekan dan sakit sekali. Aku jadi gelisah karena penisku rasanya mengganjal. Neneng yang melihat aku gelisah itu bertanya apakah gosokannya kurang betul. Aku hanya menjawab dengan gelengan kepala.

Ketika aku bertanya lagi apakah isteri baru suaminya itu cantik, Neneng hanya menjawab dengan tertawa katanya, “Cantik atau tidak yang penting uangnya banyak, kan suami saya bisa numpang nikmat!”, Ketika Neneng sudah menggosok badanku sampai ke kaki, dia bertanya, “Apa sekarang mulai dipijat pak?”. Aku langsung berbalik telentang sambil berkata, “Sekarang yang bagian depan juga diberi minyak ya!”. Aku sengaja memejamkan mata sehingga aku tak tahu bagaimana sikap Neneng melihat bagian depan tubuhku yang telanjang itu, apalagi penisku sudah berdiri penuh mendongak ke atas dengan ujungnya yang seperti jamur raksasa itu. Neneng tidak banyak berbicara, tetapi ia mulai menggosok bagian dadaku dengan lotion yang harum itu, ketika aku membuka mata, kulihat buah dadanya yang montok tepat berada di depan mataku, bahkan karena potongan dusternya rendah, aku bisa melihat celah buah dadanya yang terjepit diantara beha yang dipakainya.

Ketika gosokan Neneng sampai di selangkanganku, Neneng membubuhi sekitar bulu penisku dengan lotion tersebut, begitu juga dengan buah pelirku yang dengan lembut diberinya lotion tersebut. Saat itu Neneng berkata “maaf pak, apakah burungnya juga digosok?”. Aku tak menyahut tetapi aku hanya mengangguk saja. Tanpa ragu Neneng membubuhi ujung penisku dengan lotion tersebut, terasa dingin, kemudian Neneng mulai meratakannya ke seluruh batang penisku dengan lembut sekali, bahkan dia menarik kulit penisku sehingga lekukan di antara kepala dan batang kenikmatanku juga diberinya minyak.

Ketika itulah aku membuka mataku dan memandang Neneng, ketika dilihatnya aku memandangnya, Neneng tersenyum dan tertunduk sementara tangannya terus mengurut penisku itu. Aku sudah tak kuat lagi menahan keinginanku, kutahan tangannya dan kusuruh Neneng untuk membuka pakaiannya. Neneng yang sudah janda rupanya langsung paham dengan keinginanku, wajahnya memerah, tetapi ia langsung bangkit dan membuka dusternya. Aku duduk di tepi tempat tidur memperhatikan badan Neneng yang hanya dilapisi beha mini dan celana dalam mini yang kurasa pasti pemberian isteriku. Buah dadanya membusung keluar karena beha yang diberikan isteriku nampaknya kekecilan sehingga tak dapat menampung payudaranya yang montok itu.

Aku berdiri mendekati Neneng dan kupeluk dia serta kubuka pengait behanya, payudaranya yang montok dan kenyal itu tergantung bebas menampakkan garis merah bekas terjepit beha yang kekecilan itu, tetapi payudaranya sungguh kenyal dan gempal sama sekali tidak turun dengan putingnya yang mendongak ke atas. Ketika kurogoh celana dalamnya kurasakan bulu vaginanya cukup rimbun sementara ketika jariku menyentuh clitorisnya,

Neneng seperti terlonjak dan merapatkan badannya ke dadaku, kurasakan vagina Neneng kering sekali sama sekali tak berair. Kukecup puting susu Neneng sambil kedua tanganku menurunkan celana dalamnya itu. Ketika kutarik Neneng ke tempat tidur, Neneng meronta katanya, “Pak saya takut hamil!” Kujawab enteng, jangan kuatir, kalau hamil tanggung jawab Bapak!”. Mendengar hal ini barulah dia mau kubaringkan di atas tempat tidurku, sambil menutupi matanya dengan tangan. Kupuaskan mataku memandang kemolekan gadis desa ini, aku langsung menyerbu vaginanya yang ditutupi bulu yang cukup rimbun itu, kuciumi dan kugigit pelahan bukit cembung yang penuh bulu itu,

Neneng merintih pelan, apalagi ketika tanganku mulai mengembara menyentuh puting susunya. Neneng hanya menggigit bibir sementara tangannya tetap menutupi wajahnya, mungkin dia masih malu. Ketika aku berhasil menemukan clitorisnya, aku langsung menjilatinya begitu juga dengan bibir vaginanya kujadikan sasaran jilatan. Mungkin karena merasa geli yang tak tertahankan, tangan Neneng mendorong pundakku agar aku tak meneruskan gerakanku itu, begitu juga dengan pahanya yang terus akan dirapatkan, tetapi semua ikhtiar Neneng tak berhasil karena tanganku menahan agar kedua pahanya itu tak merapat. Akibatnya Neneng hanya bisa menggerak gerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan menahan geli. Tetapi lama-kelamaan justru aku yang jadi tak tahan dengan semua ini, kuhentikan jilatanku dan segera kutindih Neneng sambil mengarahkan penisku ke liang vaginanya.

Melihat aku kesulitan memasukkan ujung penisku, Neneng dengan malu-malu menuntun penisku ke arah liangnya dan menepatkannya di ujung bibir vaginanya. Ketika itu dia berbisik, “Sudah pas pak”. Aku langsung mendorong pantatku agar supaya penisku bisa masuk yang disambut juga oleh Neneng dengan sedikit mengangkat pahanya sehingga.., sleep.., bles.., penisku terbenam seluruhnya di liang vagina Neneng yang seret itu, belum sempat aku menggerakkan penisku, Neneng sudah mulai memutar mutar pantatnya sehingga ujung penisku rasanya seperti dilumat oleh liang vagina Neneng itu. Aku mendengus keenakan, bibirku mencari puting susu Neneng dan mulai mengulumnya. Sambil mendesah desah Neneng berkata, “Ayo pak, digoyang, biar sama sama nikmat nya!”. Aku terkejut melihat keberanian Neneng menyuruh aku bekerja sama dalam permainan ini. Tetapi justru ini membuat aku makin terangsang, meskipun profesinya hanya pembantu, tetapi cara main Neneng benar benar memuaskan. Vaginanya tak henti henti meremas penisku membuat aku jadi ngilu, aku sudah paham bahwa orang desa secara naluri sudah mempunyai kemampuan seks yang hebat, jadi untuk aku kemampuan Neneng benar benar sulit dicari bandingannya.

Ketika kurasakan air maniku hampir memancar, aku berbisik pada Neneng agar berhenti menggoyang pantatnya supaya aku dapat lebih merasakan kenikmatan ini. Tetapi Neneng justru makin cepat menggoyangkan pantatnya serta meremas-remas penisku sehingga tanpa dapat ditahan lagi air maniku memancar dengan derasnya memenuhi vagina Neneng. Saat itu juga Neneng mencengkeram punggungku keras keras dan kurasakan vaginanya menjepit penisku dengan erat sekali, matanya terbeliak sambil mendesis. Rupanya aku dan Neneng mencapai puncaknya pada saat yang bersamaan. Setelah beberapa menit diam, kurasakan Neneng pelan pelan mulai meremas-remas punggungku sambil menempelkan pipinya ke pipiku. Dengan tersipu-sipu dia bercerita kalau dia senang bisa mendapat rejeki ditiduri olehku, karena sejak di desa dulu dia memang nafsunya besar, sehingga suaminya sampai kerepotan melayani nafsunya yang luar biasa itu. Sekarang ini dia benar-benar baru merasakan puas yang sebenarnya setelah main denganku.

Aku terhanyut oleh caranya yang mesra itu, namun aku tak ingin main lagi saat itu karena aku tadinya benar-benar hanya mau pijat dan melemaskan ototku, kalau sampai harus seperti ini, semuanya hanya gara-gara ada vagina baru di rumah yang tentunya tak dapat aku biarkan. Setelah kuberi dia uang 200 ribu, kusuruh Neneng keluar, Neneng sangat terkejut melihat jumlah uang yang kuberikan, ia berkali-kali mengucapkan terima kasih dan keluar dari kamarku. Sekeluarnya Neneng, aku kembali berbaring telanjang bulat diatas ranjangku sambil memejamkan mata, badanku terasa enteng karena terlalu banyak seks.

– Tamat –

Cerita Mesum | Mulusnya Ibu dan Nikmatnya Kakakku

Cerita Mesum | Mulusnya Ibu dan Nikmatnya Kakakku

Viewing all 271 articles
Browse latest View live