Quantcast
Channel: Kumpulan Cerita Sex 2016
Viewing all 271 articles
Browse latest View live

Cerita Sex Dewasa Ngentot Suster

$
0
0

Cerita Sex Dewasa Ngentot Suster – Surabaya….Hari pertama Suatu siang di jalan Dharma Wangsa ke arah campus Airlangga sedang terjadi keributan, ngga’ jelas siapa lawan siapa… saat itu aku melintas dengan BMW M50ku sendirian dan sedang asyik dengerin radio Suara Surabaya… cuek saja saat melintasi perkelahian itu sambil sedikit menoleh ke arah seorang laki-laki yang sedang dikeroyok 4 orang lawannya…

dia dikejar habis-habisan dan mencoba menerobos kerumunan penonton untuk mencari selamat. Terbelalak mataku bengitu sadar siapa lelaki yang sedang dikerjar tersebut… ternyata dia Kakak temanku… namanya Anton. Yang ngga’ jelas kenapa dia ada di sana dan dikeroyok orang segala, tapi aku sudah tidak sempat berpikir lebih jauh… Cerita Bokep

segera saja aku pinggirkan kendaraanku dan aku turun untuk membantunya. Aku tarik dua orang yang sedang memukulnya karena Anton sudah jatuh terduduk dan dihajar berempat… sekarang Anton mengurus dua orang dan aku dua orang… memang masih tidak seiimbang… dalam perkelahianku aku berhasil menangkap satu dari lawanku dan aku jepit kepalanya dengan lengan kiriku sedang lengan kananku aku gunakan untuk menghajarnya… sementara aku berusaha menggunakan kakiku untuk melawna yang satunya lagi…

Aku tak sempat lihat apa yang dilakukan Anton… waktu seakan sudah tidak dapat dihitung lagi demikian cepatnya sampai hal terakhir yang masih aku ingat adalah aku merasakan perih di pinggang kanan belakangku… dan saat kutengok ternyata aku ditusuk dengan sebilah belati dari belakang oleh entah siapa… sambil menahan sakit aku merenggangkan jepitanku pada korbanku dan berusaha melakukan tendangan memutar… sasaranku adalah lawan yang di depanku. Namun pada saat melakukan tendangan memutar sambil melayang… tiba-tiba aku melihat ayunan stcik soft ball ke arah kakiku yang terjulur…

ngga’ ampun lagi aku jatuh terjerembab dan gagal melancarkan tentangan mautku… sesampainya aku di tanah dengan agak tertelungkup aku merasakan pukulan bertubi-tubi… mungkin lebih dari 3 orang yang menghajarku. Terakir kali kuingat aku merasakan beberapa kali tusukan sampai akhirnya aku sadar sudah berada di rumah sakit. Aku tidak jelas berada di rumah sakit mana yang pasti berisik sekali dan ruangannya panas… dalam ruangan tersebut ada beberapa ranjang… pada saat aku berusaha untuk melihat bagian bawahku yang terluka aku masih merasakan nyeri pada bagian perutku dan kaki kananku serasa gatal dan sedikit kebal ( mati rasa )… aku coba untuk geser kakiku ternyata berat sekali dan kaku. Kemudian aku paksakan untuk tidur… Sore itu aku dijenguk oleh Dian adik Anton… Dian ini teman kuliahku… dia datang bersama dengan Mita adiknya yang di SMA… katanya habis jenguk Anton dan Anton ada di ruang sebelah… ” Makasih ya Joss…

kalo ngga’ ada kamu kali Anton sudah… ” katanya sambil menitikkan air mata… ” Sudahlah… semua ini sudah berlalu… tapi kalo boleh aku tau kenapa Anton sampe dikeroyok gitu ?” tanyaku penasaran. ” Biasa gawa-gara cewek… mereka goda cewek Airlangga dan cowoknya marah makanya dikeroyok… emang sich bukan semua yang ngeroyok itu anak Airlangga sebagian kebetulan musuh Anton dari SMA, sialnya Anton saja ketemu lagi dan suasananya kaya’ gitu… jadi dech di dihajar rame-rame” jawab Mita. “Kak Jossy yang luka apanya saja ?” tanya Mita. “Tau nih… rasanya ngga’ keruan ” jawabku… ” Lihat aja sendiri… soalnya aku ngga’ bisa gerak banyak…

kamu angkat selimutnya sekalian aku juga mo tau ” lanjutku pada Mita. “Permisi ya Kak” kata Mita langsung sambil membuka selimutku ( hanya diangkat saja ). Sesaat dia pandangi luka-lukaku dan mungkin karena banyak luka sehingga dia sampe bengong gitu… dan pas aku lihat pinggangku dibalut sampe pinggul dan masih tembus oleh darah… di bawahnya lagi aku melihat…. ya ampun pantes ni anak singkong bengong… meriamku tidak terbungkus apa-apa dan yang seremnya kepalanya yang gede kelihatan menarik sekali… seperti perkedel. Sesaat kemudian aku masih sempat melihat kaki kananku digips… mungkin patah kena stick soft ball. Mita menutup kembali selimut tadi dan Dian tidak sempat melhat lukaku karena dia sibuk nangis… hatinya memang lemah… sepertinya dia melankolis sejati. “Mita sini aku mo bilangin kamu ” kataku…

Mitapun menunduk mendekatkan telinganya ke mulutku. “Jangan bilang sama Dian soal apa yang kamu lihat barusan… kamu suka ngga’ ?” kataku berbisik. “Serem ” bisiknya bales. ” Dian… kamu jangan lihat lukaku… nanti kamu makin ngga’ kuat lagi nahan nangis… ” kataku. ” Tapi paling tidak aku mo tau… boleh aku raba ? ” tanyanya… ” Silahkan… pelan-pelan ya… masih belum kering lukanya. ” jawabku. Dian pun memasukkan tangannya ke balik selimut… dan mulai meraba dari dada… ke perut… di situ dia merasakan ada balutan… digesernya ke kanan kiri… terus ke bawahan dikit… ” Kok perbannya sampe gini… lukanya kaya’ apa ? ” ”

Wah aku sendiri belum jelas… ” aku jawab pertanyaan Dian. Turun lagi tangannya ke pinggul kanan… kena kulitku… terus ke tengah… kena meriamku… dia raba setengah menggenggam… untuk meyakinkan apa yang tersentuh tangannya… tersentak dan dia menarik tangannya sedikit sambil melepas pengangannya pada meriamku… “Sorry… ngga’ tau…. ” ” Ngga’ apa-apa kok… malah enak kalo sekalian dipijitin… soalnya badanku sakit semua… ” kataku nakal. “Nah…. Kak Dian pegang anunya Kak Joss ya ? ” goda Mita… Merah wajah Dian ditembak gitu. Dian terus saja meraba sampe pada kaki kananku dan dia menemukan gips…

” Lho… kok digips ?” ” Iya patah tulangnya kali ” jawabku asal untuk menenangkan pikirannya… Dian selesai merabaiku… tapi tampak sekali dia masih kepikiran soal sentuhan pada meriam tadi… dan sesekali matanya masih melirik ke sekitar meriamku… sedang aku juga sedang menikmati dan membayangkan ulang kejadian barusan… Flash back lah. Tanpa sadar tiba-tiba meriamku meradang dan mulai bangun sehingga tampak pada selimut tipis kalo ada sesuatu perkembangan di sana. “Kak Joss… anunya bangun ” bisik Dian padaku sambil dia ambil selimut lain untuk menutupnya… tapi tangannya berhenti dan diam di atasnya… ” “Supaya Mita ngga’ ngelihat ” bisiknya lagi. Aku cuman bisa mengangguk… aku sadar ujung penisku masih dapat menggapai telapaknya… aku coba kejang-kejangkan penisku dan Dian seperti merasa dicolek-coleh tangannya.

“Mit… kamu pamit sama Mas Anton dech… kita bentar lagi pulang dan biar mereka istirahat… ” kata Dian… dan Mitapun melangkah keluar ruangan… ” “Kak Joss…. nakal sekali anunya ya ” bisik Dian… aku balas dengan ciuman di pipinya. “Dian… tolongin donk… diurut-urut itunya… biar lupa sakitnya… ” pintaku… “Iya dech… ” jawab Dian langsung mengurut meriamku… dari luar selimut… biar ngga’ nyolok dengan pasien lain… walaupun antara ranjang ada penyekatnya… “Ian… dari dalem aja langsung… biar cepetan…. ” pintaku karena merasa tanggung dan waktunya mepet sekali dia mo pulang., Dian menuruti permintaanku dengan memeriksa sekitar lebih dulu… terus tangannya dimasukkan dalam selimutku langsung meremas meriamku… dielusnya batangku dan sesekali bijinya… dikocoknya… lembut sekali… wah gila rasanya… lama juga Dian memainkan meriamku… sampe aku ngga’ tahan lagi dan crrooottt….. crot…. ccrrroooo..tttt…. beberapa kali keluar… Tiba-tiba Mita datang dan buru-buru Dian tarik tangannya dari balik selimut… sedikt kena spermaku telapak tangan Dian… dia goserkan pada sisi ranjang untuk mengelapnya…

” Sudah Kak Joss… aku sama Mita mo pulang…. ” pamit Dian… ” Sudah keluar khan… ” bisiknya pada telingaku… cup… pipiku diciumnya… ” Cepet sembuhnya… besok aku tengok lagi ” Dia sengaja menciumku untuk menyamarkan bisikannya yang terakhir. “Eh… kalo bisa bilangin susternya aku minta pindah kelas satu donk… di sini gerah ” pintaku pada mereka. Merekapun keluar kamar dan melambaikan tangan… satu jam kemudian aku dipindahkan ke tempat yang lebih bagus… ada ACnya dan ranjangnya ada dua. Tapi ranjang sebelah kosong.

Posisi kamarku agak jauh dari pos jaga suster perawat… itu aku tau saat aku didorong dengan ranjang beroda. “Habis gini mandi ya ” kata suster perawat sehabis mendorongku… Tidak lama kemudian dia sudah balik dengan ember dan lap handuk… dia taruh ember itu di meja kecil samping ranjangku dan mulai menyingkap selimutku serta melipatnya dekat kakiku. terbuka sudah seluruh tubuhku… pas dia lihat sekita meriamku terkejut dia… ada dua hal yang mengagetkannya… Yang pertama adalah ukuran meriam serta kepalanya yang di luar normal… besar sekali… D

an yang kedua ada hasil kerjaan Dian… spermaku masih berantakan tanpa sempat dibersihkan… walaupun sebagian menempel di selimut… tapi bekasnya yang mengering di badanku masih jelas terlihat. “Kok… kayaknya habis orgasme ya ? ” tanyanya. Lalu tanpa tunggu aju jawab dia ambil wash lap dan sabun… “Sus… jangan pake wash lap… geli… saya ngga’ biasa ” kataku. Suster itu mulai dengan tanganku… dibasuh dan disabunnya… usapannya lembut sekali… sambil dimandiin aku pandangi wajahnya… dadanya… cukup gede kalo aku lihat… orangnya agak putih… tangannya lembut. Selesai dengan yang kiri sekarang ganti tangan kananku… dan seterusnya ke leher dan dadaku… terus diusapnya… sapuan telapak tangannya lembut aku rasakan dan akupun memejamkan mata untuk lebih menikmati sentuhannya.

Sampe juga akhirnya pada meriamku… dipegangnya dengan lembut…. ditambah sabun… digosok batangnya… bijinya… kembali ke batangnya… dan aku ngga’ kuat untuk menahan supaya tetap lemas… akhirnya berdiri juga… pertama setengah tiang lama-lama juga akhirnya penuh… keras…. dia bersihkan juga sekitar kepala meriamku sambil berkata lirih “Ini kepalanya besar sekali… baru kali ini saya lihat kaya’ gini besarnya” “Sus… enak dimandiin gini… ” kataku memancing. Dia diam saja tapi yang jelas dia mulai mengocok dan memainkan batangku… kaya’nya dia suka dengan ukurannya yang menakjubkan… “Enak Mas… kalo diginikan ? ” tanyanya dengan lirikan nakal.

“Ssshh… iya terusin ya Sus… sampe keluar… ” kataku sambil menahan rasa nikmat yang ngga’ ketulungan… tangan kirinnya mengambil air dan membilas meriamku… kemudian disekanya dengan tangan kanannya… kenapa kok diseka pikirku… tapi aku diam saja… mengikuti apa yang mau dia lakukan… pokoknya jangan berhenti sampe sini aja… pusing nanti… Dia dekatkan kepalanya… dan dijulurkan lidahnya… kepala meriamku dijilatnya perlahan… dan lidahnya mengitari kepala meriamku… sejuta rasanya… wow… enak sekali… lalu dikulumnya meriamku… aku lihat mulutnya sampe penuh rasanya dan belum seluruhnya tenggelam dalam mulutnya yang mungil… bibirnya yang tipis terayun keluar masuk saat menghisap maju mundur. Lama juga aku diisep suster jaga ini… sampe akhirnya aku ngga’ tahan lagi dan crooott…. crooott… nikmat sekali. Spermaku tumpah dalam rongga mulutnya dan ditelannya habis… sisa pada ujung meriamkupun dijilat serta dihisapnya habis… “Sudah sekarang dilanjutkan mandinya ya… ” kata suster itu dan dia melanjutkan

memandikan kaki kiriku setelah sebelumnya mencuci bersih meriamku… badanku dibaliknya… dan dimandikan pula sisi belakang badanku. Selesai acara mandi…. “Nanti malam saya ke sini lagi nanti saya temenin… ” katanya sambil membereskan barang-barangnya. terakhir sebelum keluar kamar dia sempat menciumku… pas di bibir… hangat sekali… “Nanti malam saya kasih yang lebih hebat ” begitu katanya. Akupun berusaha untuk tidur… nikmat sekali sore ini dua kali keluar… dibantu dua cewek yang berbeda… ini mungkin ganjaran dari menolong teman… gitu hiburku dalam hati… sambil memikirkan apa yang akan kudapat malam nanti akupun tertidur lelap sekali. Tiba-tiba aku dibangunkan oleh suster yang tadi lagi… tapi aku belum sempat menyanyakan namanya… baru setelah dia mo keluar kamar selesai meletakkan makananku dan membangunkanku… namanya Anna. Cara dia membangunkanku cukup aneh… rasanya suster di manapun tidak akan melakukan dengan cara ini… dia remas-remas meriamku… sambil digosoknya lembut sampe aku bangun dari tidurku. Langsung aku selesaikan makanku dengan susah payah… akhirnya selesai juga… lalu aku tekan bel… dan tak lama kemudian datang suster yang lain…

aku minta dia nyalakan TV di atas dan mengakat makananku. Aku nonton acara-acara TV yang membosankan dan juga semua berita yang ditayangkan… tanpa konsentrasi sedikitpun. Sekitar jam 9 malam suster Wiwik datang untuk mengobati lukaku dan mengganti perban… pada saat dia melihat meriamkupun dia takjub… “Ngga’ salah apa yang diomongkan temen-temen di ruang jaga ” demikian komentarnya. “Kenapa Sus ? ” tanyaku ngga’ jelas. “Oo… itu tadi teman-teman bilang kalo pasien yang dirawat di kamar 26 itu kepalanya besar sekali. ” jawabnya. Setelah selesai dengan mengobati lukaku dan dia akan tinggalkan ruangan… sebelum membetulkan selimutku dia sempatkan mengelus kepala meriamku…

” Hmmm… gimana ya rasanya ? ” gumamnya tanya meminta jawaban. Dan akupun hanya senyum saja. Wah suster di sini gila semua ya pikirku… soalnya aku baru kenal dua orang dan dua-duanya suka sama meriamku… minimal tertarik… dan lagian ada promosi gratis di ruang jaga suster kalo ada pasien dengan kepala meriam super besar… promosi yang menguntungkan… semoga ada yang terjerat ingin mencoba… selama aku masih dirawat di sini. Jam 10an kira-kira aku mulai tertidur… aku mimpi indah sekali dalam tidurku… karena sebelum tidur tadi otakku sempat berpikir jorok. Aku merasakan hangat sekali pada bagian selangkanganku… tepatnya pada bagian meriamku… sampe aku terbangun ternyata… suster Anna sedang menghisap meriamku… kali ini entah jam berapa ? Dengan bermalas-malasan aku nikmat terus hisapannya… dan aku mulai ikut aktif dengan meraba dadanya… suatu lokasi yang aku anggap paling dekat dengan jangkauanku. Aku buka kanding atasnya dua kancing… aku rogoh dadanya di balik BH putihnya… aku dapati segumpal daging hangat yang kenyal… kuselusuri… sambil meremas-remas kecil.. sampe juga pada putingnya… aku pilin putingnya… dan Sus Annapun mendesah… entah berapa lama aku dihisap dan aku merabai Sus Anna… sampe dia minta “Mas… masih sakit ngga’ badannya ? ”

” Kenapa Sus ? ” tanyaku bingung. “Enggak kok… sudah lumayan enakan… ” dan tanpa menjawab diapun meloloskan CDnya… dimasukkan dalam saku baju dinasnya. Lalu dia permisi padaku dan mulai mengangkangkan kakinya di atas meriamku… dan bless… dia masukkan batangku pada lobangnya yang hangat dan sudah basah sekali… diapun mulai menggoyang perlahan… pertama dengan gerakan naik turun…lalu disusul dengan gerakan memutar… wah… suster ini rupanya sudah prof banget… lobangnya aku rasakan masih sangat sempit… makanya dia juga hanya berani gerak perlahan… mungkin juga karena aku masih sakit… dan punya banyak luka baru. Lama sekali permainan itu dan memang dia ngga’ ganti posisi… karena posisi yang memungkinkan hanya satu posisi… aku tidur di bawah dan dia di atasku. Sampe saat itu belum ada tanda-tanda aku akan keluar… tapi kalo tidak salah dia sempat mengejang sekali tadi dipertengahan dan lemas sebentar lalu mulai menggoyang lagi…

sampe tiba-tiba pintu kamarku dibuka dari luar… dan seorang suster masuk dengan tiba-tiba… Kaget sekali kami berdua… karena tidak ada alasan lain… jelas sekali kita sedang main… mana posisinya… mana baju dinas Suster Anna terbuka sampe perutnya dan BHnya juga sudah kelepas dan tergeletak di lantai. Ternyata yang masuk suster Wiwik… dia langsung menghampiri dan bilang “Teruskan saja An… aku cuman mau ikutan… mumpung sepi ” Suster Wiwikpun mengelus dadaku… dia ciumin aku dengan lembut… aku membalasnya dengan meremas dadanya… dia diam saja… aku buka kancingnya… terus langsung aku loloskan pakaian dinasnya… aku buka sekalian BHnya yang berenda… tipis dan merangsang… membal sekali tampak pada saat BH itu lepas dari badannya… dada itu berguncang dikit… kelihatan kalo masih sangat kencang… tinggal CD minim yang digunakannya. Suster Anna masih saja dengan aksinya naik turun dan kadang berputar… aku lhat saja dadanya yang terguncang akibat gerakannya yang mulai liar… lidah suster Wiwik mulai memasuki rongga mulutku dan kuhisap ujung lidahnya yang menjulur itu… tangan kiriku mulai merabai sekitar selangkangan suster Wiwik dari luar… basah sudah CDnya…

pelan aku kuak ke samping… dan kudapat permukaan bulu halus menyelimuti liang kenikmatannya… kuelus perlahan… baru kemudian sedikit kutekan… ketemu sudah aku pada clitsnya… agak ke belakang aku rasakan makin menghangat. Tersentuh olehku kemudian liang nikmat tersebut… kuelus dua tiga kali sebelum akhirnya aku masukkan jariku ke dalamnya. Kucoba memasukkan sedalam mungkin jari telunjukku… kemudian disusul oleh jari tengahku… aku putar jari-jariku di dalamnya… baru kukocok keluar masuk… sambil jempolku memainkan clitsnya. Dia mendesar ringan… sementara suster Anna rebahan karena lelah di dadaku dengan pinggulnya tiada hentinya menggoyang kanan dan kiri… suster Wiwik menyibak rambut panjang suster Anna dan mulai menciumi punggung terbuka itu… suster Anna makin mengerang… mengerang…. dan mengerang…. sampai pada erangan panjang yang menandakan dia akan orgasme… dan makin keras goyangan pinggulnya… sementara aku mencoba mengimbangi dengan gerakan yang lebih keras dari sebelumnya…

karena dari tadi aku tidak dapat terlalu bergoyang… takut lukaku sakit. Suster Anna mengerang…. panjang sekali seperti orang sedang kesakitan… tapi juga mirip orang kepedasan… mendesis di antara erangannya… dia sudah sampe… rupanya… dan… dia tahan dulu sementara… baru dicabutnya perlahan… sekarang giliran suster Wiwik… dilapnya dulu… meriamku dikeringkan… baru dia mulai menaikiku… batin… kurang ajar suster-suster ini aku digilirnya… dan nanti aku juga mesti masih membayar biaya rawat… gila… enak di dia… tapi….. enak juga dia aku kok… demikian pikiranku… ach… masa bodo…. POKOKNYA PUAS !!! Demikian kata iklan. Ketika suster Wiwik telah menempati posisinya… kulihat suster Anna mengelap liang kenikmatannya dengan tissue yang diambilnya dari meja kecil di sampingku. Suster Wiwik seakan menunggang kuda… dia goyang maju mundur… perlahan tapi penuh kepastian… makin lama makin cepat iramanya… sementara tanganku keduanya asyik meremas-remas dadanya yang mengembung indah… kenyal sekali rasanya… cukup besar ukurannya dan lebih besar dari suster Anna punya… yang ini ngga’ kurang dari 36…

kemungkinan cup C… karena mantap dan tanganku seakan ngga’ cukup menggenggamnya. Sesekali kumainkan putingnya yang mulai mengeras… dia mendesis… hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya… desisan itu sungguh manja kurasakan… sementara suster Anna telah selesai dengan membersihkan liang hangatnya… kemudian dia mulai lagi mengelus-elus badan telanjang suster Wiwik dan tuga memainkan rambutku… mengusapnya… Kemudian karena sudah cukup pemanasannya… dia mulai menaiki ranjang lagi… dikangkangkannya kakinya yang jenjang di atas kepalaku… setengah berjongkok gayanya saat itu dengan menghadap tembok di atas kepalaku… dan kedua tangannya berpegangan pada bagian kepala ranjangku. Mulai disorongkannya liangnya yang telah kering ke mulutku… dengan cepat aku julurkan lidahku…. aku colek sekali dulu dan aku tarik nafas…. hhhmmmm…… harus khas liang senggama…. kujilat liangnya dengan lidahku yang memang terkenal panjang… kumainkan lidahku… mereka berdua mengerang berbarengan kadang bersahutan… Aku ingin tau sekarang ini jam berapa ? Jangan sampe erangan mereka mengganggu pasien lain… karena aku mendengarnya cukup keras… aku tengok ke dinding…

kosong ngga’ ada jam dinding… aku lihat keluar… kearah pintu… mataku terbelalak… terkejut… shock… benar-benar kaget aku… lamat-lamat aku perhatikan… di antara pintu aku melihat seberkas sinar mengkilap… sambil terus menggoyang suster Wiwik… meninggalkan jilatan pada suster Anna… aku konsentrasi sejenak pada apa yang ada di belakang pintu… ternyata… pintupun terbuka… makin gila aku makin kaget… dan deg… jantungku tersentak sesaat… lalu lega… tapi… yang dateng ini dua temen suster yang sedang kupuaskan ini… kaya’nya kalo marah sich ngga’ bakalan.. mereka sepertinya telah cukup lama melihat adegan kami bertiga… jadi maksud kedatangannya hanya dua kemungkinan… mo nonton dari dekat atau ikutan… ternyata…. “Wah… wah… wah… rajin sekali kalian bekerja… sampe malem gini masih sibuk ngurus pasien… ” demikian kata salah seorang dari mereka… “Mari kami bantu ” demikian sahut yang lainnya yang berbadan kecil kurus dan berdada super… Jelas ini jawabannya adalah pilihan kedua. Merekapun langsung melepas pakaian dinas masing-masing… satu mengambil posisi di kanan ranjang dan satu ngambil posisi di kiri ranjang…

secara hampir bersamaan mereka menciumi dada… leher… telinga dan semua daerah rangsanganku… akupun mulai lagi konsentrasi pada liang suster Anna… sementara kedua tanganku ambil bagian masing-masing… sekarang semua bagian tubuhku yang menonjol panjang telah habis digunakan untuk memuaskann 4 suster gatel…… malam ini… tidak ada sisa rupanya…. terus bagaimana kalo sampe ada satu lagi yang ikutan ?

Jari-jariku baik dari tangan kanan maupun kiri telah amblas dalam liang hangat suster-suster gatel tersebut… untuk menggaruknya kali… aku kocok-kocokkan keluar masuk ya lidahku… ya jariku… ya meriamku… rusak sudah konsentrasiku… Ini permainan Four Whell Drive ( 4 WD )atau bisa juga disebut Four Wheel Steering ( 4 WS )… empat-empatnya jalan semua… kaya’nya kau makin piawai dalam permainan 4DW / 4 WS ini karena ini kali dua aku mencoba mempraktekkannya. Lama sekali permainannya… sampe tiba-tiba suster Wiwik mengerang…. kesar dan panjang serta mengejang… Setelah suster Wiwik selesai… dan mencabut meriamku… suster Anna berbalik posisi dengan posisi 69… kami saling menghisap dan permainan berlanjut… sekali aku minta rotasi… yang di kananku untuk naik… yang di atas ( suster Anna ) aku minta ke kiri dan suster yang di kiri aku minta pindah posisi kanan.

Tawaran ini tidak disia-siakan oleh suster yang berkulit agak gelap dari semua temannya… dia langsung menancapkan meriamku dengan gerakan yang menakjubkan… tanpa dipegang…. diambilnya meriamku yang masih tegang dengan liangnya dan langsung dimasukkan… amblas sudah meriamku dari pandangan. Diapun langsung menggoyang keras… rupanya sudah ngga’ tahan… Benar juga sekitar 5 menit dia bergoyang sudah mengejang keras dan mengerang…. mengerang…. panjang serta lemas. Sementara tingal dua korban yang belum selesai… aku minta bantuan suster yang masih ada di sana untuk membantu aku balik badan… tengkurap… kemudian aku suruh suster yang pendek dan berdada besar tadi untuk masuk ke bawah tubuhku….

Sedangkan suster Anna aku suruh duduk di samping bantal yang digunakan suster kecil tadi. Perlahan aku mulai memasukkan meriam raksasaku pada liang suster yang bertubuh kecil ini… sulit sekali… dan diapun membantu dengan bimbingan test…. Setelah tertancap… tapi sayangnya tidak dapat habis terbenam… rasanya mentok sekali… dengan bibir rahimnya… akupun mulai menggoyang suster kecil dan menjilati suster Anna. Mereka berdua kembali mendesah…. mengerang…. mendesah dan kadang mendesis… kaya’ ular. Aku sulit sekali sebenarnya untuk mengayun pinggulku maju mundur….

jadi yang bisa aku lakukan cuman tetap menancapkan meriamku pada liang kenikmatan suster mungil ini sambil memutar pinggulku seakan meng-obok-obok liangnya… sedangkan dadanya yang aku bilang super itu terasa sekali mengganjal dadaku yang bidang… kenikmatan tiada tara sedang dinikmati si mungil di bawahku ini… dia mendesis tak keruan… sedang lidahku tetap menghajar liang kenikmatan suster Anna… sesekali aku jilatkan pada clitsnya… dia menggelinjang setiap kali lidahku menyentuh clitsnya… mendengar desisan mereka berdua aku jadi ngga’ tahan… maka dengan nekat aku keraskan goyangan pinggulku dan hisapanku pada suster Anna… dia mulai mengejang… mengerang dan kemudian disusul dengan suster yang sedang kutindih…. suster Anna sudah lemas… dan beranjak turun dari posisinya….

Aku tekan lebih keras suster mungil ini…. sambil dadanya yang menggairahkan ini aku remas-remas semauku… aku sudah merasakan hampir sampe juga… sedang suster mungil masih mengerang…. terus dan terus… kaya’nya dia dapat multi orgasme dan panjang sekali orgasme yang didapatnya…. aku coba mengjar orgasmenya… dan…. dan…. berhasil juga akuhirnya… aku sodok dan benamkan meriamku sekuat-kuatnya… sampe dia melotot… aku didekapnya erat sekali… dan “Adu…..uh enak sekali… ” demikian salah satu katanya yang dapat aku dengar. Akupun ambruk diatas dada besar yang menggemaskan itu… lunglai sudah tubuh ini rasanya… menghabisi 4 suster sekaligus… suatu rekord yang gila… permainan Four Wheel Drive kedua dalam hidupku…

pada saat mencabutnyapun aku terpaksa diantu suster yang lain… “Kasihan pasien ini nanti sembuhnya jadi lama… soalnya ngga’ sempet istirahat” kata suster yang hitam. “Iya dan kaya’nya kita akan setiap malam rajin minta giliran kaya’ malem ini ” sahut suster Wiwik. “Kalo itu dibuat system arisan saja ” kata suster Anna sadis sekali kedengarannya. Emangnya aku meriam bergilir apa ? Malam itu aku tidur lelaap sekali dan aku sempat minta untuk suster mungil menemaniku tidur, aku berjanji tiap malam mereka dapat giliran menemaniku tidur… tapi setelah mendapat jatah batin tentunya. Suster mungil ini bernama Ratih dan malam itu kami tidur berdekapan mesra sekali seperti pengantin baru dan sama-sama polos… sampe jam 4 pagi… dia minta jatah tambahan… dan kamipun bermain one on one ( satu lawan satu, ngga’ keroyokan kaya’ semalem ). Hot sekali dia pagi itu… karena kami lebih bebas… tapi yang kacau adalah udahannya… aku merasa sakit karena lukaku berdarah lagi… jadi terpaksa ketahuan dech sama yang lain kalo ada sesi tambahan…

dan merekapun rame-rame mengobati lukaku…. sambil masih pengen lihat meriam dasyat yang meluluh lantakkan tubuh mereka semaleman. Abis gitu sekitar jam 5 aku kembali tidur sampe pagi jam 7.20 aku dibangunkan untuk mandi pagi. Mandi pagi dibantu oleh suster Dewi dan sempat diisep sampe keluar dalam mulutnya… nah suster Dewi ini yang kulitnya hitaman semalam. Nama mereka sering aku dapat setelah tubuh mereka aku dapat. Hari kedua Pagi jam 10 aku dibesuk oleh Dian dan Mita… mereka membawakan buah jeruk dan apel… aslinya sich aku ngga demen makan buah… setengah jam kami ngobrol bertiga. sampe suatu saat aku bilang pada Dian “Aku mo minta tolong Ian… kepalaku pusing… soalnya aku dari semaleman ngga’ dapet keluar… dan aku ngga’ bisa self service ” demikian kataku membuka acara… dan akupun bercerita sedikit kebiasaanku pada Dian dengan bumbu tentunya. Aku cerita kalo biasa setiap kali mandi pagi aku suka onani kalo semalemnya ngga’ dapet cewek buat nemenin tidur… dan sorenya juga suka main lagi… Dian bisa maklum karena aku dulu sempat samen leven dengan Nana temannya yang hyper sex selama 8 bulan lebih…

dia juga tahu kehidupanku tidak pernah sepi cewek. Dengan dalih dia mo bantu aku karena hal ini dianggap sebagai bales jasa menyelamatkan jiwa kakaknya… yang aku selamatkan dari keroyokan kemarin… sampe akhirnya aku sendiri masuk rumah sakit. Dia minta Mita adiknya keluar dulu karena malu, tapi Mita tau apa yang akan dilakukan Dian padaku… karena pembicaraan tadi di depan Mita. Sekeluarnya Mita dari kamar… Dian langsung memasukkan tangannya dalam selimutku dan mulailah dia meremas dan mengelus meriamku yang sedang tidur… sampe bangun dan keras sekali… setelah dikocoknya dengan segala macam cara masih belum keluar juga sedang waktu sudah menunjukkan pukul 10.45 berarti jam besuk tinggal 15 menit lagi maka aku minta Dian menghisap meriamku. Mulanya dia malu… tapi dikerjakannya juga… demi bales jasa kaya’ya… atau dia mulai suka ? Akhirnya keluar juga spermaku dan kali ini tidak diselimut lagi tapi dalam mulut Dian dan ini pertama kali Dian meneguk spermaku… juga pertama kali teman kuliahku ini ngisep punyaku… kaya’nya dia juga belum mahir betul… itu ketahuan dari beberapa kali aku meringis kesakitan karena kena giginya. Spermaku ditelannya habis… sesuai permintaanku dan aku bilang kalo sperma itu steril dan baik buat kulit… benernya sich aku ngga’ tau jelas…

asal ngomong aja dan dia percaya… setelah menelan spermaku dia ambil air di gelas dan meminumnya… belum biasa kali. Aku tengok ke jendela luar saat Dian ambil minum tadi… ternyata aku melihat jendela depan yang menghadap taman tidak tertutup rapat dan aku sempat lihat kalo Mita tadi ngintip kakaknya ngisep aku… Jam 11.05 mereka berdua pamit pulang… selanjutnya aku aku makan siang dan tidur sampe bangun sekitar jam 3 siang. Dan aku minta suster jaga untuk memindahkanku ke kursi roda… sebelum dipindahkan aku diobati dulu dan diberi pakeaian seperti rok panjang terusan agak gombor. dengan kancing banyak sekali di belakangnya. Pada saat mengenakan pakaian tersebut dikerjakan oleh dua suster shift pagi… suster Atty dan suster Fatima, pada saat mereka berdua sempat melihat meriamku… mereka saling berpandangan dan tersenyum terus melirik nakal padaku… aku cuek saja… pada saat aku mo dipindahkan ke kurasi roda aku diminta untuk memeluk suster Fatima… orangnya masih muda sekitar 23 tahunan kira-kira… rambutnya pendek…

Tubuhnya sekitar 159 Cm… dadanya sekitar 34 B… pada saat memeluk aku sedikit kencangkan sambil pura-pura ngga’ kuat berdiri… aku dekap dia dari pinggang ke pundak ( seperti merengkuh ) dengan demikian aku telah menguncinya sehingga dia tidak dapat mengambil jarak lagi dan dadanya pas sekali dipundakku… greeng… meriamku setengah bangun dapat sentuhan tersebut. “Agak tegak berdirinya Mas… berat soalnya badan Masnya ” kata suster Fatima. Akupun mengikut perintahnya dengan memindahkan tangan kananku seakan merangkulnya dengan demikian aku makin mendekatkan wajahnya ke leherku dan aku dorong sekalian kepalaku sehingga dia secara ngga’ sadar bibirnya kena di leherku… sementara suster Atty membetulkan letak kursi roda… aku lihat pinggulnya dari berlakang… wah… bagus juga ya… Suster Fatima bantu aku duduk di kursi roda dan suster Atty pegang kursi roda dari belakang…pada saat mo duduk pas mukaku dekat sekali dengan dada suster Fatima… aku sempetin aja desak dan gigit dengan bibir berlapis gigi ke dada tersebut… karena beberapa terhenti aku dapat merasakan gigitan itu sekitar 2 detikan dech… dia diam saja…

dan saat aku sudah duduk…. dan suster Atty keluar kamar… “Awas ya… nakal sekali ” kata suster Fatima sambil mendelik. Aku tau dia ngga’ marah cuman pura-pura marah aja “Satunya belum Sus,” kataku menggoda… “Enak aja… geli tau ?” jawabnya sewot. “Nanti saya cubit baru tau ” lanjutnya sambil langsung mencubit meriamku… dan terus dia ngeloyor keluar kamar dengan muka merah… karena meriamku saat itu sudah full standing karena abis nge-gigit toket… jadi terangsang… “Sus… tolong donk saya di dorong keluar kamar” kataku sebelum sempat suster Fatima keluar jauh. Diapun kembali dan mendorongku ke teras kamar… menghadap taman. Aku bengong di teras… sambil menghisap rokokku… di pangkuanku ada novel tapi rasanya males mo baca novel itu… jadinya aku bengong saja sore itu di teras sambil ngelamun aku mikirin rencana lain untuk malam ini… mo pake gaya apa ya ? Tiba-tiba aku dikejutkan dengan telapak tangan yang menutup mataku… “Siapa ini ? Kok tangannya halus… dingin dan kecil… Siapa ni ? ” kataku… Terus dilepasnya tangan tersebut dan dia ke arah depanku… baru kutau dia Mita adik Dian. Kok sendirian ?

“Mana Mita ?” tanyaku… “Lagi ketempat dosennya mo ngurus skripsi” jawab Mita. “Jadi ngga’ kesini donk ? ” tanyaku penasaran. “Ya ngga’ lah… ini saya bawain bubur buatan Mama” katanya sambil mendorongku masuk kamar… dia letakkan bubur itu di atas meja kecil samping ranjang. Terus kami ngobrol… sekitar 10 menit sampe aku bilang “Mit… ach ngga’ jadi dech… ” kataku bingung gimana mo mulainya… maksudku mo jailin dia untuk ngeluarin aku seperti yang dilakukan kakaknya tadi pagi… bukankah dia juga udah ngintip… kali aja dia pengen kaya’ kakaknya… mumpung lagi cuman berduaan… “Kenapa Kak ?” aku tak menjawab hanya mengernyitkan dahi saja… “Pusing ya ?” tanyanya lagi. “Iya ni… penyakit biasa” kataku makin berani… kali bisa… ” Kak… gimana ya ? Tadi khan udah ? ” katanya mulai ngerti maksudku… tapi kaya’nya dia bingung dan malu… merah wajahnya tampak sekali. “Mit… sorry ya… kalo kamu ngga’ keberatan tolongin Kakak donk… ntar malem Kakak ngga’ bisa tidur… kalo… ” kataku mengarah dan sengaja tidak menyelesaikan kata-kataku supaya terkesan gimana gitu…. “Iya Mita tau Kak…

dan kasihan sekali… tapi gimana Mita ngga’ bisa… Mita malu Kak… ” “Ya udah kalo kamu keberatan… aku ngga’ mo maksa… lagian kamu masih kecil…” “Kak… Mita ciumin aja ya… supaya Kakak terhibur… jangan susah Kak… kalo Mita sudah besar dan sudah bisa juga mau kok bantuin Kak Jossy kaya tadi pagi ” kata dia sambil mencium pipiku. “Iya dech… sini Kak cium kamu ” kataku dan diapun pindah kehadapanku. Dia membungkuk sehingga ada kelihatan dadanya yang membusung… aduh…. gila… usaha harus jalan terus ni… gimana caranya masa bodo… harus dapet… aku udah pusing berat. Dan Mitapun memelukku sambil membungkuk… aku cium pipinya, dagunya… belakang telinganya kadang aku gigit lembut telinganya… pokoknya semua daerah rangsangan… aku coba merangsangnya… ciuman kami lama juga sampe nafasnya terasa sekali di telingaku. Tangaku mencoba meremas dadanya… diapun mundur… mo menghidar… “Mit… gini dech… aku sentuh kamu saja… ngga’ ngapain kok… supaya aku lebih tenang nanti malem ” “Maaf Kak… tadi Mita kaget… Mita ngerti kok…

Kak Joss gini juga gara-gara Mas Anton ” jawabnya penuh pengertian… atau dia udah kepancing ? Diapun kembali… mendekat dan kuraih dadanya… aku remas…dan dia kembali menciumku… dari tadi tidak ada ciuman bibir hanya pipi dan telinga… saling berbalasan… sampe remasanku makin liar dan mencoba menyusup pada bajunya… melalui celah kancing atasnya. Tangan Mita mulai turun dari dadaku ke meriamku… dan meremasnya dari luar… “Aduh… enak sekali Mit… terusin ya… sampe keluar… biar aku ngga’ pusing nanti ” kataku nafsu menyambut kemajuannya. Lama remasan kami berlangsung… sampe akhirnya Mita melorot dan berjongkok di depanku dan menyingkap pakaianku… dia mulai mo mencium meriamku… dengan mata redup penuh nafsu dia mulai mencium sayang pada meriamku. ” Masukin saja Mit… ” kataku. Mitapun memasukkan meriamku dalam mulut mungilnya… sulit sekali tampaknya… dan penuh sekali kelihatan dari luar… dia mulai menghisap dan aku bilang jangan sampe kena gigi… Tak perlu aku ceritakan proses isep-isepan itu… yang pasti saat aku ngga’ tahan lagi… aku tekan palanya supaya tetap nancep… dan aku keluarkan dalam mulut mungil Mita… terbelalak mata Mita kena semprot spermaku.

” Telen aja Mit… ngga’ papa kok ” kataku… Diapun menelan spermaku… lalu dicabutnya dari mulut mungil itu… sisa spermaku yang meleleh di meriamku dan bibir mungilnya dilap pake tissue… dan dia lari ke kamar mandi…. sedang aku merapikan kembali pakaianku yang tersibak tadi. Ada orang datang… kelihatan dari balik kaca jendela… ” Sorry Joss… aku baru bisa dateng sekarang… ngga’ dapet pesawat soalnya ” kata Bang Johnny yang datang bersama dengan kak Wenda dan Winny… “Iya ini juga langsung dari airport ” kata Kak Wenda.

“Kamu kenapa si… ceritanya gimana kok bisa sampe kaya’ gini ?” tanya Winny… “Lha kalian tau aku di sini dari mana ?” tanyaku bingung. “Tadi malem kami telpon ke rumah ngga’ ada yang jawab sampe tadi pagi kami telpon terus masih kosong” kata Kak Wenda. “Aku telpon ke rumahnya Donna yang di Kertajaya kamu ngga’ di sana… aku telpon rumahnya yang di Grand Family juga kamu ngga’ ada, malah ketemu sammy di sana” kata Winny. “Sammy bilang mo bantu cari kamu… terus siang tadi Donna telpon katanya dia abis nelpon Dian dan katanya kamu dirawat di sini dan dia cerita panjang sampe kamu masuk rumah sakit ” kata Winny lagi.

Mereka tuh semua dari Jakarta karena ada saudara Kak Wenda yang menikah… dan rencananya pulangnya kemarin sore… pantes Kak Wenda telpon aku kemarin mungkin mo bilangin kalo pulangnya ditunda. Malah dapet berita kaya’ gini. Mita keluar dari kamar mandi yang ada dalam kamarku itu kaget juga tau banyak orang ada di sana dan dia kaya’nya kikuk juga… Setelah aku perkenalkan kalo ini Mita adiknya Dian dan kemudian Mita pamit mo jenguk kakaknya diruang lain.

Kamipun ngobrol seperginya Mita dari hadapan kami. Winny memandangku dengan sedih… mungkin kasihan tapi juga bisa dia cemburu sama Mita… ngapain ada dalam kamar mandi dan sebelumnya cuman berduaan aja sama aku di sini. Selanjutnya tidak ada cerita menarik untuk diceritakan pada kalian semua… yang pasti mereka ngobrol sampe jam 5.20 karena minta perpanjangan waktu dan jam 5 tadi Mita datang lagi cuman pamit langsung pulang. Malamnya seperti biasa… kejadiannya sama seperti hari pertama… mandi sore diisep lagi… kali ini sustenya lain… dia suster Fatima yang sempet aku gigit toketnya tadi siang. Dan malemnya aku main lagi… dan tidur dengan suster Wiwik… suster Anna off hari itu… jadi waktu main cuman suster Wiwik, suster Ratih dan suster Dewi… TAMAT

Baca Juga : Tante Siwi Mengajarkanku Sex

Incoming search terms:

cerita sex two in one


Cerita Sex Dewasa Ngentot Mertua

$
0
0

Cerita Sex Dewasa Ngentot Mertua – Kisah nyata ini baru saja aku alami! Tepatnya bulan pada Mei 2003 yang lalu. Waktu itu bertepatan dengan banyaknya libur tanggal merah, yang harinya sangat berdekatan. Aku dan istriku sengaja mengambil cuti sebanyak dua belas hari kerja, ditambah dengan libur tanggal merah. Yah! lumayan untuk istirahat dari rutinitas pekerjaan dan sumpeknya kota Jakarta. ***** Aku berusia 30 tahun, sebut saja namaku Pento, Indri istriku Berusia 29 Tahun.

Kami baru dikaruniai seorang anak lelaki yang lucu yang ku beri nama Piko, berusia 2,5 tahun. Pada hari yang sudah kami tentukan aku sekeluarga berangkat ke Kota S. Penumpang kereta Argo Lawu tidak terlalu penuh! Mungkin, dikarenakan hari libur masih beberapa hari lagi, jadi aku istri dan anakku lebih leluasa beristirahat selama dalam perjalanan. Jam 5:30 pagi kereta tiba di stasiun kota S, Kami di jemput Ibu mertuaku dan pakde Man sopir keluarga Mertuaku. Ibu mertuaku begitu bahagianya dengan kedatangan kami, anak kami Piko pun langsung dipeluk dan diciumi, maklum anak kami Piko cucu lelaki pertama bagi keluarga bapak dan Ibu mertuaku.

Akhirnya, kami sampai juga di desa GL tempat tinggal mertuaku, suasana desa yang cukup tenang langsung terasa, ditambah lagi rumah mertuaku yang begitu besar, hanya dihuni oleh Bapak dan Ibu mertuaku saja. kelima anak bapak dan Ibu mertuaku semuanya perempuan, dan sudah pada menikah semua! kecuali Adik iparku yang paling bungsu saja yang belum menikah! dan saat ini sedang menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi negri di kota Y. “Bapak mana Bu? Tanya Indri istriku”. “Bapakmu lagi kerumah Bupati, Biasalah paling-paling ngomongin proyek!”, Jawab Ibu mertuaku. Ibu mertuaku seorang wanita yang berumur kurang lebih 48 tahun, kulitnya putih bersih. Bapak dan Ibu mertuaku menikah disaat usia mereka masih remaja, namun begitu, Ibu mertuaku masih tetap terlihat cantik walaupun usianya hampir memasuki kepala lima. Istriku sendiri anak kedua dari 5 bersaudara. Setelah mandi dan beristirahat kamipun makan pagi bersama. Kami bercerita kesana kemari sambil melepas lelah dan rasa rindu kami, tanpa terasa haripun sudah menjelang sore .

Selepas mahgrib bapak mertuaku kembali dari rumah bupati, kami pun kembali bertukar cerita, semakin malam semakin sepi padahal baru jam 8 malam. Maklumlah didesa! “Ini minum wedang buatan Ibu! Biar kalian segar saat bangun pagi harinya”. Aku, istriku dan bapak mertuaku pun langsung memimum wedang buatan Ibu mertuaku. “Enak sekali Bu! apa ini Tanya Indri istriku “. “Itu wedang ramuan Ibu sendiri! Gimana, seger kan?”. Kamipun melanjutkan obrolan kami kembali, kurang lebih setengah jam kami ngobrol, rasanya mata ini kok berat sekali. Istiku pamit menyusul anak kami yang sudah duluan tertidur.

Aku mencoba bertahan dari rasa ngatuk! dan melanjutkan cerita kami, namun apa daya! rasa ngantuk ini sudah terlalu berat. Akupun pamit tidur pada bapak dan Ibu mertuaku. Sambil menguap aku berjalan menuju kamar tidur kami yang cukup besar, kulihat istri dan anakku sudah tertidur dengan nyenyaknya. Tumben dia nggak nungguin aku? Akupun langsung merebahkan diri karena rasa ngantuk yang begitu berat. Tak lama aku pun langsung tertidur. Entah sudah berapa lama aku tertidur, aku merasakan seperti ada yang menciumku, membelaiku, aku mencoba untuk membuka mataku, namun aku tetap tidak sanggup untuk membuka mataku ini.

Rasanya seperti ada yang mengganjal dimataku, yang membuat aku terus tertidur. Aku juga merasakan nikmat saat berejakulasi. Dan Aku berangapan bahwa semua ini hanya mimpi basah saja. Ketika pagi harinya aku terbangun, kulihat istri dan anakku masih lelap tertidur, aku ke kamar mandi untuk kencing! begitu aku melihat kemaluanku, ada bekas sperma kering? Kupegang kemaluanku dan jembutku kok lengket? ketika kucium, aku mengenal betul bau yang begitu kas, bau dari lendir kemaluan perempuan. Aku berpikir kok mimpi basah ada bau lendir perempuannya?, apa semalam aku diperkosa setan? Saat kami semua sarapan pagi, aku hendak menceritakan peristiwa yang kualami semalam, tapi aku malu, takut ditertawakan, jadi aku diamkan saja peristiwa semalam. Hari kedua disana, aku, istri dan anakku tamasya ke daerah wisata, kami pulang sudah malam.

Seperti hari kemarin, setelah ngobrol-ngobrol dan istirahat Ibu mertuaku memberi kami wedang buatannya, aku dan istrikupun langsung meminumnya. Herannya kurang lebih 30 menit setelah aku menghabiskan wedang buatan Ibu mertuaku, rasa ngantuk kembali menyerang aku dan istriku. Karena sudah tidak sanggup lagi menahan rasa ngantuk yang begitu sangat, kami berdua pamit hendak tidur, untungnya anak kami sudah tertidur dalam perjalanan pulang. “Mas aku ngantuk! selamat tidur ya Mas!”. Langsung istriku merebahkan badan dan tertidur dengan pulasnya. Akupun ikut tertidur. Apa yang kemarin malam terjadi, malam ini terulang kembali. Pagi harinya setelah aku melihat bekas sperma dan bekas lendir perempuan yang sudah mengering dan membuat kusut jembutku, aku bertanya tanya dalam hatiku?, apa yang sebenarnya terjadi? Hari ketiga, aku tidak ikut pergi jalan jalan!, hanya istri anak serta Ibu mertuaku saja yang pelesir ke tempat sanak pamily keluarga istriku.

Aku hanya rebahan ditempat tidur sambil melamun dan mengingat kejadian yang kualami selama 2 malam ini. Apa ada mahluk halus yang memperkosaku disaat aku tidur? Kenapa setiap habis meminum wedang, aku jadi ngantuk? apa karena suasana desa yang sepi? Padahal aku biasanya kuat begadang, atau karena wedang? Nanti malam aku coba untuk tidak meminum wedang buatan Ibu, batinku. Berbagai pertanyaan muncul dalam benakku, karena lelah akhirnya akupun tertidur. Saat malam menjelang, kami sekeluarga berkumpul dan berbincang bincang. Seperti hari kemarin-kemarin pula, Ibu mertuaku memberi kami wedang buatannya. Istri dan bapak mertuakupun sudah menghabiskan minumannya,

sementara aku belum meminumnya. “Kok nggak diminum Mas wedangnya”, tanya Ibu mertuaku? Aku memang mencoba untuk tidak meminum wedang tersebut, walaupun badan segar saat bangun tidur! namun aku berniat untuk tetap tidak memimumnya. Karena aku penasaran dengan apa sudah aku alami beberapa hari ini. Saat aku hendak meminumnya aku berpura pura sakit perut, sambil membawa wedang yang seolah olah sedang kuminum aku berjalan kearah dapaur menuju toilet. Padahal sesampainya dikamar mandi, aku langsung membuang wedang tersebut. Aku berkumpul kembali ke ruang keluarga, kurang lebih tiga puluh menit! kulihat istiku dan bapak mertuaku sudah mengantuk dan berniat untuk tidur. Namun hal itu tidak terjadi denganku, apa karena aku tidak meminum wedang tersebut? Aku masih segar dan belum mengantuk. Aku pun berpura-pura seperti orang mengantuk, kami berdua pamit dan masuk kekamar, istrikupun mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur yang cukup nyaman dimata. “Mas aku ngantuk sekali! Kamu nggak kepengen kan? Besok aja ya Mas! aku ngantuk sekali Mas” Kukecup kening istriku dan dia pun langsung tertidur.

Aku masih melamun, kenapa hari ini aku tidak mengantuk seperti biasanya? Apa karena aku tidak meminum wedang buatan Ibu? Hampir setengah jam setelah istriku terlelap, tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki menghampiri kearah kamarku! Langsung aku pura-pura tertidur. Kulihat ada yang membuka pintu kamarku, saat kubuka sedikit kelopak mataku ternyata Ibu mertuaku! Mau apa beliau? Aku terus pura-pura tertidur. Untung lampu tidur dikamar kami remang-remang jadi ketika aku sedikit membuka kelopak mataku tidak terlihat oleh Ibu mertuaku. Deg.. jantungku berdebar saat Ibu mertuaku menghampiriku, langsung mengelus elus burungku yang masih terbungkus celana pendek.

Aku hendak menegurnya, namun rasa penasaran dengan apa yang terjadi 2 hari ini dan apa yang akan dilakukan Ibu mertuaku membuat aku terus berpura-pura tertidur. Ibu mertuaku pun langsung menurunkan celana pendek serta celana dalamku tanpa rasa canggung atau takut kalau aku dan istri ku terbangun, atau mungkin juga mertuaku sudah yakin kalau kami sudah sangat nyenyak sekali. Blass lepas sudah celanaku! Aku telanjang, jantungkupun makin berdebar, aku terus berpura-pura terdidur dengan rasa penasaran atas perbuatan Ibu mertuaku. Aku menahan napas saat Ibu mertuaku mulai menjilati dan mengulum kemaluanku, hampir aku mendesih, aku mencoba terus bertahan agar tidak mendesis dan membiarkan Ibu mertuaku terus melanjutkan aksinya.

Kemaluanku sudah berdiri dengan tegaknya, Ibu mertuaku dengan asiknya terus mengulum kemaluanku tanpa tahu bahwa aku tidak tertidur. Jujur aku akui, bahwa aku juga sebenarnya sudah sangat terangsang sekali. Ingin rasanya saat itu juga, aku bangun, langsung menerkam, mencumbu dan menyetubuhi Ibu mertuaku. Kutahan semua gejolak birahiku, dan ku biarkan Ibu mertuaku terus melanjutkan aksinya. Tiba-tiba Ibu mertuaku melepas kulumannya dan bangkit berdiri, aku terus memperhatikannya, dan bless.. mertuaku melepas dasternya, ternyata dibalik daster tersebut mertuaku sudah tidak memakai BH dan celana dalam lagi.

Aku sangat berdebar, dag.. dig.. dug suara jantungku saat menyaksikan tubuh telanjang Ibu mertuaku, apalagi ketika Ibu mertuaku mulai naik ketempat tidur, langsung mengangkangiku tepat diatas burungku, makin tak karuan detak jantungku. Digemgamnya kemaluanku, diremas halus sambil dikocok-kocok perlahan, kemudian di gesek-gesekan ke memek Ibu mertuaku. Aku sudah tidak tahan lagi! Ingin rasanya langsung kumasukan kontolku! Sambil berjongkok, burungkupun diarahkannya kelubang surga Ibu mertuaku! perlahan-lahan sekali beliau menurunkan pantatnya memasukan burungku ke memeknya! sambil memejamkan mata menikmati mili demi mili masuknya burungku ke sarangnya. “Ahh.. ahh nikmat”

, jerit mertuaku, saat semua burungku telah amblas masuk tertelan memek Ibu mertuaku. Sambil terus berpura-pura tertidur aku menahan gejolak birahiku yang sudah memuncak. “Ahh.. Ibu mertuaku menjerit tertahan saat beliau mulai naik turun bergoyang menikmati rasa nikmat yang beliau rasakan. Ibu mertuaku terus menjerit, mendesah, tanpa takut aku, istri dan anakku atau bapak mertuaku terbangun. Ibu mertuaku terus bergoyang naik turun. Belum beberapa lama menaik turunkan pantatnya, tubuh Ibu mertuaku mengejang. “Ahh nikkmatt”, jerit panjang Ibu mertuaku. Rupanya Ibu mertuaku baru saja mendapatkan orgasmenya. Ibu mertuaku langung rebah menindih tubuhku mencium bibirku membelai kepalaku seperti, seorang istri yang baru saja selesai bersetubuh dengan suaminya, aku langsung membuka mataku. “Jadi selama ini aku tidak bermimpi! dan tidak pula tidur dengan mahluk halus!”. Ibu mertuaku bangkit karena kaget “Mass ka.. mu ndak ti.. dur? kamu nggak meminum wedang yang Ibu bikin?”.

“Tidak Bu! aku tidak meminumnya”, Ibu mertuaku salah tingkah dan serba salah! mukanya memerah tanda beliau mengalami malu yang sangat luar biasa. Aku bangkit dan duduk ditepi ranjang, “Mass..”, Ibu mertuaku menangis sambil duduk dan memeluk kakiku. “Ammpuni Ibu, Mass”. Aku merasa kasihan melihat Ibu mertuaku seperti itu, karena aku sendiripun sudah sangat terangsang akibat permainan Ibu mertuaku tadi. “Bu aku belum tuntas!”, aku angkat mertuaku, aku peluk, kucium bibirnya. “Sudah Bu, jangan menangis!, aku juga menikmatinya kok Bu!”. Kulepas bajuku, kami berdua sudah telanjang bulat, kupeluk Ibu mertuaku dan kamipun berciuman dengan buasnya. “Ahh Mas.. nikmat.. Mas..”, saat kuhisap dan kuremas tetek mertuaku yang sudah kendur.. “Ah.. Mas nikmat..”, kutelusuri seluruh tubuhnya, dari teteknya, terus kuciumi perutnya yang agak gendut. “Ahh Mass”, jeritnya, saat kuhisap kemaluannya, kujilati itilnya sambil ku gigit gigit kecil. Dua jarikupun terbenam di dalam memek ibu mertuaku, jeritan mertuaku makin tak terkendali, apalagi disaat dua jariku mengocok dan menari-nari dilubang memeknya dan lidahku menari nari di itilnya. “Ahh.. Mass Ibu mau keluar lagi.. ahh! Ibu keluarr!, aarrgghh”, jerit ibu mertuaku. Tanpa sadar kaki mertuaku menjepit kepalaku! Sampai sampai aku tidak bisa bernapas. “Enak Bu?” “Enak sekali Mas”.

Kucium kembali mertuaku. “Bu.. apa Indri nanti nggak bangun?” “Tenang Mas! Wedang itu merupakan obat tidur buatan Ibu yang paling ampuh!” “Tidak berbahaya Bu?” “Tidak Mas” Kugeluti kembali mertuaku.. kucium.. kuhisap teteknya. Kucolok-colok memeknya dengan dua jari saktiku. “Oohh Mass masukin Mass Ibu sudah nggak tahan lagi.. Mas”. Dengan gaya konvensional langsung kuarahkan kontolku ke lubang surga Ibu mertuaku, dan akhirnya masuk sudah. “Oh.. Mas nikmat sekali..”. “Iya Bu.. aku juga nikmat.. memek Ibu nikmat sekali.., goyang terus Bu..”. Kamipun terus berpacu dalam nikmatnya lautan birahi. Aku mendayung naik turun dan Ibu mertuaku bergoyang seirama dengan bunyi kecipak-kecipak dari pertemuan dua alat kelamin kami. “Ohh Mas.. Ibu mau keluar lagi..”.

Rupanya Ibu mertuaku orang yang gampang meraih orgasme dan gampang kembali pulihnya, aku pun tak mau kehilangan moment. “Tahan Buu!, sedikit lagi akuu juga keluarr..”, sambil kupercepat goyangan keluar masuk kontolku. “Akk Mass, Ibu sudah nggak kuatt”. Dan serr serr aku merasakan kemaluanku seperti di siram air yang hangat rasanya. Akupun sudah tak kuat lagi menahan ejakulasiku! “Ibuu aacchh, cret.. cret.. cret..”, akupun rubuh memeluk Ibu mertuaku. “Bu!, jadi yang yang kemarin-kemarin itu Ibu yang melakukannya?” “Iya Mas, maafin Ibu! Ibu jatuh cinta sama Mas pento sejak pertama kali Ibu melihat Mas. Apalagi Bapak sudah lama terserang impotensi”. “Kenapa harus seperti pencuri Bu?”. “Ibu takut ditolak Mas! lagi pula Ibu malu, sudah tua kok gatel”. “Apa semua mantu Ibu, Ibu perlakukan seperti ini?”. Sambil melotot Ibu mertuaku berkata,

“Tidak Mas! Mas pento adalah lelaki kedua setelah bapak, Mas lah yang Ibu sayangi”. Kucium kembali mertuaku, kupeluk. “Mulai besok Ibu jangan pakai wedang lagi, untuk Ibu, aku siap melayani, kapanpun Ibu mau”. Kamipun bersetubuh kembali, tanpa mempedulikan bahwa di sampingku, istri dan anakku tertidur dengan pulasnya. Tanpa istriku tahu! didekatnya aku dan ibunya sedang menjerit jerit mereguk nikmatnya persetubuhan kami. Saat ayam berkokok dan jam menunjukan pukul 3:30 kami menyudahi pertarungan yang begitu nikmat, lalu Ibu mertuaku dengan santai berjalan keluar dari kamar kami sambil berkata, “Mas Pento terima kasih!”. ***** Yah.. itulah awal hubungan sexku dengan Ibu mertuaku, walaupun ada rasa sesal, namun rasa sesal itu lenyap tertelan nikmat yang kudapat, dan akupun jadi tahu bahwa wanita seusia Ibu mertuaku sangat nikmat untuk di setubuhi. Nanti akan aku ceritakan kembali kisah persetubuhanku dengan mertuaku selama aku liburan di desa GL. Pagi Harinya, saat aku terbangun waktu sudah menunjukan pukul 10:15, kulihat disampingku, istri dan anakku sudah tidak ada lagi. Ahh.., akupun termenung mengingat kejadian semalam, aku masih tidak menyangka. Ibu mertuaku, orang yang sangat aku hormati, dan sangat aku kagumi kecantikannya, dengan suka rela menyerahkan tubuhnya kepadaku. Malah ibu mertuaku juga yang memulai awal perselingkuhan kami.

“Selamat pagi Ma”, sapaku saat kulihat di dapur istriku sedang membuatkan kopi untukku, “Kok sepi pada kemana mah?” “Kamu sih bangunnya kesiangan, Bapak pergi ke Wonogiri, Ibu pergi ke pasar sama Piko”. Kupandangi wajah istriku, tiba-tiba saja terlintas bayangan wajah Ibu mertuaku, akupun jadi terangsang, karena peristiwa semalam masih membekas dalam ingatanku. “Ihh.. apa-apaan sih Mas.. jangan disini dong Mas..”, protes istriku saat kutarik lengannya, langsung kupeluk dan kulumat bibirnya.. “Mas.. malu.. ahh, nanti kalau Ibu datang bagaimana?” Aku yang sudah benar benar terbakar birahi, sudah tidak perduli lagi akan protes istriku, kuremas teteknya, ku lumat bibirnya, yang aku bayangkan saat itu adalah Ibu mertuaku. Kubalik tubuh istriku, dalam posisi agak membungkuk, kusingkap ke atas dasternya kuturunkan celana dalamnya dan, “Uhh Mas pelan pelan dong.” Aku tak perduli, kuturunkan celanaku sebatas lutut, langsung kuarahkan burungku yang sudah tegak berdiri kelobang memek istriku.

“Mass.. pelan pelan.. dong.. sakit.. Mas.” Semakin istriku berteriak, gairahkupun semakin meninggi, aku terus memaksa memasukan kontolku ke lubang memek istriku, yang belum basah benar. “Ahh..”, jeritku, saat burungku amblas tertelan memek istriku. Entahlah, saat itu aku merasakan gairahku begitu tinggi, langsung ku kugoyang maju mundur pantatku. “Ahh nikmat Ndri..”, kugoyang dengan keras keluar masuk kontolku. “Mas.. enak mass.” Terus kugoyang maju mundur, mungkin karena terlalu bernafsu, baru beberapa menit saja, rasanya ejakulasiku sudah semakin dekat, denyutan di kontolku semakin membuat aku mempercepat kocokan kontolku di lubang memek istriku. “Ndri .. aku mau keluarr nihh.” “Tahann mass, jangan dulu.., tahan sayang”, pinta istriku. Namun, semua permintaan istriku itu sia-sia, aku sudah tidak sanggup lagi menahan bobolnya benteng pertahananku, sedetik kemudian aahh, seluruh syaraf tubuhku menegang dan cret.. cret.. crett.. uhh.. aku menjerit tertahan sambil dengan erat kupeluk tubuh istriku dari belakang. Kulihat, raut wajah kekecewaan diwajah Indri istriku, “Maaf.. ya.. sayang. aku sudah ngak tahan, aku terlalu bernafsu, habis kamu sexy sekali hari ini”, rayuku. “Ndak apa-apa Mass..”, kukecup keningnya.

“Kamu aneh deh Mas?, ngak biasanya kamu kasar kayak tadi?”, tanya istriku sambil berlalu menuju kamar mandi. Kasihan istriku. padahal saat bersetubuh dengannya, aku membayangkan, yang sedang kusetubuhi adalah ibu mertuaku. Saat siang menjelang, setalah makan siang, istriku dijemput oleh teman-teman genknya waktu di SMA dulu, rupanya istriku sudah janjian untuk bertemu dengan teman-teman sekolahnya dulu, kebetulan salah satu sahabat karib istriku yang sekarang ini tinggal dilampung, saat ini sedang pulang kampung juga. “Pada mau kemana nih?” Tanyaku “Mumpung kita lapi pada kumpul nih Mas, kita mau jalan- jalan aja Mas. Ya.. Paling-paling ke kota S makan Soto gading”, Jawab mereka. Setelah berbasa basi, mereka pamit padaku dan ibu mertuaku. “Da.. da piko jagain mamah ya..”, kukecup anakku. “Bu aku pergi dulu ya”, pamit istriku. “Mas aku jalan jalan dulu yahh, bye Mas” Saat aku masuk kedalam rumah aku lihat Ibu mertuaku sedang mengunci pintu gerbang. “Kok digembok bu? “Biar aman”, katanya, sambil berjalan dan masuk ledalam rumah, dan klik.. Pintu rumah pun di kunci oleh Ibu mertuaku. Aku dan Ibu Mertuaku saling berpandangan,

seperti sepasang kekasih yang lama sekali tidak berjumpa dan saling merindukan, entah siapa yang memulai aku dan Ibu mertuaku sudah saling berpelukan dengan mesranya, Kukecup keningnya, dan kuremas remas bongkahan pantatnya. “Mas Pento, Saat-saat seperti inilah yang paling ibu tunggu-tunggu” kupandangi wajah ibu mertuaku, sunguh cantik sekali, kucecup kening mertuaku, kulumat bibirnya, kami berciuman dengan buasnya, saling sedot, saling hisap, kuangkat dan kulepas daster yang dipakai ibu mertuaku. Terbuka sudah, ternyata ibu mertuaku sudah tidak memakai Bh dan celana dalam lagi, kuhisap teteknya, kujilati inhci demi inchi seluruh tubuh Ibu mertuaku. “Ahh Mass, terus Mas.. sshh enak sayang..” Kuajak Ibu mertuaku pindah ke sofa.

“Kamu duduk Mas..”, dilepasnya kaos dan celanaku, aku dan ibu mertuaku sudah polos tanpa sehelai benangpun yang menempel ditubuh kami berdua. “Ahh.. nikmat bu.., ohh hisap terus bu, hisap kontolku bu.. ahh” Nikmat sekali kuluman ibu mertuaku, kami berdua sudah lupa diri, saling merangsang saling meremas. “Ohh.. bu.., akupun bangkit untuk merubah posisi, kurebahkan ibu mertuaku dilantai, kakinya mengangkang, kupandangi memeknya, yang telah melahirkan istriku, kuhisap, kukecup dengan lembut memek ibu mertuaku, kujilati dengan penuh perasaan, kuhisap semua cairan yang keluar dari lubang sorga Ibu mertuaku “Ohh.. Mas.. jangan siksa Ibu sayang.., Mass, Pentoo..,

masukin sekarang Mas.., Ibu sudah mau keluar sayang” Langsung kuarahkan batang kontolku kelubang surga ibu mertuaku. yang sudah pasrah dan siap untuk di sodok-sodok kontolku. Kugesek-gesek perlahan kontolku di itil Ibu mertuaku yang sudah mengeras dan.. belss.. uhh, rintih Ibu mertuaku saat kepala kontolku menerobos memasuki lubang nikmatnya. “Ohh.., Mas masukin semuanya sayang.. jangan siksa ibu.. sayang..” Lalu kuhentak dengan kasar.. ahh.. jerit mertuaku saat seluruh batang kontolku amblas meluncur dengan indahnya terbenam dijepit memek Ibu mertuaku, yang rasanya membuat aku jadi ketagihan mengentoti ibu mertuaku. Kupeluk ibu mertuaku, kamipun saling melumat, kuangkat perlahan-lahan kontolku kuhujam kembali dengan keras. “Aahh..”, jerit ibu mertuaku.

“Mas.. Pento.. entotin Ibu Mass.. entotin Ibu.. Mas .. ohh mass. puasin Ibu.. sayang.., uhh ahh.” Akupun semakin terangang dan bersemangat mendengar rintihan dan jeritan-jeritan jorok yang keluar dari mulut Ibu mertuaku. Kunaik turunkan pantatku dengan tempo yang cepat dan kasar. “Ahh.. ahh .. Ibu.., jeritku, aku mau keluar.. buu.” “Iyaa.. sayang ibu juga mau keluarr.” Kupercepat kocokan keluar masuk kontol ku, plak.. plak.. plak.. “Mass.. ayo Mass.. keluar.. bareng.. sayang. Ahh..” Tubuh ibu mertuaku pun mengejang, kakinya menjepit pinggangku. “Mass ahh ahh” “Ibuu, arrgg”, jerit kami bersamaan saat nikmat itu datang seperti ombak yang bergulung gulung. “Cret.. crett.. crett..”, kusirami rahim ibu mertuaku dengan spermaku. Aku dan Ibu mertuaku terus berpelukan menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang begitu dahsyat yang kami raih secara bersamaan, “Bu..” kulihat ibu mertuaku masih memejamkan matanya, dengan nafas terengah-engah. “Iya Mas..” “Rasanya aku jatuh cinta sama ibu..”, kulihat ibu mertuaku tersenyum. manis sekali.. “Ibu maukan jadi kekasihku bu”.

Ibu mertuakupun hanya tersenyum dan mengecup keningku dengan mesranya, sambil berkata, “Mas ini nikmat sekali..”, dikecup kembali keningku. Hari itu sampai magrib menjelang kami berdua terus berbugil ria, aku dan ibu mertuaku seperti layaknya pengantin baru, yang terus menerus melakukan persetubuhan tanpa merasa bosan, tanpa lelah kami terus menumpahkan cairan nikmat kami, di dapur, dikamar tidur ibu mertuaku dan di kamar mandi. Yang paling dasyat, setelah aku dan ibu mertuaku, meminum jamu buatan ibu mertuaku. Badanku segar sekali, dan kontolku begitu keras dan kokoh.., kukocok kontolku dilubang surga Ibu mertuaku, sampai banjir memek Ibu mertuaku danIibu mertuaku memohon kepadaku agar aku memasukan kontolku di lubang anusnya. Nikamat sekali .. saat kutembakan spermaku didalam liang anus Ibu mertuaku.

Saat istriku kembali selepas isya, kusambut istriku dan teman temannya, setelah ber bincang bincang sebentar teman teman istriku pamit pulang. Istrikupun masuk menuju kamar hendak menaruh anak kami yang sudah lelap tertidur ke pembaringan. “Mas aku taruh Piko di kamar dulu ya..”, kulirik Ibu mertuaku dan kuhampiri beliau sambil berbisik. “Bu.., Indri adalah istri pertamaku, dan Ibu istri keduaku”, ujarku. Ibu mertuaku pun tersenyum dengan manisnya, sambil mencubit pinggangku. Hari itu benar benar dahsyat. Dua lubang, lubang memek dan lubang anus Ibu mertuaku sudah aku rasakan. ***** Pada hari keenam liburan kami di desa Gl, aku dan istriku terpaksa harus pulang ke Jakarta, karena dikantor istriku ada keperluan mendadak dan membutuhkan kehadiran Istriku.

Mau tidak mau aku dan Istriku membatalkan semua acara liburan kami di kota S. Kulihat Ibu mertuaku tampak sedih dan murung, beliau bilang sama Bapak mertuaku kalau beliau masih kangen sama kami, dan kalau menunggu hari raya nanti, rasanya terlalu lama buat beliau. Padahal itu adalah alasan Ibu mertuaku, Ibu mertuaku masih belum mau berpisah denganku, kurayu istriku agar membujuk Bapak mertuaku, berkat bujukan istriku akhirnya Bapak mertuaku membolehkan ibu mertuaku ikut kami ke Jakarta. Ibu mertuaku sangat gembira sekali dan kulihat sekilas matanya melirik kearahku. Besoknya Aku memesan tiket kereta Argo Dwipangga, karena hari itu hari kerja, maka Akupun dengan mudah memperoleh tiket, Aku membeli empat tiket dan sedikit oleh-oleh untuk teman teman kami. Sesampainya aku dirumah, kami pun langsung berkemas kemas merapikan barang bawaan kami., Jam sudah menunjukan pukul 6:30 sore.

Saat aku hendak menuju kekamar mandi aku berpapasan dengan Ibu mertuaku yang hari itu tampak cantik sekali, kubisikan kepadanya, agar Ibu mertuaku tidak usah memakai celana dalam, ibu mertuakupun tersenyum penuh arti. Dengan diantar Pakde Man dan Bapak mertuaku Jam 8:30 malam kami tiba di stasiun Balapan, setelah menunggu sekitar kurang lebih setengah jam keretapun berangkat. Kuputar bangku tempat duduk kami, biar kami bisA saling berhadapan. Istriku duduk bersama anakku yang sudah teridur dipangkuan istriku sementara aku duduk bersama ibumertuaku. Setelah lewat stasiun yogyakarta, kulihat bangku disamping tempat duduk lami kosong.

Baca Juga :  Mbak Jamu Pancen Oyeeee

Berarti sudah tidak ada penumpang.., akupun pindah tempat duduk di sebelah kami, ternyata penumpang kereta hari ini tidak begitu penuh. Dinginnya AC di kereta membuat banyak penumpang yang menarik selimut dan tertidur dengan lelapnya. Kulihat istri dan ibu mertuaku pun sudah tertidur. Jam 2 pagi aku terbangun kulihat istri dan anakku masih tertidur, aku bangkit dengan perlahan lahan kucolek Ibu mertuaku, beliau membuka matanya, sstt, akupun memberi kode kepada Ibu mertuaku. perlahan lahan Ibu mertuaku bangkit, kulihat istri dan anakku masih tertidur. “Bu.. aku kepengen.. bisikku..”, Ibu mertuakupun tersenyum, kami berjalan ke arah belakang melewati penumpang lain yang masih lelap tertidur.

Sesampainya kami di gerbong belakang, tepat dibelakang gerbong kami, ternyata hanya ada beberapa penumpang yang sedang terlelap dan masih banyak kursi yang kosong. Setelah mendapat tempat duduk yang kurasa aman kuputar bangku didepan biar aman dan lega bagian tengahnya. Langsung kupeluk Ibu mertuaku, kamipun saling berpagutan, kuremas tetek Ibu mertuaku, dengan perasaan yang sangat berdebar, kubuka celanaku sampai sebatas lutut, kontolku sudah tegak dengan sempurna, kuangkat rok panjang Ibu mertuaku.. woww ternyata Ibu mertuaku sudah tidak memakai celana dalam lagi. “Kamu yang suruh.. katanya”, sambil memencet hidungku. Aku duduk di lantai kereta, badanku bersandarkan tempat duduk, Ibu mertuakupun bangkit mengangkangiku, perlahan-lahan di arahkan memeknya ke burungku yang sudah tidak sabar menerima sarangnya.

Diturunkan perlahan lahan dan bless.. amblas semua kontolku masuk kedalam tertelan lobang nikmat Ibu mertuaku yag sudah sangat basah sekali. “Ahh rintih kami bersamaan..” Goncangan kereta api dan goyangan naik turun pantat Ibu mertuaku menambah nikmatnya persetubuhan kami. Dengan cepat Ibu mertuaku menaik turunkan pantatnya, kami berdua bersetubuh dengan rintihan perlahan. takut kalau-kalau ada penumpang yang terbangun dan melihat perbuatan kami. Hanya beberapa menit saja.., “Aahh, hh.. Ibuu aku.. aku.. mau keluarr..”. “Cret.. cret.. crett..”

Kuangkat badanku dan kupeluk dengan erat tubuh Ibu mertuaku, tanpa sadar Ibu mertuakupun mengigit pundakku saat ejakulasi dan orgasme bersamaan hadir melanda dua insan manusia yang sedang lupa diri dan dilanda asmara. “Deg-deg-deg-deg”, suara jantungku, untungnya tidak ada seorangpun yang lewat.. modar mandir. Buru buru Aku dan Ibu mertuaku merapikan pakaian kami dan bergegas kembali kegerbong kami, kulihat anak dan istriku masih lelap tertidur, Aku dan Ibu mertuaku kembali keposisi kami masing-masing dan tertidur dengan senyum penuh kepuasan. Tamat

Incoming search terms:

cerita sex nikmatnya di pangku saudara

Cerita Sex Sedarah Dengan Bibi

$
0
0

Cerita Sex Sedarah Dengan Bibi – Kulihat bibi tidur tidak berselimut, karena biarpun kamar bibi memakai AC, tapi kelihatan AC-nya diatur agar tidak terlalu dingin. Posisi tidur bibi telentang dan bibi hanya memakai baju daster merah muda yang tipis. Dasternya sudah terangkat sampai di atas perut, sehingga terlihat CD mini yang dikenakannya berwarna putih tipis, sehingga terlihat belahan kemaluan bibi yang ditutupi oleh rambut hitam halus kecoklat-coklatan.

Buah dada bibi yang tidak terlalu besar tapi padat itu terlihat samar-samar di balik dasternya yang tipis, naik turun dengan teratur.Walaupun dalam posisi telentang, tapi buah dada bibi terlihat mencuat ke atas dengan putingnya yang coklat muda kecil.

Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar-benar terangsang hebat. Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi menjadi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur.

Perlahan-lahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara hati-hati kuletakkan dengan lembut pada belahan kemaluan bibi yang mungil itu yang masih ditutupi dengan CD. Perlahan-lahan tanganku mulai mengelus-elus kemaluan bibi dan juga bagian paha atasnya yang benar-benar licin putih mulus dan sangat merangsang.

Terlihat bibi agak bergeliat dan mulutnya agak tersenyum, mungkin bibi sedang mimpi, sedang becinta dengan paman. Aku melakukan kegiatanku dengan hati-hati takut bibi terbangun. Perlahan-lahan kulihat bagian CD bibi yang menutupi kemaluannya mulai terlihat basah, rupanya bibi sudah mulai terangsang juga. Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya menggeliat-geliat perlahan-lahan.

Aku makin tersangsang melihat pemandangan itu.Cepat-cepat kubuka semua baju dan CD-ku, sehingga sekarang aku bertelanjang bulat. Penisku yang 19 cm itu telah berdiri kencang menganguk-angguk mencari mangsa. Dan aku membelai-belai buah dadanya, dia masih tetap tertidur saja. Aku tahu bahwa puting dan klitoris bibiku tempat paling suka dicumbui, aku tahu hal tersebut dari film-film bibiku.

Lalu tanganku yang satu mulai gerilya di daerah vaginanya. Kemudian perlahan-lahan aku menggunting CD mini bibi dengan gunting yang terdapat di sisi tempat tidur bibi.Sekarang kemaluan bibi terpampang dengan jelas tanpa ada penutup lagi. Perlahan-lahan kedua kaki bibi kutarik melebar, sehingga kedua pahanya terpentang. Dengan hati-hati aku naik ke atas tempat tidur dan bercongkok di atas bibi.

Kedua lututku melebar di samping pinggul bibi dan kuatur sedemikian rupa supaya tidak menyentuh pinggul bibi. Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping tangan bibi, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas bibi.Tangan kiriku memegang batang penisku. Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan bibi yang telah basah itu. Kepala penisku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bibir kemaluan bibi. Terdengar suara erangan perlahan dari mulut bibi dan badannya agak mengeliat, tapi matanya tetap tertutup.

Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir kemaluan bibi.Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir kemaluan bibi. Dari mulut bibi tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum bibi sadar, aku sudah harus menaklukan kemaluan bibi dengan menempatkan posisi penisku di dalam lubang vagina bibi. Sebab itu segera kupastikan letak penisku agar tegak lurus pada kemaluan bibi. Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.Kelihatan sejenak kedua paha bibi bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan penisku ke dalam lubang kemaluanku.

Badannya tiba-tiba bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan siap untuk berteriak. Dengan cepat tangan kiriku yang sedang memegang penisku kulepaskan dan buru-buru kudekap mulut bibi agar jangan berteriak. Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi dengan cepat.

Badan bibi tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan kiriku.”Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas.Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat, kelihatan bibi sangat kaget dan mungkin juga kesakitan akibat penisku yang besar menerobos masuk ke dalam kemaluannya dengan tiba-tiba.

Meskipun bibi merontak-rontak, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Karena gerakan-gerakan bibi dengan kedua kaki bibi yang meronta-ronta itu, penisku yang telah terbenam di dalam vagina bibi terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam vagina bibi.

Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya bertumpu pada tempat tidur kulepaskan. Sekarang seluruh badanku menekan dengan rapat ke atas badan bibi, kepalaku kuletakkan di samping kepala bibi sambil berbisik kekuping bibi.”Bii.., bii.., ini aku Eric. Tenang bii.., sshheett.., shhett..!” bisikku.

Bibi masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku. Sambil tetap mendekap mulut bibi, aku menjilat-jilat kuping bibi dan pinggulku secara perlahan-lahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur.Perlahan-lahan badan bibi yang tadinya tegang mulai melemah.Kubisikan lagi ke kuping bibi, “Bii.., tanganku akan kulepaskan dari mulut bibi, asal bibi janji jangan berteriak yaa..?”Perlahan-lahan tanganku kulepaskan dari mulut bibi.Kemudian Bibi berkata, “Riic.., apa yang kau perbuat ini..? Kamu telah memperkosa Bibi..!”Aku diam saja, tidak menjawab apa-apa, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat dan tanganku mulai memijit-mijit buah dada bibi, terutama pada bagian putingnya yang sudah sangat mengeras.

Rupanya meskipun wajah bibi masih menunjukkan perasaan marah, akan tetapi reaksi badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai terangsang itu. Melihat keadaan bibi ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi.Akhirnya dari mulut bibi terdengar suara, “Oohh.., oohh.., sshh.., sshh.., eemm.., eemm.., Riicc.., Riicc..!”Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up.Dalam posisi ini, penisku menghujam kemaluan bibi dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang kemaluan bibi.

Kepalaku tepat berada di atas kepala bibi yang tergolek di atas kasur. Kedua mataku menatap ke bawah ke dalam mata bibi yang sedang meram melek dengan sayu. Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis. Selang sejenak setelah merasa pasti bahwa bibi telah dapat kutaklukan, aku berhenti dengan kegiatanku. Setelah mencabut penisku dari dalam kemaluan bibi, aku berbaring setengah tidur di samping bibi. Sebelah tanganku mengelus-elus buah dada bibi terutama pada bagian putingnya.

“Eehh.., Ric.., kenapa kau lakukan ini kepada bibimu..!” katanya.Sebelum menjawab aku menarik badan bibi menghadapku dan memeluk badan mungilnya dengan hati-hati, tapi lengket ketat ke badan. Bibirku mencari bibinya, dan dengan gemas kulumat habis. Woowww..! Sekarang bibi menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut lidahku yang menari-nari di mulutnya.

Selang sejenak kuhentikan ciumanku itu.Sambil memandang langsung ke dalam kedua matanya dengan mesra, aku berkata, “Bii.. sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Bibi, Bibi sangat cantik lagi ayu..!”Sambil berkata itu kucium lagi bibirnya selintas dan melanjutkan perkataanku, “Setiaap kali melihat Bibi bermesrahan dengan Paman, aku kok merasa sangat cemburu, seakan-akan Bibi adalah milikku, jadi Bibi jangan marah yaa kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri ingin memiliki Bibi seutuhnya.

“Selesai berkata itu aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak tergesa-gesa.Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan-akan ingin menghirup napasnya dan belahan jiwanya masuk ke dalam diriku. Ini kulakukan dengan perasaan cinta kasih yang setulus-tulusnya. Rupanya bibi dapat juga merasakan perasaan sayangku padanya, sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan tidak kalah mesra juga.Beberapa lama kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang di samping bibi, sehingga bibi dapat melihat keseluruhan badanku yang telanjang itu.”Iih.., gede banget barang kamu Ricc..! Itu sebabnya tadi Bibi merasa sangat penuh dalam badan Bibi.” katanya, mungkin punyaku lebih besar dari punya paman.

Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya. Ciumanku mulai dari mulutnya turun ke leher dan terus kedua buah dadanya yang tidak terlalu besar tapi padat itu. Pada bagian ini mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua buah dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan.Sementara aksiku sedang berlangsung, badan bibi menggeliat-geliat kenikmatan. Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya. Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang ramping, datar dan mulus. Maklum, bibi belum pernah melahirkan. Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada lembah di antara kedua paha yang putih mulus itu.Pada bagian kemaluan bibi, mulutku dengan cepat menempel ketat pada kedua bibir kemaluannya dan lidahku bermain-main ke dalam lubang vaginanya.

Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat gundukan daging kecil pada bagian atas lubang kemaluannya. Segera terasa badan bibi bergetar dengan hebat dan kedua tangannya mencengkeram kepadaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya yang menegang dengan kuat.Keluhan panjang keluar dari mulutnya, “Oohh.., Riic.., oohh.. eunaakk.. Riic..!”Sambil masih terus dengan kegiatanku itu, perlahan-lahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala bibi dan dengan setengah berjongkok.

Posisi batang kemaluanku persis berada di depan kepala bibi. Rupanya bibi maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku dipegang oleh tangan bibi dan ditarik ke bawah. Kini terasa kepala penis menerobos masuk di antara daging empuk yang hangat. Ketika ujung lidah bibi mulai bermain-main di seputar kepala penisku, suatu perasaan nikmat tiba-tiba menjalar dari bawah terus naik ke seluru badanku, sehingga dengan tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku.Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling hisap-mengisap, jilat-menjilat seakan-akan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama lain.

Beberapa saat kemudian aku menghentikan kegiatanku dan berbaring telentang di samping bibi. Kemudian sambil telentang aku menarik bibi ke atasku, sehingga sekarang bibi tidur tertelungkup di atasku. Badan bibi dengan pelan kudorong agak ke bawah dan kedua paha bibi kupentangkan. Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sehingga dengan terasa penisku yang panjang dan masih sangat tegang itu langsung terjepit di antara kedua bibir kemaluan bibi.Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat bibi dan sentakan ke atas pantatku, maka penisku langsung menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi. Amblas semua batangku.

“Aahh..!” terdengar keluhan panjang kenikmatan keluar dari mulut bibi.Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan bahwa bibi sudah mau klimaks. Bibi tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku. Kulihat wajahnya yang cantik, matanya setengah terpejam dan rambutnya yang panjang tergerai, sedang kedua buah dadanya yang kecil padat itu bergoyang-goyang di atasku.Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul bibi yang sedang berayun-ayun di atasku.

Batang penisku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika bibi bergerak naik turun di atasku. Hal ini membuatku jadi makin terangsang. Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam penisku mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku.

Kemudian air maniku tanpa dapat ditahan menyemprot dengan keras ke dalam lubang vagina bibi, yang pada saat bersamaan pula terasa berdenyut-denyut dengan kencangnya disertai badannya yang berada di atasku bergetar dengan hebat dan terlonjak-lonjak. Kedua tangannya mendekap badanku dengan keras.

Pada saat bersamaan kami berdua mengalami orgasme dengan dasyat. Akhirnya bibi tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari mulut bibi terlihat senyuman puas.”Riic.., terima kasih Ric. Kau telah memberikan Bibi kepuasan sejati..!”Setelah beristirahat, kemudian kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling membersihkan diri satu sama lain.

Sementara mandi, kami berpelukan dan berciuman disertai kedua tangan kami yang saling mengelus-elus dan memijit-mijit satu sama lain, sehingga dengan cepat nafsu kami terbangkit lagi. Dengan setengah membopong badan bibi yang mungil itu dan kedua tangan bibi menggelantung pada leherku, kedua kaki bibi kuangkat ke atas melingkar pada pinggangku dan dengan menempatkan satu tangan pada pantat bibi dan menekan, penisku yang sudah tegang lagi menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.

Baca Juga :  Ngentotin dua Bersaudara

“Aaughh.. oohh.. oohh..!” terdengar rintihan bibi sementara aku menggerakan-gerakan pantatku maju-mundur sambil menekan ke atas.Dalam posisi ini, dimana berat badan bibi sepenuhnya tertumpu pada kemaluannya yang sedang terganjel oleh penisku, maka dengan cepat bibi mencapai klimaks.”Aaduhh.. Riic.. Biibii.. maa.. maa.. uu.. keluuar.. Riic..!” dengan keluhan panjang disertai badannya yang mengejang,

bibi mencapai orgasme, dan selang sejenak terkulai lemas dalam gendonganku.Dengan penisku masih berada di dalam lubang kemaluan bibi, aku terus membopongnya. Aku membawa bibi ke tempat tidur. Dalam keadaan tubuh yang masih basah kugenjot bibi yang telah lemas dengan sangat bernafsu, sampai aku orgasme sambil menekan kuat-kuat pantatku. Kupeluk badan bibi erat-erat sambil merasakan airmaniku menyemprot-nyemprot, tumpah dengan deras ke dalam lubang kemaluan bibi, mengisi segenap relung-relung di dalamnya.  Tamat

Sensasi Sex Ditonton Pembantu

$
0
0

Sensasi Sex Ditonton Pembantu – Apa kabar temen-temen pembaca setia cerita sexs, semoga kalian diberi kesehatan dan rejeki yang berlimpah. Hhe. Disini saya akan menceritakan pengalaman sexs pribadi saya, dimana cerita ini bisa dikatakan lucu dan menyebalkan. Wajib untuk memperkenalkan dulu sebelum bercerita, perkenalkan nama saya Brahma, usia saya sekarang 31tahun, status saya sekarang sudah berkeluarga.

Istri saya bernama Nadia, usia dia 33 tahun, kisah sexs ini menceritakan tentang hubungan saya dengan istri saya. Awal mula pertemuan saya dengan istri saya adalah ketika saya pindah kantor, dimana disitu tempat istri saya bekerja. Kehidupan rumah tangga kami amatlah harmonis dan dalam rumah tangga kami ini selama 4 tahun ini sangatlah baik karena kami saling terbuka, dan saling jujur.

Itulah kunci keharmonisan keluarga kami, karena semua itu kami bisa saling percaya satu sama lain. Jika berbicara masalah kehidupan sexs, dalam berhubungan sexs kami selalu saling terbuka terhadap apa yang masing-masing ingin kami fantasikan. Jujur saja kami memang suka menonton film Dewasa, karena kami suka menonton Film Dewasa, fantasi dalam hubungan sexs kami jadi amatlah banyak.

Sebelum kami menikah, kami sempat bercerita tentang pengalaman sexs pada saat kami berpacaran. Nadia ini dulunya adalah salah satu gadis idaman di kantornya. Gambaran Nadia sebagai berikut, tinggi badan 167 cm, body padat berisi, berkulit putih mulus terawat. Nadia ini mempunyai wajah khas orang jawa, wajah ayu ( karena dia keturunan orang jawa ).

Tidak sedikit teman-teman kantor Nadia yang sering mengajak hangout, sekedar untuk makan malam dan nonton saja. Walaupun istriku sering hangout dengan teman-temanya, tapi selama itu Nadia hanya menjalaninya sebagai teman saja dan tidak lebih dari itu. Dari awal aku berpacaran dengan istriku aku sudah tahu kalau dia tidak lagi perawan, tapi bagiku tidak menjadi masalah, karena aku juga sama saja.

Pengalaman sexs istriku mulai berkembang ketika dia duduk dibangku perkuliahannya dulu. Pada waktu itu kami sering melakukan hubungan sexs, dan saya sering menyuruh Nadia untuk bercerita tentang pengalaman sexsnya dulu ketika sebelum berpacaran dengan saya. Aku tidak marah ketika dia bercerita, tapi sebaliknya aku sangatlah suka saat dia bercerita tentang pengalaman sexnya.

Istriku dulu sering menceritakan tentang pengalamannya ketika pertama kali diperawani oleh pacar pertamanya. Dia selalu memuji pacar pertamanya karena punya Kejantanan yang lebih besar dari dan panjang daripada cowok keduanya. Tapi cowok kedua Nadia itu tidak pernah bersetubuh dengan Nadia, karena pacar keduanya takut bila Nadia hamil.

Tapi Pacar keduanya hampir setiap hari meminta Hand Job dan Blow Job kepada Nadia hampir setiap hari. Yang sering diceritakan Nadia hanya kedua pacarnya itu saja. Aku termasuk Pacar Nadia yang ke 6, terkadang Istriku meminta saya menceritakan pengalaman saya dengan mantan pacarku ketika kami masih berpacaran.

Kisah sexs dari mantan-mantan kami itu, sering membuat perasaan kami menjadi tidak karuan. Dari mulai rasa horny, cemburu, dan rasa ingin tahu. Sering kami saling bermasturbasi bersama dengan bergantian menceritakan cerita-cerita Sexs semacam itu. Bahkan pada saat kami bersetubuh terkadang kami menyebut nama mantan kami masing-masing dan hal itu menjadikan perrcintaan kami menjadi sangat liar.

Pada hari hari sabtu tepatnya tahun 2015 pada saat hari libur weekend, pada saat itulah pertama kalinya kami melakukan percobaan Sexs liar dan gila kami. Pada pagi itu ketika saya sedang asik menonton TV, tiba-tiba Nadia datang menghampiri saya,

“ Pah, ada acara nggak kamu hari ini ? ” tanya Nadia pada saya,

“ Nggak ada kayaknya deh Mah, emang kenapa Mah ? ” jawabku sembari balik bertanya,

“ Emmm… Gimana kalau kita cari ide gila Pah… Mamah lagi ingin cari sensasi bercinta yang baru nih… ” ucap Nadia mengajakku, sembari bersandar di samping saya,

“ ide gila apaan ya…? ” saut saya sambil mencoba berfikir.
tiba2 tangan Nadia bergerilya mengelus Kejantanan saya yang masih pulas tidur di dalam celana boxer saya .

“ ayolah masa ga ada ide? ” tanya Nadia mendesak saya

Tangan Nadia menurunkan celana boxer saya hingga terlihat utuh Kejantanan saya. melihat Kejantanan saya dalam posisi bebas langsung Nadia menyambarnya dengan mulut dan memainkannya dengan lidah. Merasakan permainan mulut dan lidah Nadia Kejantanan saya langsung tegap berdiri, lalu kami melakukan hubungan sex lagi di ruang tengah tempat kami nonton TV dan berkumpul.

Dirumah kami selain saya Nadia dan anak kami yang berumur 4thn juga ada sepupu Nadia dari jakarta yang kuliah dikota ini dan Asih seorang pembatu kami yang sekaligus baby sitter, Asih sudah sekitar 2 tahun bekerja di rumah kami umurnya masih muda 24 thn.hari ini anak saya tidak dirumah kakek dan neneknya mengajak anak saya bermalam di rumah mereka.

Mita sepupu Nadia sedari pagi tadi sudah keluar tidak tahu kemana. Tinggalah Asih pembantu saya yang tadi saya lihat di dapur memasak untuk sarapan kami, sekitar hampir sepuluh menit Nadia mainin Kejantanan saya dengan mulutnya kemudian saya mengangkat tshirt biru Nadia melepaskan dari tubuh montoknya. terlihat Payudara Nadia yang tak tertutup BH bergelayut bebas.

“ Kalau cari idenya sambil ML pasti dapet deh Pah… ” kata Nadia,

Belum sempat aku menjawab, Nadia sambil berdiri didepan saya tiba-tiba menurunkan hotpant-nya sekaligus celana dalam berwarna merah yang dia pakai. Nampaklah Vagina tembem kesukaan saya tersaji di depan mata saya, dengan cepat saya-pun menurunkan juga celana kolor yang saya kenakan sembari duduk dan melepaskah baju saya.

Sekarang kami-pun telanjang bulat dan saling berhadapan. Nadia pada saat itu tidak langsung mendekatkan tubuhnya pada saya, namun pada saat itu dia menaikkan kaki kanannya di samping paha saya. Dengan lembut dia mulai memainkan Vaginanya menggunakan tangan kirinya. Sementara tangan kirinya sibuk dengan Vaginanya, tangan kanannya-pun mulai meremas payuadaranya yang besar dan montok itu.

Ketika itu saya hanya melihat pemandangan itu sembari tangan kanan saya mulai mengocok Kejantanan saya yang telah berdiri tegang. Tidak lama setelah kami saling berfantasi, Nadia-pun mulai menempatkan Vaginanya tepat pada Kejantanan saya yang tegang dan siap tempur itu. Posisi Nadia sekarang duduk diatas saya dengan menyodorkan Payudaranya kearah muka saya.

Ketika itu Nadiapun mulai mendesah dengan nikmat menikmati tusukan Kejantanan saya dan hisapan saya pada putingnya secara bergantian. Kira-kira pada saat kami baru bersetubuh selama 10 menit, tiba-tiba terlihat dari belakang terlihat pembantu saya sedang berdiri dan terkejut ketika keluar dari pintu dapur. Hal itu tidak menjadikan hubungan sex kami terhenti begitu saja.

Saya-pun pada saat itu dengan pelan-pelan memberikan isyarat pada pembatu saya untuk tenang dan tidak bersuara. Ketika itu Pembantu saya yamg bernama Asih bukannya berlalu pergi, eh… dia malah bersandar di dinding dan memandangi kami yang sedang bersetubuh. Sungguh benar-benar bodoh sekali pembantu saya itu, hha… Karena melihat Asih menyaksikan aksi percintaan, kami-pun menjadi tambah terangsang dan makin liar saja,

“ Mah aku ada ide… gimana kalau kita bersetubuh dedepan orang saja” ucap saya sambil tetap menikmati permainan sexs Nadia,

“ Ssss… ahhh… ma… maksud Papah kita bersetubuh dan ditonton orang lain ? Gitukan Pah… wah… seru tuh kayaknya Pah, boleh-boleh tu pah …” sahut Nadia menyetujui ide saya,

Sambung Nadia lagi,

“ Tapi ngomong-ngomong siapa yang mau Papah suruh ngelihatin kita ? ” lanjut Nadia sambil menghentikan goyangannya sejenak,

“ Kamu maunya ditonton siapa ? ” tanya saya sambil meremas kedua Payudaranya.

“ Siapa aja deh Pah, yang penting apa ada yang melihat kita… ”sahut Nadia sambil melanjutkan gerakan permainan sexs di pangkuan saya,

Sambung Nadia sembari melanjutkan permainan sexs kami lagi,

“ Ouhhh… Ssss… Ahhh… Pah… baru ngebayangin aja, Mamah udah nggk tahan nih… ahhh… ” ucapnya sembari menggelijang sambil menggigit bibir bawahnya,

Lalu saya sedikit menoleh kearah Asih yang berdiri sambil memainkan bibirnya gemas melihat permainan kami, Asih hanya berdiri sambil merapatkan kedua kakinya dengan tangan dilipat kedepan sambil sesekali menekan-nekan Payudaranya.

“ Ouhh… Pah.. aaahhh… ” erang Nadia sambil mengejang tanda orgasmenya akan datang,

“ Ide Papah bagus tuh, ahhh… ngebayangin aja Mamah udah nggak tahan kayak gini , ouhhh… ” kata Nadia sembari terus bergoyang,

“ Nggak usah dibayangi Mah… dinikmati aja… lagian udah ada yang liatin kok dari tadi. ” kata saya menyadarkan Nadia kalau sedari tadi Asih sudah menikmati permainan sexs kami itu.

Seketika itu-pun Nadia terkejut dan menoleh ke kanan kiri dan akhirnya Nadia-pun melihat Asih di belakangnya yang sedang berdiri Dibelakangnya. Dengan wajah merah dan rasa malu mungki asih juga takut kalau Istriku memarahinya. Seketika Nadia langsung berdiri membelakangi saya dengan menutup tubuhnya dengan kedua tangannya itu.
“ Asih…. ngapain kamu berdiri disitu??? ” tanya Nadia dengan lantang,

Kelihatannya Nadia tidak suka dengan kehadiran Asih disana, namun sebelum Nadia meneruskan kata-katanya, dia langsung saya dorong, lalu tubuhnyapun menjadi posisi membungkuk dengan tangan di meja. Kemudian saya tancapkanlah Kejantanan saya pada Vagina Nadia.

Diiringi dengan gerakan saya, kejantanan saya-pun pada saat itu sudah menusuk dan tertanam dalam Vagina Nadia. Nadia-pun terkejut dan kembali mengerang keenakan merasakan tusukan saya yang menyentuh g-spotnya. Karena Nadia tadi memarahin Asih, dengan pelan-pelan asihpun melangkah dan hendak pergi,

“ Ouohhh… ahhhh… Asih kamu duduk saja di situ saja ssss… aahhh… ” perintah Nadia pada Asih sambil mendesah keenakan,

“ Aaagghhh…Pah Kejantanan kamu enak banget pah… ooohh…. ” teriak Nadia,

Nampaknya Nadia sudah mulai terbakar nafsu yang luar biasa setelah tau ada orang lain yang menonton permainan kami. Kemudian Asih-pun hanya duduk bersandar di sofa tepat disamping kami,

“ Sss… ahhh… Asih kamu pernah disetubuhu nggak, ouhh… ” tanya Nadia sambil memaju mundurkan pantatnya melawan gerakan pinggaang saya,

Ketika itu Asih hanya menggelengkan kepala tanda bahwa dia masih Perawan. Lalu Nadia mendorong tubuh saya kebelakang hingga Kejantanan saya tercabut dari Vaginanya. Nadia meraih lengan saya menariknya menuju Asih yang duduk disebelah kami,

“ Asih kamu jangan cerita sama siapa-siapa ya kejadian ini ” mohon Nadia pada Asih,

Sambung Nadia,

“ Sebagai imbalannya kamu boleh menonton kami bercinta kapan saja kamu mau… oke… ” tambah Nadia Asih hanya mengangguk tanda setuju sambil sesekali mencuri pandang pada Kejantanan saya yang tegap berdiri.

Baca Juga : Janda Muda Haus Seks

“ Pah, aku mau kasih lihat Asih ketika Kejantanan Papah muncratin sperma papah… ” kata Nadia sambil bersimpuh memainkan Kejantanan saya dengan tangannya dihadapan Asih .
Karena melihat mata Asih melihat kejantanan saya, saya-pun semakin terangsang hingga ujung Kejantanannya membesar maksimal,

“ Ingat Asih … kamu cuma boleh liat tapi ga boleh pegang oke… ” kata Nadia sambil mendekatkan bibirnya ke Kejantanan saya,

Ketika itu, ketika Nadia mengkulum kejantananku dan Asih memandang pada Kejantanan saya, hal itu membuat cairan saya tak dapat tertahan lagi untuk saya semburkan pada Nadia. Sayapun segera mengeluarkan Kejantanan saya dan mengocoknya hingga cairan itu menyembur ke leher dan dada Nadia. Kemudian kaami segera membersihkan cairan-cairan tersebut dari tubuh kami.

Pada saat itu Asih-pun membantu kami dengan membersihkan cairan saya yang berceceran di karpet ruang tengah itu. Asih mungkin terlalu lugu untuk melihat tontonan seperti itu. Semenjak hari itu selama tidak ada orang lain selain saya Nadia dan Asih, saya dan istri saya sering bercinta di sembarang tempat pada rumah kami.

Terkadang Asih hanya lewat saja sembari sesekali berhenti utnuk menyaksikan kami dan langsung pergi lagi. Mungkin dia melakukan hal itu karena takut jika sampai Asih menginginkan persetubuhan, atau saja dia jijik melihat kami berdua bersetubuh. Hha… Tapi terserah Asih mau berkata apa, yang penting kami puas melakukan hubungan sexs dengan sensasi yang aneh dan liar. Selesai.

Incoming search terms:

cerita sex ditonton pembantu, mama penggoda cerita sex, mamah orgasme, tante haus sex umur 45 tahun

Cerita Sex Dewasa Mesum Terbaru

$
0
0

Cerita Sex Dewasa Mesum Terbaru – Namaku Mia, karyawati sebuah bank swasta terkenal, yang semenjak beberapa lama aku mengalami frigiditas dalam persetubuhan, terutama sejak melahirkan anak pertamaku. Atas anjuran suamiku, aku dibawa suamiku ke dukun yang bernama Ki Alugoro yang bermukim di desa kecil di luar Jakarta untuk menyembuhkan frigiditasku.

Sejak itu, setelah sembuh, gairahku untuk bersetubuh malah jadi menggebu-gebu, mungkin karena dalam rangka penyembuhan tersebut aku harus mau menuruti semua persyaratan yang diajukan oleh Ki Alugoro, antara lain diurut dengan semacam obat dalam keadaan telanjang bulat dan disetubuhi olehnya (waktu itu disetujui dan malah disaksikan oleh suamiku).

Akupun setuju asal aku dapat sembuh dari frigiditasku. Dan mungkin karena kontol Ki Alugoro memang benar-benar besar, lagi pula dia pandai sekali mencumbu den membangkitkan gairahku, ditambah dengan ramuan-ramuan yang diberikan olehnya, maka sekarang aku benar-benar sembuh dari frigiditasku, dan menjadi wanita dengan gairah seks yang lumayan tinggi. Hanya saja, karena ukuran kontol suamiku jauh lebih kecil dari kontol Ki Alugoro, maka dengan sendirinya suamiku tidak pernah bisa memuaskanku dalam bersetubuh.

Apakah aku harus datang lagi ke tempat Ki Alugoro dengan pura-pura belum sembuh? (padahal supaya aku disetubuhi lagi olehnya). Mula-mula terbersit pikiran untuk berbuat begitu, tapi setelah kupikir-pikir lagi kok gengsi juga ya? Masak seorang istri baik-baik datang ke laki-laki lain supaya disetubuhi walaupun kalau mengingat kontol Ki Alugoro yang luar biasa besar itu aku sering tidak bisa tidur dan gairahku untuk bersetubuh memuncak habis.

Sering-sering aku harus memuaskan diri dengan dildo yang kubeli tempo hari di depan suamiku sehabis kami bersetubuh karena suamiku tidak bisa memuaskan diriku. Malah sering suamiku sendiri yang merojok-rojokkan dildo itu ke dalam tempikku.

Untunglah, entah karena mengerti penderitaanku atau tidak, ternyata suamiku mempunyai angan-angan untuk melakukan persetubuhan three in one atau melihat aku disetubuhi oleh laki-laki lain, terutama setelah dia melihat aku disetubuhi Ki Alugoro tempo hari. Pantesan sejak itu, sebelum bercinta, dia selalu mengawalinya dengan angan-angannya. Angan-angan yang paling merangsang bagi suamiku, adalah membayangkan aku bersetubuh dengan laki-laki lain dengan kehadiran suamiku, seperti dengan Ki Alugoro tempo hari. Setelah beberapa lama dia menceritakan angan-angannya tersebut, suatu hari dia bertanya bahwa apakah aku mau merealisasikan angan-angan tersebut. Pada awalnya aku pura-pura mengira dia cuma bercanda. Namun dia semakin mendesakku untuk melakukan itu, aku bertanya apakah dia serius. Dia jawab, ”Ya aku serius!” Kemudian dia berkata, bahwa motivasi utamanya adalah untuk membuatku bahagia dan mencapai kepuasan setinggi-tingginya. Karena dengan melihat wajahku ketika mencapai orgasme dengan Ki Alugoro tempo hari, selain sangat merangsang juga memberikan kepuasan tersendiri bagi dirinya (rupanya, waktu melihat tempikku dianceli kontol gede Ki Alugoro, diam-diam dia mengocok-ngocok kontolnya sendiri sampai orgasme.)

Tentu saja hal itu sebetulnya sangat aku harapkan. Inilah yang namanya dildo dicinta, kontolpun tiba. Secara terus terang, seperti aku tuturkan diatas, aku tidak pernah merasa puas dengan kontol suamiku yang kecil, terutama setelah tempikku dianceli oleh kontol Ki Alugoro yang luar biasa itu. Wah, rasanya sampai tidak bisa aku katakan.

Kuakui selama ini aku juga sering mengalami gejolak birahi yang tiba-tiba muncul, apalagi di pagi hari apabila malamnya kami melakukan persetubuhan karena suamiku tidak dapat melakukannya secara sempurna dan aku tidak sampai orgasme.

Rupanya angan-angan seksual suamiku tersebut bukan hanya merupakan sekadar angan-angan saja akan tetapi dia sangat bersikeras untuk dapat mewujudkannya menjadi suatu kenyataan dan suamiku terus membujukku agar aku mau membantunya dalam melaksanakan angan-angannya (padahal sebenarnya aku sudah sangat mengharapkan, kapan rencana itu diwujudkan?). Tetapi untuk meyakinkan keseriusannya aku pura-pura terpaksa mengalah dan berjanji akan membantunya sepanjang aku dapat melakukannya dan kutanyakan apakah dia tidak cemburu melihat istrinya ditelanjangi dan tempiknya dianceli dengan kontol orang lain? Dia bilang sama sekali tidak.

”Karena aku hanya ingin melihat kau bahagia dan terpuaskan dalam persetubuhan” jawabnya mantab waktu itu.
”Tentu saja aku akan mencarikan kau temanku yang mempunyai kontol besar dan keras. Setidak tidaknya sama dengan kontol Ki Alugoro tempo hari” janjinya lebih lanjut.

Sejak itu dia rajin menawarkan nama-nama temannya untuk mensetubuhiku.

”Terserah kaulah, kan kau yang punya rencana aku disetubuhi temanmu” jawabku waktu itu.

Akhirnya di suatu hari suamiku berbisik padaku, ”Aku telah mengundang Edo untuk menginap di sini malam ini”

Hatiku berdebar keras mendengar kata-kata suamiku itu, karena Edo teman suamiku itu adalah salah seorang idola di sekolahku dulu dan dia adalah cowok yang menjadi rebutan cewek-cewek dan sangat kudambakan jadi pacarku semasa SMA. Suamikupun kenal baik dengan dia karena kami memang berasal dari satu kota kabupaten yang tidak seberapa besar. Terus terang kuakui bahwa penampilan Edo sangat oke. Bentuk tubuhnya pun lebih tinggi, lebih kekar dan lebih atletis dari tubuh suamiku karena dia dulu jago basket dan olah raga yudo. Walaupun Edo adalah cowok yang kudambakan semasa SMA dulu, tetapi kami belum pernah berpacaran karena dia memang agak acuh terhadap cewek dan disamping itu, banyak sainganku cewek-cewek yang mengejar-ngejar dia. Apalagi waktu itu sudah menjelang EBTANAS, dan setelah itu dia sibuk dengan persiapan masuk universitas. Waktu itu aku kelas 1, sedang dia kelas 3 SMA.

Ketika Edo datang, aku sedang mematut-matut diri dan memilih gaun yang seksi dengan belahan dada yang cukup rendah agar aku terlihat menarik. Dari cermin rias di kamar tidurku, kuamati gaun yang kukenakan terlihat sangat ketat melekat pada tubuhku sehingga lekukan-lekukan tubuhku terlihat dengan jelas. Susuku kelihatan sangat menonjol membentuk dua buah bukit daging yang indah. Tubuhku memang ramping dan berisi. Susuku yang subur juga kelihatan sangat kenyal. Demikian pula pantatku yang cenderung nonggeng itu menonjol seakan menantang laki-laki yang melihatnya. Dengan perutku yang masih cukup rata dengan kulitku yang puber (putih bersih) membuat tubuhku menjadi sangat sempurna. Apalagi wajahku memang tergolong cantik. Dan terus terang, dari dulu aku memang bangga dengan tubuh dan wajahku. Tiba-tiba aku baru tersadar, pantas saja suamiku mempunyai angan-angan untuk melihat aku disetubuhi oleh laki laki-lain. Ingin membandingkan dengan film BF yang sering kami lihat mungkin.

Setelah mematut-matut diri, aku keluar untuk menyediakan makan malam. Setelah makan malam, Edo dan suamiku duduk mengobrol di teras belakang rumah dengan santai sambil menghabiskan beberapa kaleng bir yang dicampur dengan sedikit minuman keras pemberian teman suamiku yang baru pulang dari luar negeri. Tidak berapa lama aku pun ikut duduk minum bersama mereka. Malam itu hanya kami berdua ditambah Edo saja di rumah. Pembantuku yang biasa menginap, tadi siang telah kuberikan istirahat untuk pulang ke rumahnya selama beberapa hari, sedang anakku satu-satunya tadi siang dijemput mertuaku untuk menginap di rumahnya.
Ketika hari telah makin malam dan udara mulai terasa dingin, tiba-tiba suamiku berbisik kepadaku, ”Aku telah bicara dengan Edo mengenai rencana kita. Dia setuju malam ini menginap di sini.

”Tapi walaupun demikian kalau kamu kurang cocok dengan pilihanku ini, kamu tidak usah takut berterus terang padaku!” bisik suamiku selanjutnya.
”Tapi kujamin kontolnya memang gede, aku beberapa kali melihatnya waktu kencing di kantor. Tapi soal kekerasannya, kamu sendiri yang dapat membuktikannya nanti” lanjutnya lagi.

Mendengar bisikan suamiku itu, diam-diam hatiku gemetar sambil bersorak gembira, tetapi aku pura-pura diam saja, tidak menunjukkan sikap yang menolak atau menerima. Dalam hati aku mau lihat bagaimana reaksinya nanti bila aku benar-benar bersetubuh dengan laki-laki lain. Apakah dia nanti tidak akan cemburu melihat istrinya disetubuhi lelaki lain secara sadar dan seluruh bagian tubuh istrinya yang sangat rahasia dilihat dan dinikmati oleh laki-laki lain yang sudah amat dia kenal (kalau dengan Ki Alugoro kan dalam rangka penyembuhan?).

Tidak berapa lama kemudian aku masuk ke kamar dan berganti pakaian memakai baju tidur tipis tanpa BH, sehingga susuku, terutama pentil susuku yang besar itu terlihat membayang di balik baju tidur.

Ketika aku keluar kamar, baik suamiku maupun Edo kelihatan terpana untuk beberapa saat.

Akan tetapi mereka segera bersikap biasa kembali dan suamiku langsung berkata, ”Ayo..!” katanya dengan senyum penuh arti kepada kami berdua dan kamipun segera masuk ke kamar tidur.

Di kamar tidur suamiku mengambil inisiatif lebih dulu dengan mulai menyentuh dan melingkarkan tangan di dadaku dan menyentuh susuku dari luar baju tidur.

Melihat itu, Edo mulai mengelus-elus pahaku yang terbuka, karena baju tidurku tersingkap ke atas. Dengan berpura-pura tenang aku segera merebahkan diri tengkurap di atas tempat tidur. Sebenarnya nafsuku sudah mulai naik karena tubuhku dijamah oleh seorang laki-laki yang tidak lain adalah idolaku waktu di SMA dulu, apalagi aku dalam keadaan hanya memakai sehelai baju tidur tipis tanpa BH. Akan tetapi kupikir aku harus berpura-pura tetap tenang untuk melihat inisiatif dan aktivitas Edo dalam memancing gairah birahiku. Aku ingin tahu sampai seberapa kemahirannya.

Beberapa saat kemudian kurasakan bibir Edo mulai menyusur bagian yang sensitif bagiku yaitu bagian leher dan belakang telinga. Merasakan gesekan-gesekan itu aku berpikir bahwa inilah saat untuk merealisasikan angan-angan suamiku. Seperti mengerti keinginanku, Edo mulai mengambil alih permainan selanjutnya. Aku langsung ditelentangkan di pinggir ranjang, kemudian tangannya yang kiri mulai memegang sambil memijit-mijit susuku yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang kanan mengelus-elus dan memijit-mijit bibir tempikku yang masih dibalut celana dalam, sambil mulutnya melumat bibirku dengan gemas. Tangan Edo yang berada di susuku mulai memelintir dengan halus ujung pentilku yang besar dan mulai mengeras.

Masih dalam posisi terlentang, kurasakan jemari Edo. terus meremas-remas susuku dan memilin-milin pentilnya. Saat itu sebenarnya nafsuku belum begitu meninggi, tetapi rupanya Edo termasuk jagoan juga karena terbukti dalam waktu mungkin kurang dari 5 menit aku mulai mengeluarkan suara mendesis yang tak bisa kutahan. Kulihat dia tersenyum dan menghentikan aktivitasnya.

Kini Edo mulai membuka baju tidurku dan beberapa saat kemudian aku merasakan tarikan lembut di pahaku. Lalu aku merasakan hembusan lembut hawa dingin AC di tempikku yang berarti celana dalamku telah dilepas oleh Edo. Kini Edo telah menelanjangi diriku sampai aku benar-benar dalam keadaan telanjang bulat tanpa ada sehelai benangpun yang menutupi tubuhku.

Aku hanya bisa pasrah saja merasakan gejolak birahi dalam diriku ketika tubuhku ditelanjangi laki-laki idolaku dihadapan suamiku sendiri.

Kulirik Edo penuh nafsu menatap tubuhku yang telah telanjang bulat sepuas-puasnya.

Aku benar-benar tidak dapat melukiskan betapa perasaanku saat itu. Aku ditelanjangi oleh laki-laki idolaku dan yang sebenarnya aku harapkan kehadirannya.

Belum pernah aku bertelanjang bulat di hadapan laki-laki lain, kecuali dengan Ki Alugoro dalam keadaan setengah sadar dalam rangka penyembuhan tempo hari, apalagi dalam situasi seperti sekarang ini.

Aku merasa sudah tidak ada lagi rahasia tubuhku yang tidak diketahui Edo.

Maka, secara reflek dalam keadaan terangsang, aku mengusap-usap kontol Edo yang telah tegang dari luar celananya. Ini kelihatan karena bagian bawah celana Edo mulai menggembung besar. Aku mengira-ngira seberapa besar kontol Edo ini. Kemudian aku mengarahkan tanganku ke arah retsluiting celananya yang telah terbuka dan menyusupkan tanganku memegang kontol Edo yang ternyata memang telah ngaceng itu. Aku langsung tercekat ketika terpegang kontol Edo yang seperti kata suamiku ternyata memang besar.

Kulirik suamiku sedang membuka retsluiting celananya dan mulai mengelus-elus kontolnya sendiri. Dia kelihatan benar-benar sangat menikmati adegan ini. Tanpa berkedip dia menyaksikan tubuh istrinya digauli dan digerayangi oleh laki-laki lain.
Sebagai seorang wanita dengan nafsu birahi yang lumayan tinggi, keadaan ini mau tidak mau akhirnya membuatku terbenam juga dalam suatu arus birahi yang hebat. Jilatan-jilatan Edo pada bagian tubuhku yang sensitif membuatku bergelinjang dengan dahsyat menahan arus birahi yang mulai menjalari diriku dan tempikku.

Setelah beberapa saat aku memegang sambil mengelus-elus kontol Edo, tiba-tiba Edo berdiri dan membuka celana beserta celana dalamnya sehingga kontolnya tiba-tiba melonjak keluar, seakan-akan baru bebas dari kungkungan dan sekarang aku bisa melihatnya dengan jelas. Setelah membuka seluruh pakaiannya, kini Edo benar-benar bertelanjang bulat.

Sehingga aku dapat melihat dengan jelas ukuran kontol Edo dalam keadaan ngaceng, yang ternyata memang jauh lebih besar dan lebih panjang dari ukuran kontol suamiku. Bentuknya pun agak berlainan. kontol Edo ini mencuat lurus ke depan agak mendongak ke atas, sedang kontol suamiku jauh lebih kecil, agak tunduk ke bawah dan miring ke kiri. Aku betul-betul terpana melihat kontol Edo yang sangat besar dan panjang itu. kontol yang sebesar itu memang belum pernah aku lihat (waktu dengan Ki Alugoro aku tidak sempat memperhatikan seberapa besar kontolnya, karena aku agak malu-malu dan setengah sadar). Batang kontolnya kurang lebih berdiameter 5 cm dikelilingi oleh urat-urat yang melingkar dan pada ujung kepalanya yang sangat besar, panjangnya mungkin kurang lebih 18 cm, pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan rambut-rambut keriting yang lebat. Kulitnya kelihatan tebal, lalu ada urat besar disekeliling batangnya dan terlihat seperti kabel-kabel di dalam kulitnya. Kepala batangnya tampak kenyal, penuh, dan mengkilat.

Kemudian dia menyodorkan kontolnya tersebut ke hadapan wajahku.

Aku melirik ke arah suamiku, yang ternyata tambah asyik menikmati adegan ini sambil tersenyum puas dan mengelus-elus kontolnya, karena melihat aku kelihatan bernafsu menghadapi kontol yang sebesar itu. Aku sebenarnya sudah amat terangsang, tetapi untuk menunjukkan pada Edo, aku agak tidak enak hati.

Tapi entah kenapa, tanpa kusadari tiba-tiba aku telah duduk di tepi ranjang sambil menggenggam kontol itu yang terasa hangat dalam telapak tanganku. Kugenggam erat-erat, terasa ada kedutan terutama di bagian uratnya. Lingkaran genggamanku hampir penuh menggapai lingkaran batang kontolnya. Aku tidak pernah membayangkan bahwa aku akan pernah memegang kontol sebesar ini, dari seorang laki-laki lain secara sadar dan penuh nafsu dihadapan suamiku.

Kembali aku melirik kepada suamiku. Kulihat dia semakin bertambah asyik menikmati adegan ini, malah kali ini bukan hanya mengelus-elus, tetapi malah sambil mengocok kontolnya sendiri, yaitu adegan istrinya yang penuh nafsu birahi sedang digauli oleh laki-laki lain, yang juga merupakan idolaku dulu.

Tiba-tiba muncul nafsu hebat terhadap idolaku itu, sehingga dengan demonstratif kudekatkan mulutku ke kontol Edo, kujilati seluruh permukaannya dengan lidahku kemudian kukulum dan kuhisap-hisap dengan nafsu birahi yang membara. Aku merasa sudah kepalang basah maka aku akan nikmati kontol itu dengan sepuas-puasnya sebagaimana kehendak suamiku.

Kuluman dan hisapanku itu membuat kontol Edo yang memang telah berukuran besar itu menjadi bertambah besar, bertambah keras dan kepala kontolnya jadi tambah mengkilat merah keungu-unguan.. Dalam keadaan sangat bernafsu, kontol Edo yang sedang mengaceng keras dalam mulutku itu mengeluarkan semacam aroma yang khas yang aku namakan aroma lelaki.

Aroma itu menyebabkan gairah birahiku semakin memuncak dan lubang tempikku mulai terasa berdenyut-denyut hebat hingga secara tidak sadar membuatku bertambah gemas dan semakin menjadi-jadi menghisap kontol itu seperti hisapan sebuah vacuum cleaner.
Kuluman dan hisapanku yang amat bernafsu itu rupanya membuat Edo tidak tahan lagi. Tiba-tiba dia mendorong tubuhku sehingga telentang di atas tempat tidur.

Aku pun kini semakin nekat dan semakin bernafsu untuk melayaninya. Aku segera membuka kedua belah pahaku lebar-lebar.

”Do…” kataku pelan dan aku bahkan tidak tahu memanggilnya untuk apa.

Sambil berlutut mendekatkan tubuhnya diantara pahaku, Edo berbisik, ”Ssttt…………!” bisiknya sambil kedua tangannya membuka pahaku sehingga selangkanganku terkuak. Itu berarti bahwa sebentar lagi kontolnya akan bercumbu dengan tempikku. Benar saja, aku merasakan ujung kontolnya yang hangat menempel tepat di permukaan tempikku. Tidak langsung dimasukkan di lubangnya, tetapi hanya digesek-gesekkan di seluruh permukaan bibirnya, ini membuat tempikku tambah berdenyut-denyut dan terasa sangat nikmat. Dan makin lama aku makin merasakan rasa nikmat yang benar-benar bergerak cepat di sekujur tubuhku dimulai dari titik gesekan di tempikku itu.

Beberapa saat Edo melakukan itu, cukup untuk membuat tanganku meraih pinggangnya dan pahaku terangkat menjepit pinggulnya. Aku benar-benar menanti puncak permainan ini. Edo menghentikan aktivitasnya itu dan menempelkan kepala kontolnya tepat di antara bibir tempikku dan terasa bagiku tepat di ambang lubang tempikku. Aku benar-benar menanti tusukannya.

”Oocchh.. Ddoo, please..” pintaku memelas.

Sebagai wanita di puncak birahi, aku betul-betul merasa tidak sabar dalam kondisi seperti itu. Sesaat aku lupa kalau aku sudah bersuami, yang aku lihat cuma Edo dan kontolnya yang besar dan panjang. Ada rasa deg-deg plas, ada pula rasa ingin cepat merasakan bagaimana rasanya dicoblos kontol yang lebih besar dan lebih panjang.

”Ooouugghhh……” batinku yang merasa tak sabar benar untuk menunggunya.

Tiba-tiba aku merasakan sepasang jemari membuka bibir-bibir tempikku. Dan lebih dahsyat lagi aku merasakan ujung kontol Edo mulai mendesak di tengah-tengah lubang tempikku..

Aku mulai gemetar hebat, karena tidak mengira akan senikmat ini aku akan merasakan kenikmatan bersetubuh. Apalagi dengan orang yang menjadi idolaku, yang sangat kukagumi sejak dulu.

Perlahan-lahan Edo mulai memasukkan kontolnya ke dalam tempikku.

Aku berusaha membantu dengan membuka bibir tempikku lebar-lebar. Kelihatannya sangat sulit kontol sebesar itu masuk ke dalam lubang tempikku yang kecil.

Tangan Edo yang satu memegang pinggulku sambil menariknya ke atas, sehingga pantatku agak terangkat dari tempat tidur, sedangkan tangannya yang satu memegang batang kontolnya yang diarahkan masuk ke dalam lubang tempikku.

Pada saat Edo mulai menekan kontolnya, aku mulai mendesis-desis, ”Sssshhhhh…… Eddooo…… ppelan-ppelan Ddooo… ssshhhh…… desisku gemetar. Edo lalu menghentikan aktivitasnya sebentar untuk memberiku kesempatan untuk mengambil nafas, kemudian Edo melanjutkan kembali usahanya untuk memasukkan kontolnya. Setelah itu kontol Edo mulai terasa mendesak masuk dengan mantap. Sedikit demi sedikit aku merasakan terisinya ruangan dalam lubang tempikku. Seluruh tubuhku benar-benar merinding ketika merasakan kepala kontolnya mulai terasa menusuk mantap di dalam lubang tempikku, diikuti oleh gesekan dari urat-urat batang kontol itu setelahnya. Aku hanya mengangkang merasakan desakan pinggul Edo sambil membuka pahaku lebih lebar lagi.

Kini aku mulai merasakan tempikku terasa penuh terisi dan semakin penuh seiring dengan semakin dalamnya kontol itu masuk ke dalam lubang tempikku.

Sedikit suara lenguhan kudengarkan dari Edo ketika hampir seluruh kontolnya itu amblas masuk.

Aku sendiri tidak mengira kontol sebesar dan sepanjang tadi bisa masuk kedalam lubang tempikku yang kecil. Walaupun belum seluruh kontol Edo masuk ke dalam tempikku, rasanya seperti ada yang mengganjal dan untuk menggerakkan kaki saja rasanya agak aneh. Tetapi sedikit demi sedikit aku mulai bisa menyesuaikan diri dan menikmati rasa yang nyaman dan nikmat.

Ketika hampir seluruh batang kontol Edo telah amblas masuk ke dalam lubang tempikku, tanpa sengaja aku terkejang sehingga berakibat bagian dinding dalam tempikku seperti meremas batang kontol Edo. Aku agak terlonjak sejenak ketika merasakan kontol Edo seperti berkerojot di dalam lubang tempikku akibat remasan tersebut. Aku terlonjak bukan karena kontol itu merupakan kontol dari seorang laki-laki lain yang pertama yang kurasakan memasuki tubuhku selain kontol suamiku dan Ki Alugoro, akan tetapi karena aku merasakan kontol Edo memang terasa lebih istimewa dibandingkan kontol suamiku maupun kontol Ki Alugoro, baik dalam ukuran maupun ketegangannya.

Selama hidupku memang aku belum pernah melakukan persetubuhan dengan laki-laki lain selain dengan suamiku dan Ki Alugoro dan keadaan ini memberikan pengalaman baru bagiku. Aku tidak menyangka ukuran kontol seorang laki-laki berpengaruh besar sekali terhadap kenikmatan bersetubuh seorang wanita.

Oleh karena itu secara refleks aku mengangkat kedua belah pahaku tinggi-tinggi dan menjepit pinggang Edo erat-erat untuk selanjutnya aku mulai mengoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan tubuh Edo. Saat itu kakiku masih menjuntai di lantai karpet kamar. Tanganku memegangi lengannya yang mencengkeram pinggulku. Aku menariknya kembali ketika Edo menarik kontolnya dari tempikku. Tapi dan belum sampai tiga perempat kontolnya berada di luar tempikku, tiba-tiba dia menghujamkannya lagi dengan kuat.

Aku nyaris menjerit menahan lonjakan rasa nikmat yang disiramkan kepadaku secara tiba-tiba itu.

Begitulah beberapa kali Edo melakukan hujaman-hujaman ke dalam lubang tempikku tersebut. Setiap kali hujaman seperti menyiramkan rasa nikmat yang amat sangat ke tubuhku. Aku begitu terangsang dan semakin terangsang seiring dengan semakin seringnya permukaan dinding lubang tempikku menerima gesekan-gesekan dari urat-urat kontol Edo yang seperti kabel-kabel yang menjalar-jalar itu. Biasanya suamiku kalau bersetubuh semakin lama semakin cepat gerakannya, tetapi Edo melakukan gerakan yang konstan seperti mengikuti alunan irama musik evergreen yang sengaja aku setel sebelumnya.

Tapi anehnya, justru aku semakin bisa merasakan setiap milimeter permukaan kulit kontolnya dengan rytme seperti itu.

Tahap ini sepertinya sebuah tahap untuk melakukan start menuju ke sebuah ledakan yang hebat, aku merasakan tempikku baik bagian luar maupun dalam berdenyut-denyut hebat seiring dengan semakin membengkaknya rasa nikmat di area selangkanganku. Tubuh kami sebentar menyatu kemudian sebentar lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang semakin lama semakin cepat.

Sementara itu aku pun kembali melirik ke arah suamiku. Kulihat suamiku agak ternganga menyaksikan bagaimana diriku disetubuhi oleh Edo.

Melihat penampilan suamiku itu, timbul kembali rasa puas di hatiku, maka secara lebih demonstratif lagi kulayani permainan Edo sehebat-hebatnya secara aktif bagaikan adegan dalam sebuah BF. Keadaan ini tiba-tiba menimbulkan suatu kepuasan lain dalam diriku. Bukan saja disebabkan oleh kenikmatan persetubuhan yang sedang kualami bersama Edo, akan tetapi aku juga memperoleh suatu kepuasan lain karena aku telah dapat melaksanakan angan-angan suamiku. Suamiku menghendaki aku bersetubuh dengan laki-laki lain dan malam ini akan kulaksanakan sepuas-puasnya.

Tiba tiba Edo semakin mempercepat hunjaman-hunjaman kontolnya ke dalam lubang tempikku.

Tentu saja ini membuat aku semakin bernafsu sampai-sampai mataku terbeliak-beliak dan mulutku agak terbuka sambil kedua tanganku merangkul pinggulnya kuat-kuat. Aku tadinya tak menyangka sedikitpun kalau kontol Edo yang begitu besar mulai bisa dengan lancar menerobos lubang tempikku yang sempit dan sepertinya belum siap menerima hunjaman kontol dengan ukuran sedemikian besar itu. Terasa bibir tempikku sampai terkuak-kuak lebar dan seakan-akan tidak muat untuk menelan besar dan panjangnya kontol Edo. .

”Ooukkhhss.. sshhh.. Ddoo ..! Terrruusshh.. terrusshh.. Ddoo… mmmmhhhh…!” rintihku merasakan kenikmatan yang semakin lama semakin hebat ditempikku. .
”Hhhmmh.. tempikmu.. niikmaat.. sekalii.. Mmiiaaa.. uukkhh.. uukkhh..” Edo mulai mengeluarkan kata-kata vulgar yang malah menambah nafsu birahiku mendengarnya.

Gejolak birahi Edo ternyata makin menguasai tubuhnya dan tanpa canggung lagi ia terus menghunjam hunjamkan kontolnya mencari dan menggali kenikmatan yang ia ingin berikan kepadaku. Untuk tambah memuaskanku dan dirinya juga, batang kontol Edo terus menyusupi lubang tempikku sehingga akhirnya betul-betul amblas semuanya.

”Aarrggccchhhhhh…!!” aku melenguh panjang, kurasakan badanku merinding hebat, wajahku panas dan mungkin berwarna merah merona.

Mataku memandang Edo dengan pandangan sayu penuh arti meminta sesuatu, yaitu meminta diberi rasa nikmat yang sebesar-besarnya.

Edo kelihatan betul-betul terpana melihat wajahku yang diliputi ekspresi sensasional itu. Kemudian Edo tambah aktif lagi bergoyang menarik ulur batang kontolnya yang besar itu, sehingga dinding tempikku yang sudah dilumuri cairan kawin itu terasa tambah banjir dan licin.

Wajahku semakin lepas mengekspresikan rasa sensasi yang luar biasa yang tidak pernah aku perkirakan sebegitu nikmatnya. Saking begitu nikmatnya perasaan maupun tempikku disetubuhi oleh Edo, tanpa kusadari aku mulai berceloteh di luar sadarku, ”Ohhss.. sshhh.. enaakk.. sseekalii… kkontolmu Ddoo…!! Oougghh.. terusshh…. teerruusshh..!!! Aku mendesah, merintih dan mengerang sepuas-puasnya. Aku sudah lupa diri bahwa yang menyetubuhiku bukanlah suamiku sendiri. Yang ada di benakku hanyalah letupan birahi yang harus dituntaskan.

Dengan penuh nafsu kami saling berpelukan sambil berciuman. Nafas kami saling memburu kencang, lidah kami saling mengait dan saling menyedot, saling bergumul.

Edo mengambil inisiatif dengan menggenjot pantatnya yang tampak naik turun semakin cepat diantara selangkanganku yang semakin terbuka lebar, akupun mengangkat kedua kakiku tinggi-tinggi sambil kutekuk dan kusampirkan ke pundaknya, pantatku kuangkat untuk lebih memudahkan batang kontol Edo masuk seluruhnya dan menggesek syaraf-syaraf kenikmatan di rongga tempikku, akibatnya Edopun semakin mudah menyodokkan kontolnya yang panjang, besar dan keras itu keluar masuk sampai ke pangkal kontolnya hingga mengeluarkan suara berdecak-decak crot… crot… seperti suara bebek menyosor lumpur seiring dengan keluar masuknya kontol itu di dalam tempikku

Edo melihat ke arah selangkanganku, tempikku mencengkeram kontolnya erat sekali, ia tersenyum puas bisa menaklukkan tempikku, yang semakin basah membanjir penuh dengan lendir pelumas putih kental sehingga membasahi bulu-bulu jembutku yang tidak terlalu lebat maupun bulu-bulu jembutnya itu dan sekaligus juga batang kontolnya yang semakin tambah mengeras.

Edo mendengus-dengus bagai harimau terluka, genjotannya makin ganas saja. Mata Edo terlihat lapar menatap susuku yang putih montok dikelilingi bulatan coklat muda di tengahnya dan pentilku yang besar dan sudah begitu mengeras karena birahiku yang sudah demikian memuncak, maka tanpa menyia-nyiakan kesempatan Edo langsung menyedot pentil susuku yang begitu menantang itu.
Tubuhku menggelinjang hebat. Dan susukupun makin kubusungkan bahkan dadaku kugerakkan ke kiri dan ke kanan supaya kedua pentil susuku yang makin gatal itu mendapatkan giliran dari serbuan mulutnya.

Desahan penuh birahi langsung terlontar tak tertahankan begitu lidah Edo yang basah dan agak kasar itu menggesek pentil susuku yang peka.

Edo begitu bergairah menjilati dan menghisap susu dan pentilku di sela-sela desah dan rintihanku yang sedang menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini.
”Oouugghhss.. oouugghhss.. sshhhh… tteerruss Ddooo…” aku makin meracau tidak karuan, pikiranku sudah tidak jernih lagi, terombang ambing di dalam pusaran kenikmatan, terseret di dalam pergumulan persetubuhan dengan Edo, tubuh telanjangku serasa seenteng kapas melambung tinggi sekali.

Aku merasakan kenikmatan bagai air bah mengalir ke seluruh tubuhku mulai dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun terutama sekali di sekitar tempikku.

Tubuhku akhirnya mengejang sambil memeluk tubuh Edo erat sekali sambil menjerit-jerit kecil tanpa sadar.

”Aaaaccchhh…… Dddooo… mmmmmhhhhhh… konnttolmmmuuu… aakkkuu…… kkeeelluuaaarrrr……” jeritku keenakan.

Badan telanjangku terasa berputar-putar merasakan semburan kenikmatan yang dahsyat diterjang gelombang orgasme.

kontol Edo masih terus menggenjot lubang tempikku, dan aku hanya pasrah dipelukannya mengharapkan gelombang kenikmatan selanjutnya. Lebih dari sejam Edo menyetubuhiku tanpa henti, aku makin lama makin terseret di dalam kenikmatan pergumulan persetubuhan yang belum pernah kurasakan.

Tubuhku akhirnya melemas setelah aku menyemburkan lagi cairan kawinku untuk kesekian kalinya bersamaan dengan Edo yang juga rupanya sudah tidak tahan lagi dan……

”Aaacchhh….. oooccchhh… Mmiiaaa… teemmpiikkmmuuu…… nniikkkmaattttt… sseekkalliiii… adduuhhh…… aaakkuu.. kkekkeeeluaarrr…” erangnya sambil menyemburkan pejunya di dalam tempikku

Kemudian untuk beberapa saat Edo masih membiarkan kontolnya menancap di dalam tempikku.

Akupun tidak mencoba untuk melepas kontol itu dari tempikku.

Setelah agak beberapa lama, Edo mengeluarkan kontolnya yang ternyata masih berdiri dengan tegar walaupun sudah orgasme di lubang tempikku. Walaupun kontolnya masih sangat tegar berdiri dengan kerasnya, Edo menghentikan persetubuhan ini karena dia meminta suamiku menggantikannya untuk menyetubuhiku. Kini ganti dia yang akan menonton diriku disetubuhi oleh suamiku sendiri yang ternyata entah sejak kapan dia sudah bertelanjang bulat.

Suamiku dengan segera menggantikan Edo dan mulai menyetubuhi diriku dengan hebat. Kurasakan nafsu birahi suamiku sedemikian menyala-nyala sehingga sambil berteriak-teriak kecil dia menghunjamkan kontolnya yang kecil itu ke dalam lubang tempikku.
Akan tetapi apakah karena aku masih terpengaruh oleh pengalaman yang barusan kudapatkan bersama Edo, maka ketika suamiku menghunjamkan kontolnya ke dalam lubang tempikku, kurasakan kontol suamiku itu kini terasa hambar. Kurasakan otot-otot lubang tempikku tidak lagi sedemikian tegangnya menjepit kontol suamiku sebagaimana ketika kontol Edo yang berukuran besar dan panjang itu menerobos sampai ke dasar lubang tempikku. kontol suamiku kurasakan tidak sepenuhnya masuk ke dalam lubang tempikku dan terasa lebih lembek bahkan dapat kukatakan tidak begitu terasa lagi dalam lubang tempikku yang barusan diterobos oleh kontol yang begitu besar dan panjang.

Mungkin disebabkan pengaruh minuman alkohol yang terlalu banyak, atau mungkin juga suamiku telah berada dalam keadaan yang sedemikian rupa sangat tegangnya, sehingga hanya dalam beberapa kali saja dia menghunjamkan kontolnya ke dalam lubang tempikku dan dalam waktu kurang dari satu menit, suamiku telah mencapai puncak ejakulasi dengan hebat. Malahan karena kontol suamiku tidak berada dalam lubang tempikku secara sempurna, dia telah menyemprotkan separuh pejunya agak di luar lubang tempikku dengan berkali-kali dan sangat banyak sekali sehingga seluruh permukaan tempik sampai ke sela paha dan jembutku basah kuyup dengan peju suamiku.

Selanjutnya suamiku langsung terjerembab tidak bertenaga lagi terhempas kelelahan di sampingku. Sementara itu, karena aku pasif saja waktu disetubuhi suamiku, dan membayangkan kontol Edo yang luar biasa itu, maka aku sama sekali tidak kelelahan, malah nafsuku kembali memuncak. Bagaikan seekor kuda betina binal aku jadi bergelinjangan tidak karuan karena aku ingin mengalami puncak orgasme lagi dengan disetubuhi oleh Edo. Tapi yang disampingku kini suamiku, yang telah lemas dan tak berdaya sama sekali.

Oleh karena itu dengan perasaan kecewa berat aku segera bangkit dari tempat tidur dalam keadaan tubuh yang masih bertelanjang bulat hendak menuju kamar mandi yang memang berada di dalam kamar tidur untuk membersihkan cairan-cairan bekas persenggamaan yang melumuri selangkangan dan tubuhku.

Namun untunglah, seperti mengerti perasaanku, tiba-tiba Edo yang masih dalam keadaan bertelanjang bulat dan ngaceng kontolnya itu memelukku dari belakang sambil memagut serta menciumi leherku secara bertubi-tubi. Selanjutnya dia membungkukkan tubuhku ke pinggir ranjang. Aku kini berada dalam posisi menungging. Dalam posisi yang sedemikian Edo menusukkan kontolnya ke dalam tempikku dari belakang dengan garangnya.

Karena posisiku menungging, aku jadi lebih leluasa menggoyang-goyangkan pantatku, yang tentu saja tempikku juga ikut bergoyang ke kiri dan ke kanan.

Hal ini membuat Edo semakin bernafsu menghujam-hujamkan kontolnya ke dalam tempikku sehingga dengan cepat tubuhku kembali seperti melayang-layang merasakan kenikmatan yang tiada tara ini.

Tak berapa lama tubuhku mengejang dan…

”Dddooo…… oooccchhhh… aacchhh… Ddooo… akk… aakkuu… mmaaauu… kkkeelluuuaaaarrrrrr……” rintihku sambil mencengkeram pinggir ranjang, aku telah mencapai puncak persetubuhan terlebih dahulu.

Begitu aku sedang mengalami puncak orgasme, Edo menarik kontolnya dari lubang tempikku, sehingga seluruh tubuhku terasa menjadi tidak karuan, kurasakan lubang tempikku berdenyut agak aneh dalam suatu denyutan yang sangat sukar sekali kulukiskan dan belum pernah kualami.

Namun walaupun sudah orgasme, aku masih berkeinginan sekali untuk melanjutkan persetubuhan ini. Dalam keadaan yang sedemikian tiba-tiba Edo yang masih bertelanjang bulat sebagaimana juga diriku, menarikku dan mengajakku tidur bersamanya di kamar tamu di sebelah kamarku.

Bagaikan kerbau dicocok hidung, aku mengikuti Edo ke kamar sebelah. Kami berbaring di ranjang sambil berdekapan dalam keadaan tubuh masing-masing masih bertelanjang bulat bagaikan sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu.

Kemudian Edo melepaskan pelukannya dan menelentangkan diriku lalu dengan bernafsu menciumi susuku dan menyedot-nyedot pentilnya yang mancung itu sehingga aku kembali merasakan suatu rangsangan birahi yang hebat. Tidak lama kemudian tubuh kami kami pun udah bersatu kembali dalam suatu permainan persetubuhan yang dahsyat.

Kali ini rupanya Edo ingin mengajakku bersetubuh dengan cara yang lain. Mula-mula Edo membalikkan tubuhku sehingga posisiku kini berada di atas tubuhnya.

Selanjutnya dengan spontan kuraih kontol Edo dan memandunya ke arah lubang tempikku. Kemudian kutekan tubuhku agak kuat ke tubuh Edo dan mulai mengayunkan tubuhku turun-naik di atas tubuhnya. Mula-mula secara perlahan-lahan akan tetapi lama-kelamaan semakin cepat dan kuat sambil berdesah-desah kecil, ”Occhhh… oocchhh… acchhh… sssshhhh…” desahku dibuai kenikmatan.

Sementara itu Edo dengan tenang telentang menikmati seluruh permainanku sampai tiba-tiba kurasakan suatu ketegangan yang amat dahsyat dan dia mulai mengerang-erang kecil, ”Oocchhh… oocchhh… Mmiiaaaa… ttteeemmpppiikkmuuu… mmmhhhhh…”

Akupun semakin cepat menggerakkan tubuhku turun-naik di atas tubuh Edo dan nafasku pun semakin memburu berpacu dengan hebat menggali seluruh kenikmatan tubuh laki-laki yang berada di bawahku.

Tidak berapa lama kemudian aku menjadi terpekik kecil melepaskan puncak ejakulasi dengan hebat.

”Ooooccchhhhh…… mmmmhhhhhh… ooocccchhhh…… mmmmhhhhhh……” pekikku keenakan dan tubuhkupun langsung terkulai menelungkup di atas tubuh Edo.

Tapi ternyata Edo belum sampai pada puncaknya. Maka tiba-tiba dia bangkit dengan suatu gerakan yang cepat. Kemudian dengan sigap dia menelentangkan tubuhku di atas tempat tidur dan mengangkat tinggi-tinggi kedua belah pahaku ke atas sehingga lubang tempikku yang telah basah kuyup oleh lendir kawin tersebut menjadi terlihat jelas menganga dengan lebar. Selanjutnya Edo mengacungkan kontolnya yang masih berdiri dengan tegang itu ke arah lubang tempikku dan menghunjamkan kembali kontolnya tersebut ke lubang tempikku dengan garang.

Aku menjadi terhentak bergelinjang kembali ketika kontol Edo mulai menerobos dengan buasnya ke dalam tubuhku dan membuat gerakan mundur-maju dalam lubang tempikku. Aku pun kini semakin hebat menggoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan turun-naiknya kontol Edo yang semakin lama semakin cepat merojok-rojokkan kontol besarnya ke lubang tempikku.

Aku merasakan betapa lubang tempikku menjadi tidak terkendali berusaha menghisap dan melahap kontol Edo yang teramat besar dan panjang itu sedalam-dalamnya serta melumat seluruh otot-ototnya yang kekar dengan rakusnya.

Selama pertarungan itu beberapa kali aku terpekik agak keras karena kontol Edo yang tegar dan perkasa itu menggesek bagian paling dalam tempikku (mungkin titik itu yang dinamakan G-Spot atau titik gairah seksual tertinggi wanita)

Akhirnya, bersamaan dengan orgasmeku yang entah ke berapa kali aku tak ingat lagi, kulihat Edo tiba juga pada puncaknya.
”Mmmiiiaaaa… ooocchhh…………… ooocccchhhhhh… Mmmiiiiaaaaaaaa…………………… ttteeemmmppikkkmmmuuu… ooccchhhsss… aakkkuu… kkkellluuaaarrrrrr……” rintihnya dengan mimik wajah yang sangat luar biasa dia menyebut-nyebut namaku sambil mengeluarkan kata-kata vulgarnya lagi dan melepaskan puncak ejakulasinya secara bertubi-tubi menyemprotkan seluruh pejunya di dalam tempikku dalam waktu yang amat panjang.

Sementara itu kontolnya tetap dibenamkannya sedalam-dalamnya di lubang tempikku sehingga seluruh pejunya terhisap dalam tempikku sampai titik penghabisan.

Selanjutnya kami terhempas kelelahan ke tempat tidur dengan tubuh yang tetap menyatu. Selama kami tergolek, kontol Edo masih tetap terbenam dalam tempikku, dan aku pun memang tetap berusaha menjepitnya erat-erat karena tidak ingin segera kehilangan benda tersebut dari dalam tubuhku.

Setelah beberapa lama kami tergolek melepaskan lelah, Edo mulai bangkit dan menciumi wajahku dengan lembut yang segera kusambut dengan mengangakan mulutku sehingga kini kami terlibat dalam suatu adegan cium yang mesra penuh dengan perasaan.
Sementara itu tangannya dengan halus membelai-belai rambutku sebagaimana seorang suami yang sedang mencurahkan cinta kasihnya kepada istrinya.

Suasana romantis ini akhirnya membuat gairah kami muncul kembali.

Kulihat kontol Edo mulai kembali menegang tegak sehingga secara serta merta Edo segera menguakkan kedua belah pahaku membukanya lebar-lebar untuk kemudian mulai memasukkan kontolnya ke dalam tempikku kembali. Berlainan dengan suasana permulaan yang kualami tadi, dimana kami melakukan persetubuhan dalam suatu pertarungan yang dahsyat dan liar. Kali ini kami bersetubuh dalam suatu gerakan yang santai dalam suasana yang romantis dan penuh perasaan. Kami menikmati sepenuhnya sentuhan-sentuhan tubuh telanjang masing-masing dalam suasana kelembutan yang mesra bagaikan sepasang suami istri yang sedang melakukan kewajibannya.

Aku pun dengan penuh perasaan dan dengan segala kepasrahan melayani Edo sebagaimana aku melayani suamiku selama ini. Keadaan ini berlangsung sangat lama sekali dan kubisikkan padanya bahwa ada bagian tertentu di dalam tempikku yang kalau tersentuh kontolnya, dapat menghasilkan rasa nikmat yang amat sangat.

Baca Juga :  Main Sex Rame-Rame

Edopun kelihatannya mengerti dan berusaha menyentuh bagian itu dengan kontolnya. Keadaan ini berakhir dengan tibanya kembali puncak persenggamaan kami secara bersamaan. Inilah yang belum pernah kualami, bahkan kuimpikanpun belum pernah. Mengalami orgasme secara bersama-sama dengan pasangan bersetubuh!

Rasanya tak bisa kulukiskan dengan kata kata. Kami kini benar-benar kelelahan dan langsung tergolek di tempat tidur untuk kemudian terlelap dengan nyenyak dalam suatu kepuasan yang dalam.

Semenjak pengalaman kami malam itu, aku selalu terbayang-bayang kehebatan Edo. Tetapi entah kenapa suamiku malah tidak pernah membicarakan lagi soal angan-angan seksualnya dan tidak pernah menyinggung lagi soal itu. Padahal aku malah ingin mengulanginya lagi. Karena apa yang kurasakan bersama suamiku sama sekali tidak sehebat sebagaimana yang kualami bersama Edo. Kuakui malam itu Edo memang hebat. Walaupun telah beberapa waktu berlalu namun bayangan kejadian malam itu tidak pernah berlalu dalam benakku. Malam itu aku telah merasakan suatu kepuasan persetubuhan yang luar biasa hebatnya yang belum pernah aku alami selama ini. Bahkan dengan Ki Alugoropun tidak sehebat ini, karena dengan Edo aku merasakan orgasme berkali-kali, sedang dengan Ki Alugoro cuma sekali.

Dan walaupun telah beberapa kali menyetubuhiku, Edo masih tetap saja kelihatan bugar. kontolnya pun masih tetap ngaceng dan berfungsi dengan baik melakukan tugasnya keluar-masuk lubang tempikku dengan tegar hingga membuatku menjadi agak kewalahan. Aku telah terkapar lunglai dengan tidak putus-putusnya mengerang kecil karena terus-menerus mengalami puncak orgasme dengan berkali-kali namun kontol Edo masih tetap ngaceng bertahan. Inilah yang membuatku terkagum-kagum. Terus terang kuakui bahwa selama melakukan persetubuhan dengan suamiku, aku tidak pernah mengalami puncak orgasme sama sekali. Apalagi dalam waktu yang berkali-kali dan secara bertubi-tubi seperti malam itu.

Sehingga, karena desakan birahi yang selalu datang tiap hari, dengan diam-diam aku masih menjalin hubungan dengan Edo tanpa sepengetahuan suamiku. Awalnya di suatu pagi Edo berkunjung ke rumahku pada saat suamiku sudah berangkat ke tempat tugasnya. Secara terus terang saat itu dia minta kepadaku untuk mau disetubuhi.

Mulanya aku pura-pura ragu memenuhi permintaannya itu. Akan tetapi karena aku memang mengharapkan, akhirnya aku menyetujui permintaan tersebut. Apalagi kebetulan anakku juga lagi ke sekolah diantar pembantuku. Sehingga kubiarkan saja dia menyetubuhiku di rumahku sendiri.

Hubungan sembunyi-sembunyi itu rupanya membawa diriku ke dalam suatu alam kenikmatan lain tersendiri. Misalnya ketika kami bersetubuh secara terburu-buru di ruang tamu yang terbuka, kurasakan suatu sensasi kenikmatan yang hebat dan sangat menegangkan. Keadaan ini membawa hubunganku dan Edo semakin berlanjut. Demikianlah sehingga akhirnya aku dan Edo sering melakukan persetubuhan tanpa diketahui oleh suamiku. Pernah kami melakukan persetubuhan yang liar di luar rumah, yaitu di taman dibelakang rumah, sambil menatap awan-awan yang berarak, ternyata menimbulkan sensasi tersendiri dan kenikmatan yang ambooii.

”Mestinya pemerintah memperbolehkan rakyatnya melakukan persetubuhan di tempat terbuka, asal tidak terdapat unsur paksaan!” anganku saat itu.

Aku berpikir, kalau melakukan persetubuhan di tempat terbuka dengan disaksikan oleh orang lain, pasti lebih nikmat lagi deh!

Sampai di suatu hari, Edo membisikkan rencananya kepadaku bahwa ia ingin bercinta secara three in one, tetapi bukan satu cewek dua cowok, tetapi satu cowok dua cewek. Maksudnya dia minta aku melibatkan satu orang temen cewekku untuk bersetubuh bersama.

Mula-mula aku agak kaget dibuatnya, tetapi aku pikir-pikir boleh juga ya, hitung-hitung buat menambah pengalaman dalam bersetubuh.

”Wuih, pasti lebih seru nih” pikirku dalam hati sambil membayangkan kenikmatan di tempikku, apalagi sambil melihat juga Edo bersetubuh dengan cewek lain.
”Eh, tapi.. aku cemburu nggak ya? Tapi biarlah, ini kan suatu sensasi lain yang belum pernah kualami” pikirku lagi.

Aku malah menambahkan usul kepada Edo, bagaimana kalau dilakukan di taman belakang rumah, habis asik sih! Lagipula aku memang punya temen (namanya Lina) yang ketika aku ceritain soal pengalamanku dengan Ki Alugoro maupun dengan Edo, keliatannya dia bernafsu banget dan pengin ikut-ikutan menikmati, boleh secara three in one ataupun sendiri sendiri, katanya.

Soalnya kontol suaminya memang berukuran kecil dan pendek, apalagi suaminya sekarang lagi bertugas ke luar negeri dalam waktu yang lama, sehingga dia selalu kesepian di rumahnya yang besar itu.

Ketika hal itu aku katakan pada Edo, dia langsung setuju dan menanyakan kapan hal itu akan dilaksanakan?

Tentu saja aku jawab secepatnya. Keesokan harinya, sehabis berbelanja di salah satu mall aku mampir ke rumah Lina dan menceriterakan tentang rencanaku tersebut.

Tentu saja dia sangat setuju dan antusias sekali mendengarnya, tetapi dia mengajukan sebuah syarat, yaitu itu dilakukan di taman di tepi kolam renang di belakang rumahnya. Tamat

Cerita Sex Ngentot Istri Orang

$
0
0

Cerita Sex Ngentot Istri Orang – Nama saya Diana. Saya sedang bingung sekali saat ini. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Karenanya saya akan mencoba menceritakan sedikit pengalaman hidup saya yang baru saya hadapi baru-baru ini.

Saya berumur 27 tahun. Saya sudah berkeluarga dan sudah mempunyai anak satu. Saya menikah dengan seorang pria bernama Niko. Niko adalah suami yang baik. Kami hidup berkecukupan. Niko adalah seorang pengusaha yang sedang meniti karir.

Karena kesibukannya, dia sering pergi keluar kota. Dia kasihan kepada saya yang tinggal sendiri dirumah bersama anak saya yang berusia 2 tahun. Karenanya ia lantas mengajak adiknya yang termuda bernama Roy yang berusia 23 tahun untuk tinggal bersama kami. Roy adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah PTS. Kehidupan rumah tangga saya bahagia, hingga peristiwa terakhir yang saya alami.

Selama kami menikah kehidupan seks kami menurut saya normal saja. Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan orgasme. Tahulah, saya dari keluarga yang kolot. Memang di SMA saya mendapat pelajaran seks, tetapi itu hanya sebatas teori saja. Saya tidak tahu apa yang dinamakan orgasme.

Saya memang menikmati seks. Saat kami melakukannya saya merasakan nikmat. Tetapi tidak berlangsung lama. Suami saya mengeluarkan spermanya hanya dalam 5 menit. Kemudian kami berbaring saja. Selama ini saya sangka itulah seks. Bahkan sampai anak kami lahir dan kini usianya sudah mencapai dua tahun. Dia seorang anak laki-laki yang lucu.

Di rumah kami tidak mempunyai pembantu. Karenanya saya yang membersihkan semua rumah dibantu oleh Roy. Roy adalah pria yang rajin. Secara fisik dia lebih ganteng dari suami saya. Suatu ketika saat saya membersihkan kamar Roy, tidak sengaja saya melihat buku Penthouse miliknya. Saya terkejut mengetahui bahwa Roy yang saya kira alim ternyata menyenangi membaca majalah ‘begituan’.

Lebih terkejut lagi ketika saya membaca isinya. Di Penthouse ada bagian bernama Penthouse Letter yang isinya adalah cerita tentang fantasi ataupun pengalaman seks seseorang. Saya seorang tamatan perguruan tinggi juga yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik.

Saya tidak menyangka bahwa ada yang namanya oral seks. Dimana pria me’makan’ bagian yang paling intim dari seorang wanita. Dan wanita melakukan hal yang sama pada mereka. Sejak saat itu, saya sering secara diam-diam masuk ke kamar Roy untuk mencuri-curi baca cerita yang ada pada majalah tersebut.

Suatu ketika saat saya sibuk membaca majalah itu, tidak saya sadari Roy datang ke kamar. Ia kemudian menyapa saya. Saya malu setengah mati. Saya salting dibuatnya. Tapi Roy tampak tenang saja. Ketika saya keluar dari kamar ia mengikuti saya.

Saya duduk di sofa di ruang TV. Ia mengambil minum dua gelas, kemudian duduk disamping saya. Ia memberikan satu gelas kepada saya. Saya heran, saya tidak menyadari bahwa saya sangat haus saat itu. Kemudian ia mengajak saya berbicara tentang seks. Saya malu-malu meladeninya. Tapi ia sangat pengertian. Dengan sabar ia menjelaskan bila ada yang masih belum saya ketahui.

Tanpa disadari ia telah membuat saya merasa aneh. Excited saya rasa. Kini tangannya menjalari seluruh tubuh saya. Saya berusaha menolak. Saya berkata bahwa saya adalah istri yang setia. Ia kemudian memberikan argumentasi bahwa seseorang baru dianggap tidak setia bila melakukan coitus. Yaitu dimana sang pria dan wanita melakukan hubungan seks dengan penis pada liang kewanitaan.

Ia kemudian mencium bagian kemaluan saya. Saya mendorong kepalanya. Tangannya lalu menyingkap daster saya, sementara tangan yang lain menarik lepas celana dalam saya. Ia lalu melakukan oral seks pada saya. Saya masih mencoba untuk mendorong kepalanya dengan tangan saya. Tetapi kedua tangannya memegang kedua belah tangan saya. Saya hanya bisa diam. Saya ingin meronta, tapi saya merasakan hal yang sangat lain.

Tidak lama saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya alami seumur hidup saya. Saya mengerang pelan. Kemudian dengan lembut menyuruhnya untuk berhenti. Ia masih belum mau melepaskan saya. Tetapi kemudian anak saya menangis, saya meronta dan memaksa ingin melihat keadaan anak saya. Barulah ia melepaskan pegangannya. Saya berlari menemui anak saya dengan beragam perasaan bercampur menjadi satu.

Ketika saya kembali dia hanya tersenyum. Saya tidak tahu harus bagaimana. Ingin saya menamparnya kalau mengingat bahwa sebenarnya ia memaksa saya pada awalnya. Tetapi niat itu saya urungkan. Toh ia tidak memperkosa saya. Saya lalu duduk di sofa kali ini berusaha menjaga jarak. Lama saya berdiam diri.

Ia yang kemudian memulai pembicaraan. Katanya bahwa saya adalah seorang wanita baru. Ya, saya memang merasakan bahwa saya seakan-akan wanita baru saat itu. Perasaan saya bahagia bila tidak mengingat suami saya. Ia katakan bahwa perasaan yang saya alami adalah orgasme. Saya baru menyadari betapa saya telah sangat kehilangan momen terindah disetiap kesempatan bersama suami saya.

Hari kemudian berlalu seperti biasa. Hingga suatu saat suami saya pergi keluar kota lagi dan anak saya sedang tidur. Saya akui saya mulai merasa bersalah karena sekarang saya sangat ingin peristiwa itu terulang kembali. Toh, ia tidak berbuat hal yang lain.

Saya duduk di sofa dan menunggu dia keluar kamar. Tapi tampaknya dia sibuk belajar di kamar. Mungkin dia akan menghadapi mid-test atau semacamnya. Saya lalu mencari akal supaya dapat berbicara dengannya. Saya kemudian memutuskan untuk mengantarkan minuman kedalam kamar.

Disana ia duduk di tempat tidur membaca buku kuliahnya. Saya katakan supaya dia jangan lupa istirahat sambil meletakkan minuman diatas meja belajarnya. Ketika saya permisi hendak keluar, ia berkata bahwa ia sudah selesai belajar dan memang hendak istirahat sejenak. Ia lalu mengajak saya ngobrol. Saya duduk ditempat tidur lalu mulai berbicara dengannya.

Tidak saya sadari mungkin karena saya lelah seharian, saya sambil berbicara lantas merebahkan diri diatas tempat tidurnya. Ia meneruskan bicaranya. Terkadang tangannya memegang tangan saya sambil bicara. Saat itu pikiran saya mulai melayang teringat kejadian beberapa hari yang lalu.

Melihat saya terdiam dia mulai menciumi tangan saya. Saat saya sadar, tangannya telah berada pada kedua belah paha saya, sementara kepalanya tenggelam diantara selangkangan saya. Oh, betapa nikmatnya. Kali ini saya tidak melawan sama sekali. Saya menutup mata dan menikmati momen tersebut.

Nafas saya semakin memburu saat saya merasakan bahwa saya mendekati klimaks. Tiba-tiba saya merasakan kepalanya terangkat. Saya membuka mata bingung atas maksud tujuannya berhenti. Mata saya terbelalak saat memandang ia sudah tidak mengenakan bajunya. Mungkin ia melepasnya diam-diam saat saya menutup mata tadi.

Tidak tahu apa yang harus dilakukan saya hanya menganga saja seperti orang bodoh. Saya lihat ia sudah tegang. Oh, betapa saya ingin semua berakhir nikmat seperti minggu lalu. Tangan kirinya kembali bermain diselangkangan saya sementara tubuhnya perlahan-lahan turun menutupi tubuh saya.

Perasaan nikmat kembali bangkit. Tangan kanannya lalu melolosi daster saya. Saya telanjang bulat kini kecuali bra saya. Tangan kirinya meremasi buah dada saya. Saya mengerang sakit. Tangan saya mendorong tangannya, saya katakan apa sih maunya. Dia hanya tersenyum.

Saya mendorongnya pelan dan berusaha untuk bangun. Mungkin karena intuisinya mengatakan bahwa saya tidak akan melawan lagi, ia meminggirkan badannya. Dengan cepat saya membuka kutang saya, lalu rebah kembali. Ia tersenyum setengah tertawa. Dengan sigap ia sudah berada diatas tubuh saya kembali dan mulai mengisapi puting susu saya sementara tangan kanannya kembali memberi kehidupan diantara selangkangan saya dan tangan kirinya mengusapi seluruh badan saya.

Selama kehidupan perkawinan saya dengan Niko, ia tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini saat kami melakukan hubungan seks. Seakan-akan seks itu adalah buka, mulai, keluar, selesai. Saya merasakan diri saya bagaikan mutiara dihadapan Roy.

Kemudian Roy mulai mencium bibir saya. Saya balas dengan penuh gairah. Sekujur tubuh saya terasa panas sekarang. Kemudian saya rasakan alatnya mulai mencari-cari jalan masuk. Dengan tangan kanan saya, saya bantu ia menemukannya. Ketika semua sudah pada tempatnya, ia mulai mengayuh perahu cinta kami dengan bersemangat.

Kedua tangannya tidak henti-hentinya mengusapi tubuh dan dada saya. Saya hanya bisa memejamkan mata saya. Aduh, nikmatnya bukan kepalang. Tangannya lalu mengalungkan kedua tangan saya pada lehernya. Saya membuka mata saya. Ia menatap mata saya dengan sejuta arti. Kali ini saya tersenyum. Ia balas tersenyum. Mungkin karena gemas melihat saya, bibirnya lantas kembali memagut.

Oh, saya merasakan waktunya telah tiba. Kedua tangan saya menarik tubuhnya agar lebih merapat. Dia tampaknya mengerti kondisi saya saat itu. Ini dibuktikannya dengan mempercepat laju permainan. Ahh, saya mengerang pelan. Kemudian saya mendengar nafasnya menjadi berat dan disertai erangan saya merasakan kemaluan saya dipenuhi cairan hangat.

Sejak saat itu, saya dan dia selalu menunggu kesempatan dimana suami saya pergi keluar kota untuk dapat mengulangi perbuatan terkutuk itu. Betapa nafsu telah mengalahkan segalanya. Setiap kali akan bercinta, saya selalu memaksanya untuk melakukan oral seks kepada saya. Tanpa itu, saya tidak dapat hidup lagi. Saya benar-benar memerlukannya.

Dia juga sangat pengertian. Walaupun dia sedang malas melakukan hubungan seks, dia tetap bersedia melakukan oral seks kepada saya. Saya benar-benar merasa sangat dihargai olehnya.

Ceritanya dulu suami saya Niko punya komputer. Kemudian oleh Roy disarankan agar berlangganan internet. Menurutnya juga dapat dipakai untuk berbisnis. Suami saya setuju saja. Pernah Roy melihat saya memandangi Niko saat dia menggunakan internet, kemudian dia tanya kepada saya, apa saya kepingin tahu.

Niko yang mendengar lalu menyuruh Roy untuk mengajari saya menggunakan komputer dan internet. Pertama-tama saya suka karena banyak yang menarik. Hanya tinggal tekan tombol saja. Bagus sekali. Tetapi saya mulai bosan karena saya kurang mengerti mau ngapain lagi.

Saat itulah Roy lalu menunjukkan ada yang namanya Newsgroup di internet. Saat pertama kali baca saya terkejut sekali. Banyak berita dan pendapat yang menarik. Tetapi waktu saya tidak terlalu banyak. Saya harus mengurus anak saya. Dia baru dua tahun. Saya sayang sekali kepadanya. Kalau sudah tersenyum dapat menghibur saya walaupun dalam keadaan sedih.

Saya tidak mengerti program ini. Hanya Roy ajarkan kalau mau menulis tekan tombol ini. Terus begini, terus begini, dan seterusnya. Tetapi saya tidak cerita-cerita sama dia kalau kemarin saya sudah kirim berita ke Newsgroup. Takut dia marah sama saya. Saya hanya bingung mau cerita sama siapa. Masalahnya saya benar-benar sudah terjerumus. Saya tidak tahu bagaimana harus menghentikannya.

Kini saya bagaikan memiliki dua suami. Saya diperlakukan dengan baik oleh keduanya. Saya tahu suami saya sangat mencintai saya. Saya juga sangat mencintai suami saya. Tetapi saya tidak bisa melupakan kenikmatan yang telah diperkenalkan oleh Roy kepada saya.

Suami saya tidak pernah curiga sebab Roy tidak berubah saat suami saya ada di rumah. Tetapi bila Niko sudah pergi keluar kota, dia memperlakukan saya sebagaimana istrinya. Dia bahkan pernah memaksa untuk melakukannya di kamar kami. Saya menolak dengan keras. Biar bagaimana saya akan merasa sangat bersalah bila melakukannya ditempat tidur dimana saya dan Niko menjalin hubungan yang berdasarkan cinta.

Saya katakan dengan tegas kepada Roy bahwa dia harus menuruti saya. Dia hanya mengangguk saja. Saya merasa aman sebab dia tunduk kepada seluruh perintah saya. Saya tidak pernah menyadari bahwa saya salah. Benar-benar salah.

Suatu kali saya disuruh untuk melakukan oral seks kepadanya. Saya benar benar terkejut. Saya tidak dapat membayangkan apa yang harus saya lakukan atas ‘alat’nya. Saya menolak, tetapi dia terus memaksa saya. Karena saya tetap tidak mau menuruti kemauannya, maka akhirnya ia menyerah.

Kejadian ini berlangsung beberapa kali, dengan akhir dia mengalah. Hingga terjadi pada suatu hari dimana saat saya menolak kembali dia mengancam untuk tidak melakukan oral seks kepada saya. Saya bisa menikmati hubungan seks kami bila dia telah melakukan oral seks kepada saya terlebih dahulu.

Saya tolak, karena saya pikir dia tidak serius. Saya berpikir bahwa dia masih menginginkan seks sebagaimana saya menginginkannya. Ternyata dia benar-benar melakukan ancamannya. Dia bahkan tidak mau melakukan hubungan seks lagi dengan saya. Saya bingung sekali. Saya membutuhkan cara untuk melepaskan diri dari kerumitan sehari-hari. Bagi saya, seks merupakan alat yang dapat membantu saya menghilangkan beban pikiran.

Selama beberapa hari saya merasa seperti dikucilkan. Dia tetap berbicara dengan baik kepada saya. Tetapi setiap kali saya berusaha mengajaknya untuk melakukan hubungan seks dia menolak. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya berusaha semampu saya untuk merayunya, tetapi dia tetap menolak.

Saya bingung, apa saya tidak cukup menarik. Wajah saya menurut saya cukup cantik. Pada masa-masa kuliah, banyak sekali teman pria saya yang berusaha mencuri perhatian saya. Teman wanita saya bilang bibir saya sensual sekali. Saya tidak mengerti bibir sensual itu bagaimana. Yang saya tahu saya tidak ambil pusing untuk hal-hal seperti itu.

Saya tidak diijinkan terlalu banyak keluar rumah oleh orang tua saya kecuali untuk keperluan les ataupun kursus. Saya orangnya supel dan tidak pilih-pilih dalam berteman. Mungkin hal ini yang (menurut saya pribadi)menyebabkan banyak teman pria yang mendekati saya.

Sesudah melahirkan, saya tetap melanjutkan aktivitas senam saya. Dari sejak masa kuliah saya senang senam. Saya tahu saya memiliki tubuh yang menarik, tidak kalah dengan yang masih muda dan belum menikah. Kulit saya putih bersih, sebab ibu saya mengajarkan bagaimana cara merawat diri.

Bila saya berjalan dengan suami saya, selalu saja pria melirik kearah saya. Suami saya pernah mengatakan bahwa dia merasa sangat beruntung memiliki saya. Saya juga merasa sangat beruntung memiliki suami seperti dia. Niko orangnya jujur dan sangat bertanggung jawab. Itu yang sangat saya sukai darinya. Saya tidak hanya melihat dari fisik seseorang, tetapi lebih dari pribadinya.

Tetapi Roy sendiri menurut saya sangatlah ganteng. Mungkin itu pula sebabnya, banyak teman wanitanya yang datang kerumah. Katanya untuk belajar. Mereka biasa belajar di teras depan rumah kami. Roy selain ganteng juga pintar menurut saya. Tidaklah sulit baginya untuk mencari wanita cantik yang mau dengannya.

Saya merasa saya ditinggalkan. Roy tidak pernah mengajak saya untuk melakukan hubungan seks lagi. Dia sekarang bila tidak belajar dikamar, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman wanitanya. Saya kesepian sekali dirumah. Untung masih ada anak saya yang paling kecil yang dapat menghibur.

Hingga suatu saat saya tidak dapat menahan diri lagi. Malam itu, saat Roy masuk ke kamarnya setelah menonton film, saya mengikutinya dari belakang. Saya katakan ada yang perlu saya bicarakan. Anak saya sudah tidur saat itu. Dia duduk di tempat tidurnya. Saya bilang saya bersedia melakukannya hanya saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat.

Dengan gesit dia membuka seluruh celananya dan kemudian berbaring. Dia katakan bahwa saya harus menjilati penisnya dari atas hingga bawah. Walaupun masih ragu-ragu, saya lakukan seperti yang disuruh olehnya. Penisnya mendadak ‘hidup’ begitu lidah saya menyentuhnya. Kemudian saya disuruh membasahi seluruh permukaan penisnya dengan menggunakan lidah saya.

Dengan bantuan tangan saya, saya jilati semua bagian dari penisnya sebagaimana seorang anak kecil menjilati es-krim. Tidak lama kemudian, saya disuruh memasukkan penisnya kedalam mulut saya. Saya melonjak kaget. Saya bilang, dia sendiri tidak memasukkan apa apa kedalam mulutnya saat melakukan oral seks kepada saya, kenapa saya harus dituntut melakukan hal yang lebih.

Dia berkata bahwa itu disebabkan karena memang bentuk genital dari pria dan wanita berbeda. Jadi bukan masalah apa-apa. Dia bilang bahwa memang oral seks yang dilakukan wanita terhadap pria menuntut wanita memasukkan penis pria kedalam mulutnya. Sebenarnya saya juga sudah pernah baca dari majalah-majalah Penthouse miliknya, saya hanya berusaha menghindar sebab saya merasa hal ini sangatlah tidak higienis.

Karena khawatir saya tidak memperoleh apa yang saya inginkan, saya menuruti kemauannya. Kemudian saya disuruh melakukan gerakan naik dan turun sebagaimana bila sedang bercinta, hanya bedanya kali ini, penisnya berada di dalam mulut saya, bukan pada liang senggama saya.

Selama beberapa menit saya melakukan hal itu. Saya perlahan-lahan menyadari, bahwa oral seks tidaklah menjijikkan seperti yang saya bayangkan. Dulu saya membayangkan akan mencium atau merasakan hal-hal yang tidak enak. Sebenarnya hampir tidak terasa apa-apa. Hanya cairan yang keluar dari penisnya terasa sedikit asin. Masalah bau, seperti bau yang umumnya keluar saat pria dan wanita berhubungan seks.

Tangannya mendorong kepala saya untuk naik turun semakin cepat. Saya dengar nafasnya semakin cepat, dan gerakan tangannya menyebabkan saya bergerak semakin cepat juga. Kemudian menggeram pelan, saya tahu bahwa dia akan klimaks, saya berusaha mengeluarkan alatnya dari mulut saya, tetapi tangannya menekan dengan keras. Saya panik. Tidak lama mulut saya merasakan adanya cairan hangat, karena takut muntah, saya telan saja dengan cepat semuanya, jadi tidak terasa apa-apa.

Saat dia sudah tenang, dia kemudian melepaskan tangannya dari kepala saya. Saya sebenarnya kesal karena saya merasa dipaksa. Tetapi saya diam saja. Saya takut kalau dia marah, semua usaha saya menjadi sia-sia saja. Saya bangkit dari tempat tidur untuk pergi berkumur. Dia bilang bahwa saya memang berbakat. Berbakat neneknya, kalau dia main paksa lagi saya harus hajar dia.

Sesudah nafasnya menjadi tenang, dia melakukan apa yang sudah sangat saya tunggu-tunggu. Dia melakukan oral seks kepada saya hampir 45 menit lebih. Aduh nikmat sekali. Saya orgasme berulang-ulang. Kemudian kami mengakhirinya dengan bercinta secara ganas.

Sejak saat itu, oral seks merupakan hal yang harus saya lakukan kepadanya terlebih dahulu sebelum dia melakukan apa-apa terhadap saya. Saya mulai khawatir apakah menelan sperma tidak memberi efek samping apa-apa kepada saya. Dia bilang tidak, malah menyehatkan. Karena sperma pada dasarnya protein. Saya percaya bahwa tidak ada efek samping, tetapi saya tidak percaya bagian yang ‘menyehatkan’. Hanya saya jadi tidak ambil pusing lagi.

Tidak lama berselang, sekali waktu dia pulang kerumah dengan membawa kado. Katanya untuk saya. Saya tanya apa isinya. Baju katanya. Saya gembira bercampur heran bahwa perhatiannya menjadi begitu besar kepada saya. Saat saya buka, saya terkejut melihat bahwa ini seperti pakaian dalam yang sering digunakan oleh wanita bila dipotret di majalah Penthouse. Saya tidak tahu apa namanya, tapi saya tidak bisa membayangkan untuk memakainya.

Dia tertawa melihat saya kebingungan. Saya tanyakan langsung kepadanya sebenarnya apa sih maunya. Dia bilang bahwa saya akan terlihat sangat cantik dengan itu. Saya bilang “No way”. Saya tidak mau dilihat siapapun menggunakan itu. Dia bilang bahwa itu sekarang menjadi ’seragam’ saya setiap saya akan bercinta dengannya.

Karena saya pikir toh hanya dia yang melihat, saya mengalah. Memang benar, saat saya memakainya, saya terlihat sangat seksi. Saya bahkan juga merasa sangat seksi. Saya menggunakannya di dalam, dimana ada stockingnya, sehingga saya menggunakan pakaian jeans di luar selama saya melakukan aktivitas dirumah seperti biasa. Efeknya sungguh di luar dugaan saya. Saya menjadi, apa itu istilahnya, horny sekali.

Saya sudah tidak tahan menunggu waktunya tiba. Dirinya juga demikian tampaknya. Malam itu saat saya melucuti pakaian saya satu persatu, dia memandangi seluruh tubuh saya dengan sorot mata yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kami bercinta bagaikan tidak ada lagi hari esok.

Sejak saat itu, saya lebih sering lagi dibelikan pakaian dalam yang seksi olehnya. Saya tidak tahu dia mendapatkan uang darimana, yang saya tahu semua pakaian ini bukanlah barang yang murah. Lama-kelamaan saya mulai khawatir untuk menyimpan pakaian ini dilemari kami berdua (saya dan Niko) sebab jumlahnya sudah termasuk banyak. Karenanya, pakaian ini saya taruh di dalam lemari Roy.

Dia tidak keberatan selama saya bukan membuangnya. Katanya, dengan pakaian itu kecantikan saya bagai bidadari turun dari langit. Pakaian itu ada yang berwarna hitam, putih maupun merah muda. Tetapi yang paling digemari olehnya adalah yang berwarna hitam. Katanya sangat kontras warnanya dengan warna kulit saya sehingga lebih membangkitkan selera.

Saya mulai menikmati hal-hal yang diajarkan oleh Roy kepada saya. Saya merasakan semua bagaikan pelajaran seks yang sangat berharga. Ingin saya menunjukkan apa yang telah saya ketahui kepada suami saya. Sebab pada dasarnya, dialah pria yang saya cintai. Tetapi saya takut bila dia beranggapan lain dan kemudian mencium perbuatan saya dan Roy.

Saya tidak ingin rumah tangga kami hancur. Tetapi sebaliknya, saya sudah tidak dapat lagi meninggalkan tingkat pengetahuan seks yang sudah saya capai sekarang ini.

Suatu ketika, Roy pulang dengan membawa teman prianya. Temannya ini tidak seganteng dirinya, tetapi sangat macho. Pada mukanya masih tersisa bulu-bulu bekas cukuran sehingga wajahnya sedikit terlihat keras dan urakan. Roy memperkenalkan temannya kepada saya yang ternyata bernama Bari.

Kami ngobrol panjang lebar. Bari sangat luas pengetahuannya. Saya diajak bicara tentang politik hingga musik. Menurut penuturannya Bari memiliki band yang sering main dipub. Ini dilakukannya sebagai hobby serta untuk menambah uang saku. Saya mulai menganggap Bari sebagai teman.

Bari semakin sering datang kerumah. Anehnya, kedatangan Bari selalu bertepatan dengan saat dimana Niko sedang tidak ada dirumah. Suatu ketika saya menemukan mereka duduk diruang tamu sambil meminum minuman yang tampaknya adalah minuman keras. Saya menghampiri mereka hendak menghardik agar menjaga kelakuannya.

Ketika saya dekati ternyata mereka hanya minum anggur. Mereka lantas menawarkan saya untuk mencicipinya. Sebenarnya saya menolak. Tetapi mereka memaksa karena anggur ini lain dari yang lain. Akhirnya saya coba walaupun sedikit. Benar, saya hanya minum sedikit. Tetapi tidak lama saya mulai merasa mengantuk. Selain rasa kantuk, saya merasa sangat seksi.

Karena saya mulai tidak kuat untuk membuka mata, Roy lantas menyarankan agar saya pergi tidur saja. Saya menurut. Roy lalu menggendong saya ke kamar tidur. Saya heran kenapa saya tidak merasa malu digendong oleh Roy dihadapan Bari. Padahal Bari sudah tahu bahwa saya sudah bersuami. Saya tampaknya tidak dapat berpikir dengan benar lagi.

Kata Roy, kamar saya terlalu jauh, padahal saya berat, jadi dia membawa saya ke kamarnya. Saya menolak, tetapi dia tetap membawa saya ke kamarnya. Saya ingin melawan tetapi badan rasanya lemas semua. Sesampainya dikamar, Roy mulai melucuti pakaian saya satu persatu. Saya mencoba menahan, karena saya tidak mengerti apa tujuannya. Karena saya tidak dalam kondisi sadar sepenuhnya, perlawanan saya tidak membawa hasil apa apa.

Kini saya berada diatas tempat tidur dengan keadaan telanjang. Roy mulai membuka pakaiannya. Saya mulai merasa bergairah. Begitu dirinya telanjang, lidahnya mulai bermain-main didaerah selangkangan saya. Saya memang tidak dapat bertahan lama bila dia melakukan oral seks terhadap saya. Saya keluar hanya dalam beberapa saat. Tetapi lidahnya tidak kunjung berhenti. Tangannya mengusapi payudara saya. Kemudian mulutnya beranjak menikmati payudara saya.

Kini kami melakukannya dalam ‘missionary position’. Begitulah istilahnya kalau saya tidak salah ingat pernah tertulis dimajalah-majalah itu. Ah, nikmat sekali. Saya hampir keluar kembali. Tetapi ia malah menghentikan permainan. Sebelum saya sempat mengeluarkan sepatah katapun, tubuh saya sudah dibalik olehnya. Tubuh saya diangkat sedemikian rupa sehingga kini saya bertumpu pada keempat kaki dan tangan dalam posisi seakan hendak merangkak.

Sebenarnya saya ingin tiduran saja, saya merasa tidak kuat untuk menopang seluruh badan saya. Tetapi setiap kali saya hendak merebahkan diri, ia selalu mengangkat tubuh saya. Akhirnya walaupun dengan susah payah, saya berusaha mengikuti kemauannya untuk tetap bangkit. Kemudian dia memasukkan penisnya ke dalam liang kewanitaan saya. Tangannya memegang erat pinggang saya, lalu kemudian mulai menggoyangkan pinggangnya. Mm, permainan dimulai kembali rupanya.

Kembali kenikmatan membuai diri saya. Tanpa saya sadari, kali ini, setiap kali dia menekan tubuhnya kedepan, saya mendorong tubuh saya kebelakang. Penisnya terasa menghunjam-hunjam kedalam tubuh saya tanpa ampun yang mana semakin menyebabkan saya lupa diri.

Saya keluar untuk pertama kalinya, dan rasanya tidak terkira. Tetapi saya tidak memiliki maksud sedikitpun untuk menghentikan permainan. Saya masih ingin menggali kenikmatan demi kenikmatan yang dapat diberikan olehnya kepada saya. Roy juga mengerti akan hal itu. Dia mengatur irama permainan agar bisa berlangsung lama tampaknya.

Sesekali tubuhnya dibungkukkannya kedepan sehingga tangannya dapat meraih payudara saya dari belakang. Salah satu tangannya melingkar pada perut saya, sementara tangan yang lain meremasi payudara saya. Saat saya menoleh kebelakang, bibirnya sudah siap menunggu. Tanpa basa-basi bibir saya dilumat oleh dirinya.

Saya hampir mencapai orgasme saya yang kedua saat dia menghentikan permainan. Saya bilang ada apa, tetapi dia langsung menuju ke kamar mandi. Saya merasa sedikit kecewa lalu merebahkan diri saya ditempat tidur. Jari tangan saya saya selipkan dibawah tubuh saya dan melakukan tugasnya dengan baik diantara selangkangan saya. Saya tidak ingin’mesin’ saya keburu dingin karena kelamaan menunggu Roy.

Tiba-tiba tubuh saya diangkat kembali. Tangannya dengan kasar menepis tangan saya. Iapun dengan langsung menghunjamkan penisnya kedalam tubuh saya. Ah, kenapa jadi kasar begini. Belum sempat saya menoleh kebelakang, ia sudah menarik rambut saya sehingga tubuh saya terangkat kebelakang sehingga kini saya berdiri pada lutut saya diatas tempat tidur.

Rambut saya dijambak kebelakang sementara pundaknya menahan punggung saya sehingga kepala saya menengadah keatas. Kepalanya disorongkan kedepan untuk mulai menikmati payudara saya. Dari mulut saya keluar erangan pelan memintanya untuk melepaskan rambut saya. Tampaknya saya tidak dapat melakukan apa-apa walaupun saya memaksa. Malahan saya mulai merasa sangat seksi dengan posisi seperti ini.

Semua ini dilakukannya tanpa berhenti menghunjamkan dirinya kedalam tubuh saya. Saya merasakan bahwa penisnya lebih besar sekarang. Apakah ia meminum semacam obat saat dikamar mandi? Ah, saya tidak peduli, sebab saya merasakan kenikmatan yang teramat sangat.

Yang membuat saya terkejut ketika tiba-tiba dua buah tangan memegangi tangan saya dari depan. Apa apaan ini? Saya mulai mencoba meronta dengan sisa tenaga yang ada pada tubuh saya. Kemudian tangan yang menjambak saya melepaskan pegangannya. Kini saya dapat melihat bahwa Roy berdiri diatas kedua lututnya diatas tempat tidur dihadapan saya.

Jadi, yang saat ini menikmati saya adalah… Saya menoleh kebelakang. Bari! Bari tanpa membuang kesempatan melumat bibir saya. Saya membuang muka, saya marah sekali, saya merasa dibodohi. Saya melawan dengan sungguh-sungguh kali ini. Saya mencoba bangun dari tempat tidur. Tetapi
Bari menahan saya. Tangannya mencengkeram pinggang saya dan menahan saya untuk berdiri. Sementara itu Roy memegangi kedua belah tangan saya. Saya sudah ingin menangis saja.

Saya merasa diperalat. Ya, saya hanya menjadi alat bagi mereka untuk memuaskan nafsu saja. Sekilas teringat dibenak saya wajah suami dan anak saya. Tetapi kini semua sudah terlambat. Saya sudah semakin terjerumus.

Roy bergerak mendekat hingga tubuhnya menekan saya dari depan sementara Bari menekan saya dari belakang. Dia mulai melumat bibir saya. Saya tidak membalas ciumannya. Tetapi ini tidak membuatnya berhenti menikmati bibir saya. Lidahnya memaksa masuk kedalam mulut saya. Tangan saya dilingkarkannya pada pinggangnya, sementara Bari memeluk kami bertiga.

Saya mulai merasakan sesak napas terhimpit tubuh mereka. Tampaknya ini yang diinginkan mereka, saya bagaikan seekor pelanduk di antara dua gajah. Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar disekujur tubuh saya. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan saya melambung di luar batas imajinasi saya sebelumnya. Saya keluar dengan deras dan tanpa henti. Orgasme saya datang dengan beruntun.

Tetapi Roy tidak puas dengan posisi ini. Tidak lama saya kembali pada ‘dog style position’. Roy menyorongkan penisnya kebibir saya. Saya tidak mau membuka mulut. Tetapi Bari menarik rambut saya dari belakang dengan keras. Mulut saya terbuka mengaduh. Roy memanfaatkan kesempatan ini untuk memaksa saya mengulum penisnya.

Kemudian mereka mulai menyerang tubuh saya dari dua arah. Dorongan dari arah yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada diarah lainnya semakin menghunjam. Saya hampir tersedak. Roy yang tampaknya mengerti kesulitan saya mengalah dan hanya diam saja. Bari yang mengatur segala gerakan.

Tidak lama kemudian mereka keluar. Sesudah itu mereka berganti tempat. Permainan dilanjutkan. Saya sendiri sudah tidak dapat menghitung berapa banyak mengalami orgasme. Ketika mereka berhenti, saya merasa sangat lelah. Walupun dengan terhuyung-huyung, saya bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaian saya seadanya dan pergi ke kamar saya.

Di kamar saya masuk ke dalam kamar mandi saya. Di sana saya mandi air panas sambil mengangis. Saya tidak tahu saya sudah terjerumus kedalam apa kini. Yang membuat saya benci kepada diri saya, walaupun saya merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun setiap saya teringat kejadian itu, saya merasa basah pada selangkangan saya.

Baca Juga :  Hadiah Dari Teman Sekantor

Malam itu, saat saya menyiapkan makan malam, Roy tidak berbicara sepatah katapun. Bari sudah pulang. Saya juga tidak mau membicarakannya. Kami makan sambil berdiam diri.

Sejak saat itu, Bari tidak pernah datang lagi. Saya sebenarnya malas bicara kepada Roy. Saya ingin menunjukkan kepadanya bahwa saya tidak suka dengan caranya menjebak saya. Tetapi bila ada suami saya saya memaksakan diri bertindak biasa. Saya takut suami saya curiga dan bertanya ada apa antara saya dan Roy.

Hingga pada suatu kesempatan, Roy berbicara bahwa dia minta maaf dan sangat menyesali perbuatannya. Dikatakannya bahwa ‘threesome’ adalah salah satu imajinasinya selama ini. Saya mengatakan kenapa dia tidak melakukannya dengan pelacur. Kenapa harus menjebak saya. Dia bilang bahwa dia ingin melakukannya dengan ’someone special’.

Saya tidak tahu harus ngomong apa. Hampir dua bulan saya melakukan mogok seks. Saya tidak peduli kepadanya. Saya membalas perbuatannya seperti saat saya pertama kali dipaksa untuk melakukan oral seks kepadanya.

Selama dua bulan, ada saja yang diperbuatnya untuk menyenangkan saya. Hingga suatu waktu dia membawa makanan untuk makan malam. Saya tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Hanya pada saat saya keluar, diatas meja sudah ada lilin. Saat saya duduk, dia mematikan sebahagian lampu sehingga ruangan menjadi setengah gelap.

Itu adalah ‘candle light dinner’ saya yang pertama seumur hidup. Suami saya tidak pernah cukup romantis untuk melakukan ini dengan saya. Malam itu dia kembali minta maaf dan benar-benar mengajak saya berbicara dengan sungguh-sungguh. Saya tidak tahu harus bagaimana.

Saya merasa saya tidak akan pernah memaafkannya atas penipuannya kepada saya. Hanya saja malam itu begitu indah sehingga saya pasrah ketika dia mengangkat saya ke kamar tidurnya. Tamat

Incoming search terms:

Foto tante mesum di kontrakan

Cerita Bokep Dewasa Malam Natal

$
0
0

Cerita Bokep Dewasa Malam Natal – Cerita dewasa Pertama-tama saya ingin memperkenalkan namaku sebagai Alex dan kisah tak terlupakan ini terjadi pada hari ini dimana umat kristiani sedang ramai menyiapkan untuk hari natal keesokan harinya tetapi aku mencoba merayakan natal dengan caraku sendiri bersama kekasihku Novi dan teman baikku yang bernama Trisno di malam natal 2000.

Waktu bertemu Novi memakai pakaian blouse kaos ketat you can see dan panjangnya sampai tengah pahanya sehingga paha putih mulus akan terlihat jelas, blouse berwarna hitam putih berbahan tipis dan di bagian atas model tali terkait ke bahunya. Blousenya itu mencetak jelas body dan buah dadanya yang berukuran 36B dan dari bokongnya yang nungging terbentuk bulatan penuh menyerupai gunung kembar terlihat celana dalam kecil dan tipis tercetak di blouse bagian belakangnya, paha putih mulusnya jika selagi duduk terlihat celana dalam tipisnya yang berwarna hitam sungguh seksi malam ini.

Trisno tersenyum senang ketika bertemu apalagi melihat Novi terlihat seksi kulihat dia beberapa kali mencuri pandang ke Novi dan ketika kami bertiga berjalan dengan mobil dia beberapa kali berbicara dengan Novi sambil membalikkan tubuhnya ke belakang karena Novi duduk di belakang sementara aku terus menyetir mobil menuju ke karaoke di bilangan Harmoni. Kita memang ingin santai terutama aku karena untuk melepas stress akibat pekerjaan, bernyanyi dan tertawa di ruang tertutup tentu lebih enak dan puas. Memang betul, dicoba saja walaupun suara anda pas-pasan atau fals, tidak usah anda pikirkan karena semua teman anda tahu bahwa anda bernyanyi dan menikmati suasana untuk melepas beban kerjaan, teriak-teriak saja boleh kok! asal teman anda jangan pada budeg saja jadinya. Kami bertiga masuk keruangan VIP room di VIP ini ada kursi mebel yang panjang berbentuk huruf U kamar tidur tersendiri dan kamar mandi dalam lengkap.

Setelah memesan makanan dengan satu picher bir dan nasi goreng berikut kentang goreng plus kacang mede, kami bernyanyi bersama dan kadang sendiri diselang-seling dengan dansa bertiga dan joged berdua pokoknya semua happy. Setelah tuntas makan dan minum kembali bernyanyi setelah melihat suasana telah menghangat aku melihat antara Trisno dan Novi adanya perasaan ingin berbincang tanpa adanya aku, maka aku mengambil inisiatif untuk ke bawah, bilangnya untuk mengambil rokok, padahal tinggal pesan saja ke kamar rokok dapat di antar ke kamar.

Bagaimanapun juga peristiwa yang lalu sudah berlangsung cukup lama sehingga mereka agak cukup riskan juga untuk lebih mengakrabkan suasana yang ada. Ini terlihat ketika beberapa kali Trisno berusaha lebih mendekatkan diri ke Novi dengan posisi duduk Novi di antara kami berdua terlihat. Trisno kadang dengan ragu meletakkan tangannya di pundak Novi apabila Novi merebahkan badannya ke sofa, kadang dengan pura-pura bercanda tangannya diletakkan di paha Novi dan Novi juga terlihat canggung, kadang mencubit paha Trisno kadang merebahkan kepala dan badannya ke pundak Trisno dan kepadaku juga dia melakukan hal itu. Akhirnya, “Aku ke bawah dulu ya… mau ambil rokok di mobil.” kataku. Cerita Bokep

Kulihat Trisno tersenyum, “Saya kalau bisa Marlboro…” kata Trisno. Novi hanya tersenyum, “Yaa sudah saya cariin deh kalau ada warung rokok di seberang jalan,” kataku memberi kesempatan ke mereka berdua untuk waktu yang agak memungkinkan mereka lebih mengakrabkan suasana yang ada karena bagaimanapun Novi adalah kekasihku dan Trisno adalah teman baikku yang sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. Aku keluar ruangan dan segera mengambil rokok di mobil dan segera naik kembali ke atas. Aku sengaja tidak masuk ke dalam ruangan, tapi karena kulihat pintunya yang sebagian tengahnya dari kaca gelap maka aku dapat melihat ke dalam. Aku ingin tahu apa mereka telah akrab kembali? Kebetulan di lantai atas suasananya sepi dan dari luar kaca itu aku dapat melihat ke dalam, karena di dalam ruangan itu lampunya dalam keadaan hidup sementara di luar dalam keadaan gelap. Biasanya di dalam dimatikan dan hanya diterangi dari cahaya TV yang menyala.

Kulihat ternyata posisi Trisno telah berubah sekarang. Mereka terlihat sedang saling berpelukan mesra. Kulihat tangan Novi melingkar ke belakang leher Trisno, sementara tangan Trisno juga memeluk pinggang Novi. Trisno sedang mencium bibir Novi dan ternyata Novi membalas dengan menengadahkan kepalanya ke atas. Mereka saling melumat, terlihat dari gerakan kepala Trisno dan Novi yang saling berpindah posisi miring kiri dan kanan dengan penuh emosi mereka berdua tengah saling mempermainkan lidahnya. Setelah cukup lama maka tangan Trisno mulai merayapi lekuk lekuk tubuh Novi. Kadang tangannya meremas bongkahan bokong Novi dan perlahan merayap ke atas dan sampai ke gundukan bukit buah dada Novi dan dengan remasan perlahan tapak tangannya lalu membuat gerakan meremas dan memutar seperti memijat.

Ketika Novi menengadahkan kepalanya ke samping segera Trisno menundukan kepalanya ke gundukan buah dada Novi dan melakukan gerakan mencium buah dadanya dari luar blouse sambil menciumi dada Novi. Dari luar, tangan Trisno menarik tali di pundak kiri Novi lalu menarik tali itu ke bawah melewati tangannya karena dia tidak memakai BH. Maka tersembulah buah dadanya bagian kiri dengan daging yang putih mulus dengan putingnya yang telah mengeras di muka Trisno. Dengan perlahan lidah Trisno menyapu gundukan bukit buah dada Novi dan kadang menghisap perlahan puting Novi. Kulihat Novi memejamkan matanya dan mulutnya terbuka. Aku tidak dapat sama sekali mendengar erangan dan desahan Novi karena ruangan itu kedap suara dan juga adanya suara lagu-lagu yang terus berputar di ruangan itu.

Tapi itu tidak menghalangi keinginanku untuk terus melihat dari luar tanpa berusaha untuk masuk ke dalam kamar karena aku sudah berjanji kepada Trisno bahwa aku akan membagi semua milikku kepadanya termasuk kekasihku dan aku akan ceritakan di lain kesempatan bagaimana Trisno juga memberikan adiknya kepadaku. Novi telah birahi, dia menggelinjangkan badannya ketika Trisno terus menghisap putingnya. Sementara tangan kanannya mengangkat pinggul Novi ke atas dan Novi dengan pasrah mengikuti gerakan tangan Trisno yang mengangkat blouse ketat Novi ke atas. Blouse itu berhenti di atas pinggulnya sehingga sebagian pinggulnya yang putih mulus itu telah berada di dalam genggaman tangan Trisno.

Tangan itu terus mengusap dan membelai paha jenjang, sementara celana dalam hitam Novi yang tipis terlihat jelas dan gundukan daging liang kemaluannya tercetak di kain penutup celananya juga terlihat remang-remang bulu-bulu kemaluannya keluar dari atas celana dalam mini Novi. Tangan Trisno yang kiri kulihat membuka reitsleting celana jeansnya dan kulihat tangannya mengeluarkan kejantanannya yang ternyata telah menegang dan besar lalu mengarahkan tangan Novi untuk memegang batang kejantanannya. Novi dengan perlahan memegang batang kemaluan tersebut, dan secara perlahan lama kelamaan mulai mengurut batangan itu ke atas ke bawah dan mereka berdua terus memberikan rangsangan kepada lawannya masing-masing.

Tangan Trisno kadang meremas bongkahan pantat Novi dan meremas pinggul Novi. Sementara Novi tangannya terus mengurut batang kemaluannya ke atas ke bawah. Cukup lama mereka melakukan hal itu. Kurasa mereka berdua saling mendesah dan mengerang terlihat dari gerakan bibir dan mulut Trisno dan Novi yang kadang terbuka dan tertutup. Kadang mereka saling bicara diselingi ciuman mesra layaknya orang bercumbu penasaran dan cemburu pasti ada pada diriku tapi dorongan untuk melihat tindakan mereka berdua lebih kuat di otakku saat ini. Blouse Novi, tali dipundaknya telah terlepas kedua-duanya ke bawah sehingga blouse tersebut kini terlipat di tengah badan Novi, bibir dan lidah Trisno berganti-ganti mengisap dan melumat bukit dada Novi kiri dan kanan membuatnya mengerang dan menggelinjang badannya. Kulihat Trisno berkata sesuatu ke Novi dan tangan Trisno mengangkat Novi ke pangkuannya kulihat Trisno duduk menyandarkan badannya ke belakang.

Sementara Novi duduk di pangkuan Trisno, dengan mesranya tangan Trisno meremas bongkahan pantat Novi sementara mulut mereka berdua saling lumat saling bermain lidah dan kadang tangan Trisno keduanya meremas kedua bukit dada Novi dan Novi pun karena terangsang mulai menggerakkan perlahan pinggulnya maju mundur. Rupanya batang kemaluan Trisno tengah digesek-gesekkan ke belahan kemaluan Novi walaupun Novi tetap memakai celana mininya yang tipis, tapi aku yakin Novi merasakan gesekan batang kemaluan Trisno di belahan kemaluannya. Tak kumengerti kenapa Trisno tidak melepas celana dalam Novi yang tipis dan kecil itu padahal tinggal menarik atau menggeser sedikit tutup kain tipis kecil penutup belahan kemaluan Novi, maka liang kemaluan Novi akan terbuka di hadapannya dan tentu batang kemaluan besar itu dapat menerobos belahan liang kemaluannya.

Hanya terlihat tangan Trisno masuk ke dalam celana Novi di bagian pantat dan hanya dengan menggeser kain tipis pada pantat Novi. Jemari Trisno dengan leluasa meremas bongkahan pantat Novi. Saya hanya bermasturbasi ria sambil menonton atraksi yang menggairahkan itu. Novi terus bergerak di pangkuan Trisno, kedua tangannya merangkul leher Trisno sehingga bukit buah dada Novi tepat berada di muka Trisno. Sementara gerakan pantatnya maju mundur memberikan gesekan pada belahan kemaluannya kadang kepalanya tertunduk dan membuat bukit dadanya menekan muka Trisno saat itu Trisno memberikan sapuan pada bukit tersebut dengan lidahnya. Pada saat kepalanya terlempar ke belakang,

Trisno meremas buah dada itu dengan tangan kanannya melakukan gerakan memuntir perlahan puting Novi. Sementara tangan kirinya menyelinap ke belakang bongkahan bokong Novi dan membantu menggerakkan pinggul Novi maju mundur berirama kadang cepat kadang dengan gerakan lembut. Lidah dan mulutnya tak kalah sibuk terus melumat dan menjilati sekujur dada, leher dan muka Novi seperti mandi kucing. Kurang lebih lima belas menit mereka berdua bergerak seperti penari erotis dan akhirnya Novi sepertinya telah ejakulasi dengan keluar air kenikmatannya, terlihat dari gerakannya yang perlahan dan lemas dibahu Trisno. Trisno berbisik dan lalu merebahkan Novi ke kursi panjang itu dengan posisi tetap seperti dalam pangkuan. Maka ketika direbahkan ke kursi posisi Novi dalam keadaan tertindih dengan kakinya yang tetap mengangkang lebar. Sementara kedua paha Trisno berada di antara paha Novi. Batang kemaluan Trisno dalam keadaan menegang tetap berada di belahan kemaluan Novi yang ditutupi celana mini tipis itu.

Tangan Novi memeluk leher Trisno dan bibir mereka kembali saling berpagutan dan terlihat mereka berdua saling bermain lidah. Sementara tangan Trisno tak lepas dari meremas dan membelai bukit buah dada Novi. Lalu Trisno berkata sesuatu ke Novi dan kulihat Novi menggelengkan kepalanya. Yak lama kemudian Trisno perlahan mulai menggerakkan pinggulnya naik turun. Kulihat gerakan itu teratur bergerak naik turun dan kadang menekan. Sementara Novi menengadahkan kepalanya ke atas. Aku tidak tahu apa mereka bersenggama atau hanya eges-eges (gesek gesek) tapi celana dalam Novi tetap berada pada tempatnya. Kalau melihat gerakan mereka persis seperti orang bersenggama tapi kok celana itu? Trisno terus bergerak maju mundur membuatku penasaran dan batang kemaluanku tegang sendiri. Memikirkan itu aku panik juga bagaimanapun dia itu adalah cewekku tapi ini kami lakukan hanya untuk untuk membuat dia senang dan mengisi kekosongan di dalam suasana yang BT.

Untuk itu aku harus memastikannya aku segera membuka pintu perlahan, tapi ternyata mereka berdua tidak mengetahuinya, pasti karena suara lagu yang diputar cukup keras sehingga mereka tidak tahu dan menyadari adanya kehadiranku di belakangnya. Dengan berdiri di belakang mereka aku dapat melihat jelas Trisno posisinya dengan bersandarkan pada kedua sikunya sehingga tubuhnya tidak menghimpit badan Novi tapi buah dada Novi tetap saling berhimpitan dengan dadanya. Sedangkan bagian bokong Trisno terus melakukan gerakan memajukan dan menarik pantatnya. Kulihat Novi mengerang dan mendesah perlahan, tapi aku tidak dapat melihat apakah celana dalam Novi digeser kain penutup depan bagian liang kemaluannya atau tidak karena terhalang oleh body Trisno yang tinggi besar, dan memang celana itu tetap berada di tempatnya hanya merosot sedikit ke bawah.

Terlihat tali celana itu tidak lagi berada di pinggangnya tapi telah berada di pinggul. Penasaran melihat mereka akhirnya aku merasa yakin mereka hanya gesek- gesek, maka aku rebahan di kamar tidur kurang lebih sepuluh menit aku rebahan menenangkan diri. Ketika telah tenang otakku akhirnya kupanggil Novi ke dalam, “Novvv…” kataku. Tak ada jawaban , “Novvvvv…” kataku lagi. “Yaa…” kata Novi menjawab. Aku rasa dia berdua kaget kalau aku ternyata telah di dalam. Novi ke dalam dan tersenyum malu dengan wajah merah. “Kenapa sayang…” kata Novi sambil memelukku. “Kamu tadi ngapain…” kataku menyelidik sambil memandangnya gemas. “Kamu kan lihat sendiri…” kata Novi.

“Kamu tidur sini…” kataku menarik dia rebahan di tempat tidur. Tanpa buang waktu ketika dia belum rebahan kulepas baju kaosnya sehingga tinggal celana dalam mininya. Perlahan kujilati buah dadanya, terasa wangi permen menthol. Memang di depan disediakan permen, tapi terus saja kulumat putingnya. Dia mengerang dan rupanya dia tidak sabar, segera menarik kaosku ke atas serta segera melepaskan celana panjang dan celana dalamku. Rupanya pemanasan yang dilakukan tadi di luar bersama Trisno terlalu lama membuatnya sudah ingin untuk bersenggama. Kejantananku yang sudah menegang segera dipegangnya lalu dihisap dan dilumat ke dalam mulutnya. Kurasa dia begitu terangsang birahinya karena dalam melumat batang kemaluanku semua ditelannya sampai mentok di tenggorokannya. Kadang bijiku dihisap dan lidahnya bermain di sekujur batang kemaluanku sampai ke buah zakarku dijilatinya. Lidahnya terus bermain-main di ujung kepala kemaluanku dan menggeser-geser belahan lubang kencing kemaluanku. Rasanya… “Uuufff aakkhhh…” desahku. “Gila banget!

Kamu sudah konackhh ya.. Ginnn…” erangku keenakan dan terasa geli kadang meriang (coba saja hal itu dengan pasangan anda pasti meriang itu badan). Gila juga Novi kalau sudah panas dia seperti orang di padang pasir. Habis semua kemaluanku dilumatnya, sementara kulihat dicelananya ada gumpalan cairan membasahi kain celana penutup belahan kemaluannya, seperti bulatan. Rupanya dia sudah banjir dari tadi atau bekas air mani Trisno? Penasaran aku tanya dia, “Kamuuu tadi gituan yaaa…?” tanyaku penasaran. “Emmmhh… emmhhhff…” dia tidak menjawab hanya terus melumat batang kemaluanku lebih kuat lagi. Digigitnya kepala kemaluanku pelan dan gemas, “Akkhhh… gilaaa kamuuu…” kataku. Batang kemaluanku mengeras kuat seperti besi balok. Kubiarkan dia memuaskan hasratnya melumat habis kejantananku dari ujung sampai pangkalnya. Momen ini kunikmati dan segera kubuka celana dalamnya, ternyata kemaluannya telah basah dan lembab. Saat kubelai belahannya masih terasa rapat, jadi mungkin dia belum sampai sejauh itu, pikirku. “Kamu di atas Nov…”

kataku menarik badannya ke atas menduduki pinggangku. Perlahan dengan tangannya yang menggenggam batang kemaluanku mulai diarahkannya ke lubang kemaluannya. Kepala kemaluanku perlahan ditekan dengan bibir kemaluannya dan perlahan membelah bibir kemaluannya yang telah basah membuat lebih mudah kepala batang kemaluan itu menyusup belahannya. Terus Gina menekan ke bawah pinggulnya dan, “Akhhh…” erang Novi. “Enaaakkk… aduuhhh pelan-pelan, enakkk…” desahnya. “Uufff… yaa enaakk…” desahku keenakan. Pelan-pelan batang kemaluanku makin lama makin tenggelam ke dalam liang kemaluannya. “Akkkh… masuuukkk… ookkhh kontolllu… akkkggg… ennnakkkk…” erang Gina terpejam.

“Gilaaa… liang kemaluan kamuuu… masih rapat Ginnn…” kataku sambil menghentakkan pinggulku ke atas dan menariknya ke bawah perlahan seperti slow motion berulang kali. Setelah sepuluh kali dengan gerakan itu, terasa telah dengan bebas dan mantap terkendali kemaluanku menyodoknya. Lama kemudian gerakan batang kemaluanku makin mantap menyodok liang kemaluan Gina. Dengan sepenuh tenaga kugerakkan pinggulku naik turun tanpa henti sebanyak dua puluh kali membuat Novi berteriak sambil matanya terpejam histeris, “Aaakk.. akhhh.. akkkhh… oohhkkk… aahhh.. uufff… aduhhhh… giilllaa… aahhh… aadduuhh…”

terengah Novi. Sangat bergairah dia dengan gerakanku membuatnya membalas gerakanku dengan hentakan kasar. Novi segera menghentakkan pinggulnya cepat kadang dia melakukan gerakan memutarkan pinggulnya sehingga terdengar bunyi “Brreeoott… brreettt… brreeeoott…” Rupanya telah banjir sekali di dalam liang kemaluannya tapi dinding kemaluannya tetap menjepit batang kemaluanku. “Luar biasa, gila kamuuu hot bangetttt.. Ginnn…” kataku. “Gue mauuu yang kuattt… yang kuattt nekannya ahhkkk.. yang panjang kontolnyaa… akkkhh terusss ngentotin kontolnya… akkgg…” erang Novi histeris. Kurasa Trisno juga mendengar erangan Novi karena pintu kamar tidak kututup ketika Novi masuk tapi biar saja dia terangsang, pikirku. Selang lima belas menit ternyata gerakannya makin panas saja. Habis sudah kemaluanku dihisap ditarik di dalam liang kemaluannya. Sementara badannya telah keringatan, “Aahh… aaahhkkk… uufff… ennaakk…” desah kami berdua. Kadang aku sengaja mengangkat pantatku tinggi-tinggi dan dia menekan kemaluannya makin ke bawah terus pinggulnya berputar-putar sehingga terdengar bunyi “Breeet brett brrett…

” Terasa panas di sekitar batang kemaluanku. Kuat juga aku telah dua puluh menit dengan gerakan yang membuat keringat membanjir tapi sampai saat ini belum terasa juga kalau air maniku akan keluar. Biasanya yaaa dengan gerakan yang seperti biasa paling lama sepuluh menit keluar air maniku. Mungkin karena aku ingin membuktikan bahwa aku juga bisa kuat dari teman baikku. Yang jelas batang kemaluanku dalam keadan stabil menegang terus dan gerakanku tidak berubah. Kadang lembut dengan hentakan yang kuat dan kasar dengan gerakan memutar dan mengocokkan batang kemaluanku terasa seperti membor lubang kemaluannya dan ternyata Novi menyukai gerakan dan hentakan yang kulakukan. “Giiilaaa.. kamu kuat sekali… tumben tuh… oohh gue puaasss…” desah Novi keenakan dengan tersenyum puas.

“Ya sudah lama ya Nov, nggak beginii…” desahku. Karena tidak keluar-keluar juga ini air mani, akhirnya kami kecapaian sendiri. Dalam keadaan terengah-engah keenakan kami berhenti sebentar. Akhirnya aku tanya ke dia, “Bagaimana kalau kita istirahat dulu Nov..” ternyata dia mengangguk setuju dengan muka memerah dan keringat di dahinya menetes. Aku usul lagi, “Kita keluar yukk… Nov.. kasihan Trisno… sendiri di luar,” kataku. Tanpa bertanya lagi Novi lalu melepas segera batang kemaluanku dari lubang kemaluannya. Rupanya dia juga belum tuntas dan keluar dari kamar berjalan dengan telanjang bulat. Dia keluar sendiri, sementara aku menjadi bengong.

Ternyata Novi tanpa bertanya lagi keluar kamar dalam keadaan badan telanjang bulat. Gillaa! sudah konak dia rupanya. Beraninya dia telanjang bulat menemui Trisno di ruang depan. Aku tersentak, segera ke kamar mandi mencuci kemaluanku yang telah basah oleh karena air kenikmatan dari liang kemaluan Novi. Di kamar mandi aku berpikir ngapain Novi di luar bersama Trisno, tentunya Trisno terkejut dengan kehadiran Novi yang telanjang bulat di hadapannya. Setelah cukup lama di kamar mandi membersihkan diri sekitar kemaluanku. Perlahan aku keluar kamar dan berdiri di pintu.

Kulihat sesuatu yang telah membuat aku terkejut. Gila! aku jadi terangsang sendiri melihatnya. Novi ternyata dalam posisi yang sangat seksi sekali. Mungkin Novi telah tinggi birahinya. Sepertinya telah terangsang penuh birahinya dan tanpa malu dan ragu lagi dia dalam posisi menungging. Dalam posisi menungging di atas kursi dalam keadaan telanjang bulat. Terlihat tubuh putih mulusnya dengan lekuk tubuhnya, bokongnya putih mulus dan pinggul yang cukup besar pinggangnya yang ramping. Bokongnya yang tinggi ke atas dan buah dadanya menjuntai keras membentuk bulatan dengan putingnya yang telah mengeras, rambutnya yang hitam dan panjang lurus sebagian tergerai kesampingnya, sebagian lagi menutupi pundaknya yang halus dengan bulu-bulu halus di sekitar pundaknya menambah seksi posisinya.

Sementara tangan kiri Trisno mengusap dan membelai serta kadang meremas bongkahan pantat Novi yang sedang menungging itu. Tangan kanan itu meremas buah dada Novi dengan remasan perlahan dengan jemari menjepit puting Novi. Trisno telah menarik celananya sendiri berikut celana dalamnya ke bawah di antara lututnya. Batang kemaluannya terlihat menegang keras dan besar dengan bulu-bulu kemaluan yang berwarna hitam. Sedangkan kepala kemaluannya berwarna merah dengan diameter ukuran botol Aqua 600 ml.

Ukuran batangnya panjang 23 cm, diameter batangnya 6 cm. Terlihat kepala kemaluannya tengah dicium-cium oleh bibir Novi. Novi ternyata sedang asyik menciumi kepala batang kemaluan dan belahan air kencingnya. Dengan posisi menungging, dalam keadaan telanjang bulat, perlahan-lahan mulut itu menelan kepala dan batang kemaluan itu. Hampir tidak muat mulut Novi menelan kepala itu. Mulutnya harus membuka selebar-lebarnya dahulu baru dapat mengulum batang kemaluan Trisno. Perlahan dan tak lama kemudian terlihat kepala Novi naik turun ke atas ke bawah dan kadang lidahnya menjilati batang kemaluan Trisno yang besar. “Aahh Gooddhhh…” desah Trisno terpejam keenakan. Sementara Novi hanya mengerang karena tangan Trisno terus memberi remasan di sekitar kemaluannya. Terlihat tangan kiri Trisno menyusup dari bawah badan Novi dan berhenti jemarinya ketika berada di belahan selangkangan paha Novi. Jarinya bergerak membelai belahan kemaluan Novi yang telah basah. Setelah kurang lebih lima menit menyaksikan adegan yang mendebarkan jantung, perasaanku berdebar kencang karena terangsang.

Aku benar tidak sabar melihat adengan itu. Kemaluanku mengeras kembali malah lebih keras dari yang tadi pada saat bersenggama di dalam kamar. Dalam keadaan telanjang bulat dengan batang kemaluan menegang aku menghampiri mereka. Kulihat mereka kaget, “Oopppss…” kata Trisno kaget. “Sorry gue nggak tahan…” kataku. Tanpa permisi lagi kuambil posisi di belakang bokong Novi yang polos dan dengan berjongkok di belakang Novi, mulutku langsung menjilati kemaluan Novi. Ternyata Trisno hanya tersentak sedikit tapi dia terus malah mengangkangkan kakinya lebih lebar sehingga belahan kewanitaan Novi itu lebih terkuak membuka, sehingga klitorisnya terlihat dan segera kujilati klitorisnya dan kumainkan lidahku di sekitar klitorisnya. “Aakkhh emhhff ahhh mmhhh aauufff… ahh…” desah Novi dengan kepalanya yang makin cepat bergerak naik turun di selangkanganku.

Sementara tangan keduanya telah meremas buah dada Novi. Terus kumainkan belahan liang kemaluannya dan kadang lidahku menerobos masuk ke dalam belahannya terus mengkilik-kilik sekitar klitorisnya yang terlihat memerah. “Emmhhpp… emmppphh… ahhh…” dia mengerang keenakan. Kurasakan dia menggerakan pinggulnya dengan irama dangdut, yaitu menggerakkan perlahan bokongnya serta meliuk-liukan badannya dan berkedut-kedut liang kemaluannya, “Emmfff… mmmbhh…” kadang badan Novi di angkat ke atas dengan cara menekan buah dada Novi ke atas. Ketika itu bibir kami berdua saling berpagutan desahnya tidak tahan lagi dan terus tangannya mengarahkan kepala kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya dan perlahan, “Ahhkkk… aah ahhh… oohhh… ennaakknyaaa…” erang dan merintih dalam kenikmatan kemaluanku masuk perlahan. Tak lama batang kemaluanku dalam hitungan detik tenggelam sudah di dalam liang kemaluan Novi yang telah basah dan hangat dinding liang kemaluannya. “Aahh… aahhh… aahhkk… dorong yang kerass.. ahk yaaa… aahkkk dorong terusss…. yyaa… ahkk tekan yang dalammm… eennaakhh…

Baca Juga :  Cerita Sex Dewasa Ngentot Suster

” rintih Novi sambil terus mengikuti gerakan dorongan pinggulku yang menghentakkan batang kemaluanku seluruhnya ke dalam lubang kemaluannya. “Bleeppss… sleepss… bleebss… slleeppss bblleppss… slleppsss…” “Aahhh… aahhh aahh eenaaknya… kamuuu… gilaa luaarr biasaa… enakkk ngentotin kamu Giinnn… akkhh…” erangku kenikmatan terasa hangat batang kemaluan. Dengan posisi kuda-kuda yang sangat mantap kakiku terasa menapak bumi tidak bergeser dalam menggerakkan pinggulku maju mundur sehingga pusat tekanannya dapat kupusatkan kepada batang kemaluanku yang terus menggenjot atau menggelosor keluar masuk belahan liang kemaluannya.

Dengan gerakan seperti menyalurkan tenaga dalam maka nafasku dari seputar perut kuatur semua gerakanku sehingga gerakan yang terjadi bukan melalui pikiran tapi telah digerakkan secara otomatis melalui sekitar pinggulku nafasku perlahan dalam satu kali tarikan nafas, aku dapat menghujamkan kemaluanku sebanyak tiga kali atau bisa sampai tujuh kali. Pada saat melepas nafasku, keluar gerakan kulakukan berputar sekitar pinggulku, sehingga otomatis batang kemaluanku melakukan gerakan berputar dua atau berkali-kali di dalam liang kemaluannya. “Aahkkk… akhh… gilaaa… gilaaa… akkhhh… akhhh… gilaaa… enakk… enaakk… ahhh… uuuff… adduhh… enaknyaaa… aaookhhh…” Novi merintih dan mengerang.

Trisno melihat kepadaku dengan pandangan tidak percaya kalau aku dapat melakukan gerakan seperti itu yang membuat Novi kelojotan dan bergetar seluruh persendian badannya. Baru tahu dia, pikirku tersenyum kepadanya dan rupanya membuatnya menjadi terangsang. Kulihat matanya saat itu terbelalak ketika melihat batang kemaluanku keluar masuk teratur dengan nafas yang teratur juga. Batang dan kepala kemaluannya memerah dalam cengkeraman tangan Novi. Batangnya makin lama makin mengeras, karena Novi makin lama dia tidak dapat mengcengkeram diameter batang kemaluan itu. Novi makin mempercepat gerakan tangannya menarik dan melakukan gerakan memutar atau seperti memelintir batang itu.

Ternyata Novi hanya tahan sepeluh menit di dalam menghadapi adukan batang kemaluanku yang mengamuk di dalam liang kemaluannya hingga dia melenguh dalam rintihan, “Aahhh… aakkhhh… ooohhhh gueee keluaarr…” badannya bergetar hebat dan matanya terpejam dan mulutnya terbuka menganga lebar. Trisno terpaku memandang Novi yang ejakulasi dengan badan yang bergetar dan akhirnya Trisno rupanya tidak tahan melihat keadaan yang ada di hadapannya dan yang juga terjadi pada batang kemaluannya. Sehingga matanya membelalak dan lalu terpejam, “Aahhkk aaahhh… ahhkkk…” keluar air maninya di dalam genggaman tangan Novi.

Air mani itu meleleh di jari-jari Novi. “Ha.. haa haa…” aku tersenyum penuh kemenangan. Kalah lama dia karena aku sendiri belum apa-apa saat ini. Setelah Novi mengelap tangannya dengan tissue basah, kutarik dia untuk gantian duduk di atas pangkuanku. Dengan posisi saling berhadapan kemaluanku menghujam kembali ke dalam liang kemaluannya dan gantian dia yang bekerja dengan gerakan memutarkan pinggulnya dan gerakan memaju-mundurkan bokongnya dan kadang kurasa liang kemaluannya berdenyut-denyut seperti menghisap batang kemaluanku. Rupanya dia ingin membuatku keluar juga air maniku. Setelah lebih kurang sepuluh menitan dia membuat batang kemaluanku kerja keras. Kulihat dia juga telah mau keluar lagi mengerang. Dia, “Aahhkk… akhh ahhh gue mauuu keluaarrr… lagii… samaa-samaaa kamuuuu keluarrr jugaa… yaaa…” erang Novi.

“Aahhh yyaaa barenggg Nov… guee juga ampirrrr… keluarr… aahhkk aakkhh… yaakkk keluuaaarr… ahkkk akhh…” erang Novi dan aku bersamaan, “Aahhh… giilaa…. eenaakk… puasss gueee,” rintih Novi. Keluar sudah dan tuntas birahi yang menghimpit dan menggunung di dada ini. Ada barangkali lima semprotan air maniku keluar membasahi seluruh rongga dalam liang kemaluannya sampai akhirnya kulepas batang ini. Puas sekali. Setelah berbenah diri, mencuci dan membersihkan bekas-bekas yang ada dan ternyata kami telah memakai ruangan itu selama tiga jam dan habis total cuma Rp. 375.000 untuk semua all in, siiplah. Tamat

Incoming search terms:

gentot ibu di warung

Cerita Sex Dewasa Ayam Kampus

$
0
0

Cerita Sex Dewasa Ayam Kampus – Cerita dewasa Gita memantapkan hati dan niatnya sebelum ia memasuki sebuah rumah mewah di depannya, namun ia berharap tak ada yang melihatnya memasuki tempat itu. Sesampainya di dalam keraguan kembali muncul dihatinya, “haruskah aku melakukan semua ini…?” namun ia teringat akan segala kebutuhannya, ia tak punya uang lagi untuk memenuhinya. ayahnya ditangkap polisi dengan tuduhan korupsi , seluruh harta orang tuanya disita, ibunya meninggal karena stress.

Kini ia menjadi mantap, ia harus melakukan ini atau ia tak akan punya uang sepeser pun bahkan untuk membeli makanan “cari siapa ya…?” seorang wanita setengah baya menyambutnya di depan pintu. “anu..maaf…saya…mau cari pekerjaan…” kata gita. “pekerjaan..?” wanita itu kelihatan heran dan sedikit curiga , ” disini….?” gita sedikit bingung harus bicara apa. Cerita Sex

“iya..pekerjaan…sebagai..emmm.sebagai…..” gita berusaha mencari kata kata yg tepat “kamu tahu ini tempat apa….?” kata wanita itu bernada menyelidik ” ya..saya tahu….” gita mengangguk “pernah melakukan ini sebelumnya..?” tanya wanita itu gita menggelengkan kepala “hmmm..kamu masih kuliah…..?” “iya…..tapi saya….” “butuh uang…..standar lah disini…” kata wanita itu memotong “nama kamu siapa…?” tanya wanita itu sambil melambai memanggil seseorang “gita…tante…..” seorang wanita muda berpakaian sangat sexy datang mendekat “nah..gita…..

kamu tahu kan apa kerjaan di panti pijat..? setiap dapat klien kamu dibayar seratus ribu, kalo mereka mau dipijat bugil ada tambahan biaya…..” panjang lebar wanita itu menjelaskan tentang upah gita selama ia bekerja ditempat itu. setelah gita menyetujuinya ia menyuruh wanita muda tadi untuk membawa gita, “susan, coba kamu bawa gita berkeliling ” sambil berkeliling memperlihatkan fasilitas panti pijat itu, susan juga mengingatkan jika terkadang ada klien yg permintaannya aneh aneh, bahkan sampai bondage. mendengar cerita susan, gita kembali ragu, namun ia sudah terlanjur masuk ia bertekad akan menjalani semua ini. gita sebenarnya gadis yg cukup cantik , meski nasibnya tak seindah wajahnya, wajahnya yg “innocence” membuat gemas banyak pria, rambut sebahu , buah dada 30B, dan pantatnya yg bulat sempurna, dengan penampilan seperti itu, bahkan gita lebih terlihat sebagai pelajar sma dibandingkan mahasiswi. gita kemudian dibawa ke sebuah ruangan dimana telah menunggu seorang pria usia 30 tahunan. “dia pemilik panti pijat ini….

namanya oom bob” kata susan. susan kemudian berbicara sejenak dengan bob , lalu meninggalkan gita berduaan disana. “halo…saya bob….panggil saja oom bob….” kata bob sambil mengulurkan tangannya “gita, oom…” jawab gita menyambut uluran tangan bob. bob tidak segera melepaskan genggaman tangannya, ia menatap gita bagai sedang menaksir sebuah karya seni. “ok kalau begitu…” katanya kemudian sambil melepaskan jabatan tangannya. bob kemudian melepaskan satu persatu pakaiannya, sehingga ia telanjang bulat, penisnya kelihattan cukup besar, setidaknya membuat gita agak tercekat. “nah gita..coba urut punya oom……”kata bob. gita perlahan mendekat dan berlutut d antara kaki oom bob, kedua tangannya menggenggam penis bob, dan dengan gerakan yang teratur ia mulai memijit penis bob, naik turun.

Bob terlihat tersenyum dan puas dengan pijitan gita, “coba pake mulut …..” perintahnya gita dengan patuh memasukkan penis itu ke dalam mulutnya, dan menyusuri penis tersebut maju mundur dengan bibirnya, suara geraman dan kocokan berirama mengiri semua nya. “uughh…you are….uughhh….” bob menggeram sambil meremas rambut gita sampai acak acakan. gita terus melakukan oral dengan santai, ia sering melakukannya dengan mantan pacarnya dulu. sampai beberapa lama akhirnya , penis oom bob menyemburkan cairannya, oom bob menahan kepala gita agar seluruh spermanya tertelan oleh gadis itu. “hahahah..bagus..bagus…kamu berbakat juga ternyata…….hahahaha…kamu diterima……” kata oom bob senang. gita masih berlutut dilantai dan tertunduk malu, kini sudah tak mungkin lagi untuk kembali.

—————————————————————————- Sabtu malam adalah malam pertama gita menjalani pekerjaanya sebagai massage girl. “anak anak….pak burhan sudah datang….” kata tante mirna sambil mengantar seseorang yg wajahnya sepertinya gita kenal, pak burhan adalah salah seorang pejabat pemerintah, dan wajahnya sering muncul di televisi menyuarakan gerakan moral , sangat bertolak belakang dengan apa yg dia lakukan sekarang. sebagai pelanggan tetap tempat itu, mata pak burhan langsung menangkap barang baru di tempat itu. tak mempedulikan godaan para perempuan lain , ia mendekati gita.

“hai…gadis manis….kamu siapa….?” tanya pak burhan…. “ehh..gita ..ehh..oom….”jawab gita “baru ya disini…..” tanya pak burhan “ini emang hari pertamanya dia oom…” susan yg menjawab ditimpali dengan anggukan kepala gita. “ooh…..bagus..ayo…..langsung ke dalam…oom udah pegel pegel nih…” kata pak burhan sambil menarik tangan gita masuk ke sebuah kamar. gita sedikit senang dan gugup menghadapi pelanggan pertamanya. “oom mau mandi dulu..?” tanya gita “ga usah…langsung aja….”kata pak burhan sambil melepaskn seluruh pakaiannya, sementara gita merapikan tempat tidur dan baby oil.

“loo..kok bajunya ga dibuka…” kata pak burhan ketika melihat gita berdiri di sisi ranjang masih berpakaian lengkap. “oom bukain ya…” kata pak burhan sambil membuka satu persatu kancing baju gita, dan melemparkan jatuh blouse gita, sambil melepas bra gita , pak burhan menyempatkan meremas sejenak buah dada gita yg menggiurkan itu, barulah ia kemudian melepas rok dan dalamn gita, sehingga gita pun kini tealnjang bulat. pak burhan lalu berbarin telungkup di ranjang , dan gita mulai melakukan pemijatan. saat gita meratakan baby oil di punggung pak burhan dan memijat, pak burhan dengan santai mengajaknya mengobrol banyak hal, sehingga suasananya cukup cair., pak burhan tak henti henti memuji pijatan dan sentuhan gita. kemudian pak burhan membalikkan badan, penisnya tegak tegang perkasa. “pijat refleksinya dong ….” kata pak burhan sambil tersenyum, gita mengerti maksudnya. giat mulai memijat mijat penis pak burhan, sementara pak burhan aktif meremas remas buah dada gita, gita memijat, dan mengocok makin kuat saat rangsangan di buah dadanya

membuatnya semakin terbang melayang. gita kemudian menggantikan tangan dengan mulutnya, penis besar pak burhan kini memenuhi mulutnya, dengan mulutnya ia menghisap dan bergerak naik turun menyusuri panjang penis itu. “uagghhhh..gila….hebat kamu……” kaya pak burhan terlihat puas gita terus mengocok, mengulum , dan menjilat penis itu sehingga membuat pak burhan semakin terbuai oleh kenikmatan. tak butuh waktu lama sampai penis itu semakin mengang dan mengejang dan akhirnya menyemburkan seluruh isinya, gita membersihkan sisa sisa sperma dengan menjilatinya, membuat pak burhan semakin tertawa puas, ia pun memberi tip yang cukup besar. malam pertama gita , ia harus melayani 6 orang tamu, namun hasil yg didapatkan cukup lumayan, ia tak akan menyesali keputusannya terjun ke dunia seperti ini.

——————————————————————————— malam mingu berikutnya, tante mirna menyuruh gita untuk memakai seragam sma, karena ada pelanggan yg menginginkan dipijat oleh gadis sma. dengan wajah polos gita, tak sulit bagi gita untuk menjelma menjadi gadis sma. malam itu gita memakai kemaja putih sma ketat dengan dua kancing atasnya dibuka, dan rok abu abu pendek, dibaliknya ia tak memakai apa apa lagi. pukul 9 malam, pelanggan itu tiba, dan langsung terpana melihat kecantikan dan kemolekan gita yang terbalut seragam sma. pelanggan yang dimaksud ternyata adalah pak chandra, ia adalah salah seroang konglomerat papan atas indonesia, beberapa hari lalu ia baru lolos dari tuduhan korupsi , maka hari ini ia ingin merayakannya. “halo..saya

chandra…..kamu pasti gita..?” “betul oom….” ‘yukk….” pak chandra tak sabar membawa gita ke kamar. “oom…mau mandi dulu……” tanya gita “iya..tapi kamu lihat ya….” kata pak chandra sambil mencolek buah dada gita. pak chandra pun mandi dengan pintu terbuka agar gita bisa melihatnya, dan ia meminta gita selagi ia mandi, gita harus melakukan rangsangan sendiri. dan begitulah, sambil pak chandra di kamar mandi, gita mengelus ngelus pahanya sendiri sampai ke pangkal paha, menyibakan rok pendeknya, kemudian tangannya meremas remas buah dadanya sendiri sambil mengerang dan merintih.. “aahhhhh…awww,,,aauuhhh……..ahhhhhhhh…..” ia membuka satu persatu kancing bajunya , memperlihatkan buah dadanya , meremasnya kembali dan memainkan putingnya.

“oooooh……..aaaahhhhh…ooouuhhhhh……awwww…….” entah karena ia terangsang atau menjiwai , ia tak menyadari pak chandra mendekatinya, ia baru menyadari saat penis pak chandra sudah ada di depan mulutnya, tanpa membuang waktu sedetik pun , penis tersebut telah masuk ke mulut gita. gita mulai memaju mundurkan kepalanya, memberikan sensasi kenikmatan pada penis pak chandra. gita memainkan jurus jilatan dan hisapan mautnya , sampai akhirnya sperma pak chandra menyembur masuk ke mulutnya…. ‘huhuhu..bagus..bagus…” kata pak chandra pak chandra kemudian menerkam dan menindih tubuh gita, buah dada gadis itu diremas dan disedot sedotnya bagai bayi, membuat gita mengerang dan merintih… “oooooh….oom……pelan….oom…….ahhhhhhhh..awhhhhh….”

pak chandra kemudian menyusuri lekuk lekuk tubuh gita dengan lidahnya, menimbulkan sensasi geli dan birahi pada gita. “ooh….hihii..awahhh..geliii..aww…..oom….ahhh….oom…….” gita semakin menggelinjang tak karuan saat sapuan lidah pak chandra mencapai klitorisnya, birahinya kini sudah hampir mencapai puncaknya. puas menjilati dan meng “obok obok” tubuh gita , pak burhan menyuruh gita untuk bersiap dlm posisi doggy style. setelah bersiap pada posisinya, dengan lembut dan perlahan pak chandra mulai memasukan penisnya, dan mendorongnya perlahan, namun kian lama kian cepat. sambil menggenjot gita, tangan pak chandra tidak menganggur, buah dada gita yg menggantung ia remas remas, bebrapa kali pantat gita ia pukul sampai memerah.

Baca Juga :  Cerita Sex Dewasa Ngentot Mertua

“aww…oom…….uuhhhh…pe…aahh..lan…….dong…ahhhhh…” setiap sodokan pak chandra membuat gita semakin dekat pada orgasme, ia membenamkan wajahnya di bantal menahan suara rintihan dan erangan kenikmatan dari mulutnya. “uughh…..gita…uughhh..kamu….hebat….ahhh….” geram pak chandra keduanya menggeram dan mengerang menambah erotis suasana ruangan itu, smpai akhirnya keduanya bersamaan mencapai orgasme…. “aaaaaaaahhhhhh….aahhhhhhh…” gita berteriak panjang lengan dan lutut gita melemah membuatnya ambruk di kasur dengan tubuh pak chandra diatasnya, dengan penis masih menancap, malam itu mereka akhiri dengan mandi bersama, di kamar mandi pak chandra masih sempat menyetubuhi gita dengan posisi berdiri, membuat seluruh tenaga gita habis malam itu. tips dari pak chandra adalah yg paling besar dari semua tips yg ia terima, hal yg layak ia terima mengngat ia harus bekerja sangat keras, untunglah tante mirna mengerti keadaanya dan menyuruh gita beristirahat dan tidak menerima tamu dulu.

—————————————————————— pak chandra dan pak burhan menjadi langganan tetap gita disana, mereka berdua tak mau dilayani siapapun kecuali gita. sampai pada akhirnya pak burhan ingin memiliki gita hanya untuk miliknya, ia menebus gita dari tante mirna , dan menjadikan gita sebagai simpanannya sampai sekarang. hal itu menjadi berkah tersendiri bagi gita, kini ia tak lagi khawatir akan kehabisan uang , rumah dan mobil pun kini ia punya, meski jauh dalam hatinya ia berharap ia bisa hidup normal dan menjalani kehidupan bekeluarga seperti halnya orang lain…..hanya saja…entah kapan………. Tamat


Cerita Ngentot Tante Girang Tubuh Montok

$
0
0

Cerita Ngentot Tante Girang Tubuh Montok – Cerita dewasa Ibuku adalah 7 bersaudara, dan beliau adalah anak tertua kedua, kemudian adik-adiknya ada 4 orang, berturut-turut perempuan dan yang bungsu laki laki, adik perempuan yang terkecil tinggal bersama kami sejak aku masih kecil. Sejak aku usia 8 tahun (kira kira kelas 3 SD), tanteku itu mulai ikut tinggal di rumah kami, sebut saja Tante Murni. Tante Murni terpaut sekitar 6 tahun denganku, jadi waktu itu usianya 14 thn.

Setelah lulus SMP di K, Tante Murni tidak mau meneruskan ke SMA dan memilih ikut kakaknya di Jakarta, katanya mau tahu Jakarta. Wajah Tante Murni sangat menarik, bulat, cukup cantik, kulit sawo matang, dengan tinggi seperti anak perempuan usia 14 tahun, tetapi dalam pandanganku sepertinya tubuh Tante Murni lebih montok dibanding teman seusianya yang lain. Sebagai gadis remaja yang sedang mekar tubuhnya, tanteku ini juga agak sedikit genit. Dia senang berlama-lama jika sedang merias dirinya di depan cermin, aku sering menggodanya dan Tante Murni selalu tertawa saja. Aku sendiri anak tertua dari tiga bersaudara (semua saudaraku perempuan). Rumahku waktu itu hanya mempunyai 3 kamar, satu kamar orang tuaku dan dua untuk anak anak. Kedua adikku tidur dalam satu kamar, dan aku menempati kamar lain yang lebih kecil.

Sejak Tante Murni tinggal dengan kami, tante tidur dengan kedua adikku ini. Pergaulan Tante Murni dengan tetangga sekitar juga sangat baik, ia cepat akrab dengan anak remaja sebayanya, antara lain tetangga kami Suli. Usianya tak jauh beda dengan tanteku kira-kira 15 tahun, tapi berbeda dengan tanteku, Suli berkulit putih bersih dan jauh lebih tinggi (kata orang bongsor), wajahnya ayu, rambutnya selalu disisir poni, murah senyum dan baik hati. Ia sangat baik terhadap semua saudaraku terlebih terhadapku, mungkin karena ia anak tunggal dan sangat mendambakan seorang adik laki-laki seperti yang sering dikatakannya kepadaku. Mbak Suli sering bermain di rumah kami, bahkan beberapa kali ikut tidur di rumah kami bila hari libur, oh ya Mbak Suli ini kelas 2 SMEA.

Sekitar dua bulan setelah Tante Murni tinggal di rumahku, suatu saat Ibu dan almarhum ayahku harus meninggalkan kami karena suatu urusan di Jawa Tengah (almarhum berasal dari sana) katanya urusan warisan atau apalah waktu itu aku tidak begitu paham. Adikku yang kecil (2,5 thn.) diajak serta, sedangkan kami dititipkan pada tetangga sebelah rumah (kami saling dekat dengan tetangga kiri-kanan) dan tentu saja pada Tante Murni. Tante Murni orangnya sangat telaten mengurus para keponakan, mungkin karena di desa dulu memang tanteku itu orang yang “prigel” dalam pekerjaan rumah tangga. Setiap hari Tante Murni bersama adikku selalu mengantarku sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan rumah. Cerita Ngentot

Lalu ia pulang dan menjemputku lagi pada jam pulang sekolah (kira-kira pukul 10:30). Aku sangat senang dijemput Tante Murni, karena aku punya kesempatan untuk menggandengnya dan menepuk pantatnya yang montok itu. Entah mengapa meskipun aku saat itu masih kecil, tetapi kemontokan dada Tante Murni serta juga pinggulnya yang menonjol itu membuat aku selalu berusaha menyentuhnya terutama secara “pura pura” tidak sengaja. Semuanya itu aku lakukan secara intuitif saja, tanpa ada siapapun yang mengajari. Pada hari keempat sejak ditinggal pergi kedua orang tuaku (hari Sabtu), Sepulang sekolah, kami bermain di ruang depan sambil nonton televisi. Aku, adikku, Tante Murni dan Mbak Suli. Orang tua Mbak Suli inilah yang dititipi oleh orang tuaku. Masa kecilku memang lebih banyak dihabiskan di dalam rumah, jarang aku bermain di luar rumah kecuali bila sekolah, dan pergaulanku juga lebih banyak dengan adikku, atau beberapa anak sebaya tetangga terdekat, itupun kebanyakan mereka perempuan.

Kami biasanya bermain mobil-mobilan atau sesekali bermain dokter-dokteran, aku jadi dokter lalu Tante Murni dan Mbak Suli menjadi pasien. Kadang-kadang bila aku sedang berpura-pura memeriksa dengan stetoskop mainanku secara mencuri-curi aku menyenggol payudara Mbak Suli atau tanteku, tapi mereka tidak marah hanya tersenyum sambil berkata, “Eh, koq dokternya nakal, ya”. sambil tertawa, terkadang membalas dengan cubitan ke pipi atau lenganku, yang selalu kuhindari. Memang mulanya aku tak sengaja tapi sepertinya asyik juga menyenggol payudara mereka, maka hal itu menjadi kebiasaanku,

setiap kali permainan itu. Terasa sekali payudara mereka kenyal dan empuk, setelah aku besar baru aku menyadari bahwa saat itu mereka pasti tak memakai beha, karena tak terasa ada sesuatu yang menghalangi sentuhan jariku pada daging montok itu kecuali lapisan baju mereka. Setiap kali tanganku menyentuh meremas atau menowel bukit empuk itu, aku merasakan ada getaran aneh terutama di sekitar kemaluanku, tak jarang membuatnya menegang, walaupun waktu itu masih kecil dan belum sunat. Sering aku mengkhayalkan memegang payudara mereka bila sedang sendirian di kamarku sambil memegang burung kecilku, hingga tegang walaupun tak sampai mengeluarkan sperma, hanya cairan bening, seperti cairan lem uhu tapi tidak seperti lem lengketnya. Siang itu setelah adikku tertidur kami kembali bermain dokter-dokteran dan hal itu kulakukan lagi. Untuk diperiksa kuminta Tante Murni untuk berbaring di lantai, dia menurut saja.

Yang pertama kuperiksa adalah dahinya lalu aku langsung meletakkan stetoskopku di dadanya, namun aku sengaja memposisikan tanganku sedemikian rupa sehingga tanganku berhasil menempel di dada Tante Murni, kurasakan empuk sekali dan seiring dengan napasnya, tangankupun ikut naik turun pelan-pelan. Tante Murni hanya tertawa saja, sementara Mbak Suli memperhatikan sambil tertawa, rupanya mereka geli atas kekurangajaranku ini, sepertinya Tante Murni keenakan dengan tingkahku ini, tanganku tak hanya memeriksa di satu tempat tetapi terus bergeser, dan aku tak pernah mengangkat tanganku dari gundukan kenyal itu.

Sampai tiba-tiba Tante Murni memegang tanganku dan menggosok-gosokannya di dadanya. Aku merasa senang sekali, apalagi Tante Murni juga tiba-tiba merangkul dan menciumiku dengan gemas, tapi ya cuma begitu saja. Karena selanjutnya Mbak Suli yang minta diperiksa, Mbak Suli malahan lebih gila lagi, dia sengaja membuka kancing blus-nya sehingga aku bisa melihat gundukan daging yang putih itu. Tanganku gemetar ketika meletakkan stetoskop plastikku di tepi gundukan dadanya, apalagi ketika dengan suara nyaring Mbak Suli berkata, “Mas.. (dia biasa memanggilku Mas seperti adik adikku, begitu juga Tante Murni), dingin stetoskopmu!”. Tanpa mempedulikan ucapannya, stetoskopku terus bergeser sehingga tersingkaplah bajunya dan mataku terbelalak melihat puting susunya yang kecil dan berwarna coklat muda itu. Saat itulah Mbak Suli menepis tanganku sambil tertawa, “Sudah sudah, geli!”. Mereka berdua langsung berdiri dan meninggalkanku sambil berbisik-bisik, aku merengek agar mereka tetap menemaniku bermain, tetapi mereka terus keluar sambil tertawa.

Aku merasakan kalau penisku kaku sekali dan juga celanaku jadi basah, entah mengapa aku jadi penasaran sekali dengan semua ini, aku bertekad kalau besok main dokter-dokteran lagi, akan aku singkap baju Tante Murni atau Mbak Suli biar aku bisa melihat lebih jelas puting susu yang menonjol bulat itu. Malamnya sebelum tidur aku kembali membayangkan kejadian siang itu, kurasakan penis kecilku meregang sehingga kubuka celana pendekku dan kukeluarkan penisku yang sudah tegak ke atas itu. Kupegang dan kuremas pelan-pelan, sambil memejamkan mata kubayangkan kekenyalan dada Tante Murni, puting susu Mbak Suli, terasa nikmat sekali melamun sambil merasakan sesuatu yang gatal dan nikmat di sekitar penisku itu. “Hayo., lagi ngapain!, Aku jadi kaget dan terlonjak serta membuka mataku.

Di depanku kulihat Tante Murni sambil tersenyum memandang bagian bawah tubuhku yang terbuka itu. Mukaku terasa panas, mungkin merah padam mukaku, sambil membetulkan celana yang hanya kupelorotkan sampai dengkul aku segera memeluk guling tanpa berkata apa apa lagi dan membelakangi tanteku. Sambil terus tertawa tanteku ikut naik ke ranjangku dan memelukku dari belakang dan menciumku sambil berbisik, “Nggak apa apa Mas.”. Jantungku deg-deg, apalagi ketika dengan lembut tanteku membelai rambutku terus tubuhku sambil berbisi, “Ehh, jangan malu, kamu senang ya pegangin burung, sini tante pegangin”. Mulanya aku ragu, takut kalau tanteku hanya memancing reaksiku saja, tetapi ketika rabaannya turun ke arah selangkanganku aku jadi berubah senang. Kuberanikan diri untuk menolehnya dan kudapati wajah tanteku yang tersenyum manis sekali membuat hatiku berbunga bunga.

Burungku yang tadinya sudah mengecil itu mendadak meregang lagi dan mendesak celanaku. Tanteku kemudian menciumi wajahku dengan kasih sayang, tangannya mulai meraba lagi bagian sensitifku dari bagian luar celanaku, aku yakin tanteku bisa merasakan penisku yang meregang dan keras itu, elusan tanteku terasa kurang nikmat, aku berpikir seandainya tanteku memegang langsung burungku, tentu lebih nikmat. Belum habis aku berpikir, tiba-tiba saja Tante Murni memelorotkan celana pendekku sampai terlepas, sehingga burungku yang sudah tegang itu bebas mengacung diudara terbuka. Dengan kelima jarinya tanteku menggenggam burungku dan meremasnya pelan.

Aku merasa gatal dan geli serta nikmat yang tak kumengerti tapi membuat aku merasa seperti melayang dan menggeliat serta merintih pelan. Dengan memandang tajam mataku, remasan jari lentik Tante Murni di burungku menjadi semakin cepat bahkan juga dikocoknya naik turun kadang-kadang juga dielusnya buah pelirku. Aku semakin meringis merasakan kenikmatan ini, secara naluriah aku berusaha merangkul tanteku agar rasa geli itu makin terasa nikmat. Aku juga berusaha menempelkan wajahku ke wajah Tante Murni yang kulihat juga merah padam dan bibirnya gemetar, nafas Tante Murni semakin memburu dan dia makin merapatkan tubuhnya ke tubuh kecilku, tanganku diraihnya lalu dituntun ke dadanya yang montok dan kenyal itu.

Tanganku terasa menempel di puting susu Tante Murni yang terasa keras seperti kelereng itu, aku meremasnya dengan agak sulit, karena telapak tanganku yang kecil itu tak bisa meremas keseluruhan permukaan dada Tante Murni yang lebar dan keras itu Kuperhatikan tanteku saat itu mengenakan daster kaos yang tipis tanpa mengenakan apa apa lagi dibaliknya. Merasa kurang puas hanya meremas dari luar, akupun menyelusupkan tanganku ke lubang tangan daster Tante Murni sehingga tanganku secara langsung bersentuhan dengan dada yang telah lama aku kangeni itu, hangat dan licin sekali. Kalau tadinya tanteku yang asyik meremas-remas burungku, sekarang justru aku yang beringas meremas-remas payudara tanteku bahkan tanganku yang lain juga ikut ikutan meremas payudara Tante Murni yang satunya.

Tante Murni hanya memejamkan matanya rapat rapat sambil menggigit bibirnya. Aku tak mempedulikan apapun sikap Tante Murni, bagiku kesempatan emas ini harus benar-benar dinikmati dan peduli dengan tanteku. Tanganku bukan hanya meremas, tetapi juga memelintir puting susu tanteku yang kecil dan keras itu, lucu sekali melihat kedua tanganku menelinap dan bergerak-gerak di dalam daster tanteku. Kurasakan tangan tanteku sudah tak mengocok penisku, tetapi hanya kadang kadang saja dia meremasnya dengan keras membuat aku kesakitan. Dari luar dadanya yang berdaster mulutku ikut ikutan menciumi dada tanteku itu, rasanya bila memungkinkan aku ingin memanfaatkan seluruh tubuhku untuk menikmati kekenyalan dada Tante Murni ini. Tak kusadari nafas tanteku makin lama makin memburu, rupanya dia juga sangat menikmati kekasaran tanganku ini. Tiba-tiba saja Tante Murni mengangkat dasternya sehingga dadanya tersibak, baru saat itu aku bisa melihat kemontokan payudara tanteku ini, tanganku hanya dapat menutupi sebagian ujung atas payudaranya, sedangkan bagian yang lain masih belum tersentuh oleh remasanku.

Dada yang montok itu dipenuhi oleh barut-barut merah bekas remasanku. Setelah dadanya terbuka dengan gemetar Tante Murni berbisik, ” Mas, isep pentilnya pelan-pelan ya”. Tak perlu diperintah dua kali, aku segera melumat puting susu tanteku dan mengenyotnya sekuatku, Tante Murni mendesis desis dan menekan kepalaku kuat kuat kedadanya, aku memeluk pinggangnya dan kutindih badan Tante Murni dengan tubuhku yang telanjang bawah itu. Terasa burungku yang kaku itu menghunjam di tubuh mulus tanteku yang hanya dilapisi celana dalam itu. Tanteku makin kencang memeluk tubuhku, bahkan ia menyuruh aku untuk menjilati juga putingnya. Kulakukan semua itu dengan penuh semangat, entah apa pengaruh kepatuhanku ini pada Tante Murni, yang jelas aku sangat menikmatinya, penisku yang menggeser-geser diperut Tante Murni terasa mengeluarkan cairan yang membasahi perut Tante Murni.

Saat itu Tante Murni sudah tak mempedulikan penisku lagi, dia asyik menikmati kepatuhanku itu. Mungkin karena sudah tak tahan dengan semua itu, tiba-tiba saja Tante Murni juga melepaskan celana dalamnya. Selama ini aku hanya bernafsu pada buah dadanya saja, aku tak pernah berpikiran lebih dari itu. Ketika dengan berbisik ia menyuruhku memindahkan ciumanku, aku agak bingung juga. ” Mas, ayo sekarang ciumi selangkangan Mbak ya, nanti punya kamu juga Mbak ciumi”.

Aku menghentikan kesibukanku di dada Tante Murni dan memandang ke selangkangannya. Aku takjub sekali melihat selangkangan Tante Murni itu karena ada rambut keriting yang tumbuh di ujung selangkangannya yang cembung itu, ini adalah pemandangan yang sama sekali baru bagiku, selama ini aku hanya pernah melihat selangkangan adikku yang aku tahu tak ada burungnya seperti aku. Namun selangkangan wanita yang berbulu, ya baru kepunyaan Tante Murni ini! Oh, terus terang saja, meskipun aku secara naluri sudah bangkit birahi, tetapi tak pernah kubayangkan bahwa aku akan melangkah sejauh ini dalam bidang seksual apalagi di usiaku yang belum sampai sepuluh tahun itu. Aku agak ragu juga melepaskan mainan yang begitu nikmat di payudara Tante Murni, tetapi perintah Tante Murni membuatku merubah posisi badanku dan dengan ragu-ragu kudekatkan wajahku ke bukit cembung yang ada bulu keritingnya itu.

Merasakan keraguanku, Tante Murni tanpa basa basi langsung menekan kepalaku sehingga bibir dan hidungku menempel di bulu-bulu keriting yang halus itu. Karena tadi aku disuruh menggigiti payudara, maka kali ini akupun juga mulai menggigiti bukit cembung itu. Namun kudengar Tante Murni berteriak lirih, “Jangan keras keras gigitnya Mas, sakit!”. Ketidaktahuanku benar-benar konyol, aku kira bukit cembung itu sama seperti payudara, tetapi karena bidangnya kecil, tanganku tak mungkin untuk meremasnya, sebagai sasaran lain aku jadi meremas paha Tante Murni serta juga pantatnya. Ketika Tante Murni membisiki agar ciumanku lebih turun lagi ke depan, aku agak bingung juga. Nah ketika aku maju ke depan barulah aku melihat celah sempit yang berbentuk bibir dan saat itu sudah basah.

Warnanya sungguh menarik merah muda dan bibirnya seperti berlipat lipat. Seperti biasa aku menciumi bagian ini dengan penuh semangat. “Jilat saja Mas, nikmat lho!”, bisikan Tante Murni membuatku merubah lagi permainanku. Entah kenapa di tengah asyiknya aku menjilati celah basah yang asin dan agak amis itu, Tante Murni mengerang dan menjambak rambutku sambil menjepitnya dengan kedua pahanya. Aku tak bisa bernafas dan aku segera berontak melepaskan diri. Tante Murni melepaskan dasternya yang tadi masih bergulung di atas dadanya sehingga dia sekarang jadi telanjang bulat.

Dengan suara serak disuruhnya aku berbaring telentang, dengan telanjang bulat Tante Murni memegang burungku yang masih tegang itu, karena waktu itu aku belum dikhitan, tanteku menceletkan kulup penisku yang terasa sangat geli bagiku kemudian dengan tiba-tiba Tante Murni mengangkangi burungku dia menurunkan pantatnya, dan dituntunnya burungku memasuki celah sempit yang tadi aku jilati itu. Dilakukannya semua ini dengan pelan-pelan sampai akhirnya aku merasakan kehangatan jepitan kemaluan tanteku yang ternyata telah sangat basah. Aku tak mengerti apa yang dilakukan tanteku ini, tetapi terasa geli, ngilu di sekitar kemaluanku, juga ada rasa perih. Tanteku hanya diam saja setelah menelan burungku, dia malah mendekatkan dadanya ke wajahku sehingga aku mulai lagi menyedot puting susunya itu.

Tanteku kembali mendesis-desis, dan terasa dia memutar-mutar pantatnya membuat burungku seperti dikocok-kocok oleh tangan tanteku yang lembut itu, nikmat sekali. Tanteku terus saja menggoyangkan pantatnya ke kanan-kiri, putar sehingga ada rasa yang lebih nikmat di sekitar kemaluanku. Rasa geli yang ditimbulkan membuat aku makin ganas menciumi bahkan juga menggigit daging montok yang bergantung di depanku itu. Ketika Tante Murni mengangkat pantatnya, aku merasa kalau batang burungku yang sekarang penuh lendir dari dalam celah Tante Murni itu menjadi gatal dan geli, ternyata rasanya jauh lebih menyenangkan daripada diremas dengan tangan Tante Murni, apalagi dengan tanganku sendiri.

Tidak lama aku merasakan ada lendir yang meleleh di pangkal burungku, yang berasal dari lubang Tante Murni itu. Ketika kutanyakan apakah Tante Murni pipis, dia tak menjawab, melainkan memejamkan matanya serta mendesis dengan keras sekali. Pantatnya ditekan keras-keras ke tubuhku sehingga terasa pangkal kemaluanku menyentuh bibir vaginanya yang hangat. Kurasakan tubuhnya menegang dan berdenyut-denyut pada bagian kemaluannya, membuat burung kecilku seperti diurut dan dipilin oleh tangan yang lembut. Oh.., sungguh kurasakan nikmat yang sungguh luar biasa. Bayangkan…, aku yang baru SD kelas 3 telah merasakan tubuh tanteku yang notabene beberapa tahun lebih tua, yang mungkin maniak seks (terakhir kutemukan koleksi gambar gambar porno di balik tumpukan pakaiannya. Jujur saja Mbak, akupun tak tahu apakah sebelum itu tanteku sudah pernah berhubungan seks, tetapi kukira dia sudah pernah melakukannya, mungkin dengan temannya ketika di K.

Mbak pengalaman ini sangat membekas di hatiku, setelah kejadian itu setiap ada kesempatan aku selalu melakukan hal itu bersama tanteku, bahkan pada suatu saat Mbak Suli diajak melakukan bersama kami bertiga (nanti lain waktu aku cerita lagi tentang hal ini). Kalau dulu kami masih berpura-pura, maka sekarang kami sudah pintar saling merangsang, dan yang paling kunikmati adalah saat spermaku memancar keluar, itulah puncak dari segala kenikmatan, geli, dan nikmat bercampur menjadi satu. Kami sama sama menyukai permainan ini sehingga sering dalam satu hari kami melakukannya tiga empat kali, sering juga tanteku pindah ke kamarku malam-malam dan kami melakukan hubungan seks ini dengan pintu terkunci. Tante Murni juga senang mengulum burungku, bahkan seringkali juga aku muncrat di dalam mulutnya. Semua kegiatan ini kulakukan kira-kira sampai kurang lebih 2 tahun sampai akhirnya tanteku pulang ke K.

dan selanjutnya menikah di sana. Mbak Yuri, disaat aku sudah berkeluarga keinginan untuk mengulang persetubuhan avonturir dengan tanteku sering muncul, yang aku bayangkan hanya betapa sekarang aku akan lebih pintar membuat tanteku merasa nikmat, dan akupun pasti juga akan lebih menghayati dalam merasakan kelembutan tanteku itu. Semua keinginanku itu baru dapat terulang 15 tahun kemudian, ketika adikku yang paling kecil menikah di K. Malam itu setelah acara resepsi pernikahan selesai kami kembali ke rumah kira-kira pukul 1 pagi, dan karena banyak saudara yang datang maka kami juga menyewa beberapa kamar hotel melati yang letaknya tidak jauh dari rumah (kira kira 200 meter), kebetulan waktu itu aku satu rombongan dengan Tante Murni bersama dua orang anaknya (10 thn dan 7 thn),

suaminya tidak ikut, karena ada tugas kantornya yang tak bisa ditinggalkan. Tanteku tidur di ranjang bersama kedua anaknya, aku tidur di lantai dengan kasur extra. Mungkin karena terlalu lelah kedua anaknya langsung tertidur tak lama setelah lampu kamar dipadamkan. Walaupun lelah aku tak bisa memejamkan mata, karena mengingat-ingat kejadian beberapa belas tahun lalu bersama tante yang sekarang sedang terbaring di atas tempat tidur. Ternyata hal ini juga dialami oleh tante, aku merasakan ia gelisah bolak balik. “Nggak bisa tidur Mas?”. “Iya nich, sumuk”. Sambil melongok tante tersenyum kepada yang ada dibawahnya. Sambil turun dari ranjang dia bilang, “Eh boleh nggak aku tidur di sini?, sumuk di atas, di sinikan anyep”. Aku menggeser ke tepi memberi tempat untuk tante. Jantung ini serasa berpacu cepat ketika tubuh tante yang hangat menempel ke sisi tubuhku. Aku merasa ‘adikku’ sudah mulai bereaksi walaupun belum tegak benar (aku waktu itu hanya mengenakan kaos oblong dan sarung saja, tidak mengenakan CD).

Aku semakin tidak tahan ketika tanteku memiringkan tubuhnya ke arahku sehingga sekarang dadanya menempel pada lenganku. Semakin nggak karuan nich rasanya. ternyata tante tidak mengenakan BH, hanya daster terusan saja, yach payudaranya cukuplah, kira-kira 34B tapi terasa sudah sangat kencang di lenganku. Aku semakin berani, kuraih pinggang tante dan aku rapatkan pada tubuhku. Tiba-tiba, tidak tahu siapa yang mulai kami telah saling berpagutan. Lidah tanteku dengan lincah menyelinap ke dalam mulutku yang segera kubelit dengan lidahku sendiri. Mbak Yuri, selama itu aku hanya pernah berhubungan seks dengan isteriku sendiri, dan selama itu juga trauma hubungan seksku dengan Tante Murni membuat aku selalu beranggapan bahwa Tante Murni “lebih nikmat” dari isteriku. Bagiku inilah saatnya untuk membuktikan kebenaran memori masa lalu itu.

Tangan Tante Murni mulai meraba dadaku terus ke bawah sampai di selangkanganku dan menemukan ‘adikku’ yang sudah mengacung keras. Perlahan tangan Tante Murni mulai membelai-belai, mengocok-ngocok. Aku tak mau ketinggalan dengan ganas merogoh ke arah selangkangannya sambil mulut ini tak henti hentinya bergantian menghisap puting yang telah menegang. Clitoris Tante Murni kubelai dengan sedikit kasar membuatnya mengelinjang tidak keruan. Ketika aku bermaksud akan menggunakan lidah untuk membuat sensasi yang lain, tanteku mencegahnya, “Jangan Mas, tante nggak tahan gelinya”, katanya. Aku mengurungkan niatku dan dengan pandangan matanya aku mengerti bahwa tante sudah tidak tahan ingin disetubuhi maka aku mengambil posisi untuk menindihnya, perlahan aku gesekan dulu ‘adikku’ ke seputar belahan dan permukaan liang tanteku itu, ia terlihat mengelinjang dan berusaha meraih penisku, dibimbingnya menuju lembah kehangatannya.

Begitu ujung adikku sudah terselip diantara kedua bibir vaginanya, dengan berbisik tante menyuruhku untuk menekan! Perlahan kuturunkan pantatku, oh.., ternyata kurang lebih sama dengan rasa istri aku tapi agak lebih hangat rasanya. Mulai aku naik turunkan dengan perlahan membuat sensasi yang semakin lama semakin kupercepat irama kocokanku, sayangnya tante Munrni sama sekali tidak memberi reaksi apa-apa, dia hanya diam saja, sambil tangannya terus mencakar-cakar punggungku. Rupanya tante sangat terpengaruh oleh suasana yang menegangkan ini, sehingga sulit untuk memberikan respon. Namun kira-kira pada menit ke 5 aku merasakan otot-otot vaginanya mulai berkontraksi menandakan sudah waktunya bagi tante. Aku mempercepat kocokan dan membenamkan sedalam dalamnya sampai kurasakan dasar kewanitaannya, Kudengar tante menjerit tertahan karena segera dia letakkan bantal ke wajahnya untuk meredam suara yang timbul.

Bagian vitalku terasa ada yang mencengkram lembut tapi ketat sekali, otot-otot vagina tanteku serasa memijat-mijat. Mbak Yuri…, terus terang rasanya lebih nikmat dari yang selama ini aku pernah dapat dari isteriku, barang isteriku tidak bisa mencengkeram, meskipun sebenarnya lebih sempit dan kering dibanding kepunyaan tante yang terasa lebih longgar dan agak licin itu. Aku sendiri belum keluar saat itu, kulihat tanteku terkulai kelelahan, kubersihkan sisa-sisa air mani serta juga cairan dari dalam vaginanya dengan menggunakan handuk kecil yang ada di dekat situ.

Baca Juga :  Cerita Sex Sedarah Dengan Bibi

Setelah kurasakan kering, dengan perlahan kumasukkan lagi burungku yang masih tegang dan kugenjot lagi. Aku menggigit bibir tanteku ketika kurasakan gesekan penisku dengan dinding vagina tante yang kesat dan kering itu, rasanya luar biasa. Tante tiba tiba berbisik, “Mas, jangan digoyang dulu ya, biar tante yang goyangin”. Aku menurut saja, dan mulailah tanteku meletakkan kedua kakinya di pantatku, lalu mulai bergoyang, pertama memutar ke kiri dan ke kanan, kadang-kadang disodoknya ke atas.

Aku hanya memejamkan mata merasakan kenikmatan yang tak pernah aku dapat ini, “Enak mana punya tante sama Asri, Mas?”. Aku tak menjawab pertanyaan tante ini, karena jujur saja Mbak Yuri, punya tanteku lebih nikmat dari vagina Asri isteriku. Tak tahan dengan putarannya, apalagi tanteku terus membisikkan kata-kata yang membuatku makin terangsang, akupun ikut-ikutan menggerakkan burungku maju mundur. Sementara buah dada tanteku sudah rata kuciumi dan kugigiti, tadinya aku takut untuk membuat cupangan didadanya, tetapi justru Tante Murni yang menyuruhku. Beberapa saat kemudian aku rasakan sesuatu seakan mendesak untuk dikeluarkan. Kutekan sedalam-dalamnya dan meledaklah semua kenikmatan di dasar kewanitaannya. Tanteku tersenyum dalam kegelapan melihat aku mencapai kepuasan itu. “Mas, ini baru komplit ya”!, bisiknya.

Setelah merasakan tuntasnya semprotan spermaku, Tante Murni mendorong tubuhku ke samping, dan dengan lembut dikulumnya burungku, aku menolak karena terasa geli sekali membuat sakit di batang burungku, tetapi tante tak mempedulikanku, terus saja dia menjilati sehingga burungku hingga bersih. Sampai sekarang aku selalu merindukan persetubuhan dengan Tante Murni ini. Seringkali aku melamun dan menganalisis apa yang menyebabkan begitu nikmatnya rasa persetubuhan dengan dia. Jawabnya hanya satu, suasana yang penuh resiko,Cerita dewasa membuat rangsangan yang berbeda dan membuat aku menjadi penuh gairah. Tamat

Incoming search terms:

desah birahi, Pantat ibu warteg

Kisah Perkosaan Gadis Dalam Kereta

$
0
0

Kisah Perkosaan Gadis Dalam Kereta – Sebelum aku menceritakan cerita pemerkosaan ini, perkenalkan dulu pembacaa…namaku Rasti, tinggi 163 cm, berkulit putih mulus, umurku baru saja mencapai 16 tahun, aku bersekolah di sebuah SMA ternama di Jakarta. Semua temanku selalu memuji kecantikan wajahku yang merupakan wajah campuran Jepang (ibuku) dengan Amerika (ayahku), juga aku selalu merawat tubuhku dengan fitness sehingga hasilnya bongkahan pantatku kencang, padat dan sexy. Payudaraku cukup besar berukuran 34B yang membusung dan kencang, dan karena aku memakai salep khusus, putingku menjadi warna pink kemerahan meskipun sering disedot oleh lelaki.

Pertama kali aku kenal sex yaitu ketika aku baru kelas 3 SMP, waktu itu aku penasaran dengan penis cowok, maka dari itu aku meminta pacarku yang sudah kelas 2 SMA untuk memperlihatkan penisnya padaku, dan tentu saja dia senang memperlihatkannya, lalu entah kenapa waktu itu aku terangsang oleh sentuhannya dan akhirnya terjadilah peristiwa yang menyebabkan hilang keperawanan ku. Biasanya kan, cowok yang “minta” duluan tapi aku tidak pernah malu untuk “minta” duluan karena nafsu sex ku memang tinggi. Cerita ini dimulai ketika aku baru pulang dari rumah temanku pada jam 8 malam, tak disangka kereta yang kutunggu datang terlambat. Aku terus menunggu walaupun agak boring.

Memang sih, ortuku menyuruhku untuk memakai kendaraan pribadi tapi aku lebih memilih kendaraan umum karena aku tidak mau jadi anak manja yang kemana-mana naik mobil. Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 9 malam, akhirnya keretaku tiba juga, langsung saja aku masuk. Di gerbong yang aku masuki, hanya ada aku dan 5 orang bapak-bapak yang duduknya saling berjauhan. Ketika aku masuk, mata ke 5 bapak itu memandang liar terhadapku karena pada saat itu, aku memakai seragam sekolah yang paling nakal diantara semua seragamku. Rok abu-abuku berjarak 15 cm di atas lutut, dan juga aku membuka 2 kancing baju seragamku.

Aku memang suka memakai pakaian yang seksi karena selain aku percaya diri dengan tubuhku yang sintal, aku juga suka sekali memperlihatkan tubuhku yang indah kepada para lelaki atau yang biasa orang bilang eksibisionis. Sebagai balasan pandangan mereka, aku hanya memberikan senyum kepada mereka. Lalu aku duduk di depan seorang bapak yang kutaksir berumur 50an, tampangnya bijaksana mengingatkanku pada guruku yang killer di sekolahku. Kulihat bapak itu tersenyum kearahku sambil melihat ke arah rokku seolah-olah bisa melihat apa yang dibalik rokku. Aku sih malah senang diliati seperti ini. Karena mungkin aku sudah kelelahan, aku tertidur.

Tiba-tiba kurasakan geli pada kedua buah dada dan putingku, spontan aku membuka mataku lalu aku mendapati tanganku sudah terikat ke salah satu besi yang berada di atas kepalaku (itu tuh… tempat buat taruh barang bawaan) dengan posisiku yang masih duduk di bangku kereta, juga seragam dan rokku sudah robek, mungkin karena aku terlalu lelah sampai-sampai aku tidak sadar ketika mereka merobek baju dan rokku. Bhku sudah tak tahu entah kemana, kini dadaku yang kencang, putih mulus, dan berukuran 34B menjadi bulan-bulanan ke 4 laki-laki yang sedang mengerjaiku. Lalu aku merasakan ada yang menusuk-nusuk vaginaku yang masih terbungkus celana dalamku yang berwarna pink.

Ternyata ada seorang lagi yang menusuk-nusukkan jarinya ke dalam vaginaku, aku mendesah “aaahh…. terus….. jaaaa…..ngan be…..rhenti!!” karena sensasi jari yang menusuk-nusuk vaginaku serta jilatan-jilatan dari 4 orang yang menjilati setiap sudut dadaku membuat nafsuku yang memang tinggi menjadi tidak tertahankan. “wah, nih cewek malah suka, udah cantik, sexy, nafsunya tinggi lagi….” komentar bapak yang berada di depan vaginaku, aku tidak mendengar jelas karena aku mencapai orgasme yang pertama, mungkin kalau aku dengar dengan jelas, aku sudah ketakutan setengah mati. Lalu celana dalamku yang sudah basah karena cairan deras yang keluar dari vaginaku akibat orgasme dibuang ke luar kereta lewat jendela. Aku hanya bisa mendesah “mmmaaahhh….” ketika bapak yang berada di depan vaginaku mulai menjilati dan menyentil-nyentil klitorisku.

Si bapak itu terus menyapu sekitar bibir kemaluanku dengan lidahnya sampai cairanku habis ditelannya, sementara itu ke 4 bapak yang menjilati dadaku berebutan melahap dadaku. Lalu tiba-tiba ke 4 bapak menyingkir dari ke dua buah dadaku yang sudah basah oleh air liur mereka, dan 2 dari bapak itu mengangkat kakiku ke atas sehingga vaginaku yang merekah, berwarna kemerahan, dan masih sempit terlihat jelas oleh mereka. Lalu bapak yang tadi menjilati vaginaku, kini meletakkan kepala penisnya di pintu masuk vaginaku, lalu dia langsung menghujamkan penisnya yang besar,hitam, dan berurat ke dalam vaginaku yang sudah basah. Aku berteriak “aaahhh… sakit pak”, “sakit tapi enak kan….” balas bapak yang mengangkat kaki kiriku, lalu bapak yang sedang mengaduk-aduk vaginaku berkata “gila nih cewek,

memiawnya sempit banget, gak kuat gue nih lama-lama”, lalu bapak itu langsung memompa vaginaku secara perlahan namun pasti, ketika aku sedang asyik-asyiknya merasakan sodokan dan adukan penis bapak itu di dalam vaginaku, tiba-tiba kedua putingku digigit oleh 2 bapak yang dari tadi berdiri saja. Lalu 2 bapak yang memegangi kakiku, mengikat kakiku ke besi yang ada ikatan tali tanganku sehingga kini vaginaku lebih terangkat. Kemudian 2 bapak tadi mengambil handycam dari tas mereka masing-masing dan mulai merekam tubuhku yang sedang digarap oleh ke 3 temannya,lalu salah satu bapak itu berkata “waduh, nih cewek udah cantik, sexy, mulus, suka *******, coba bini gua, cantik ‘n mulus kayak gini, bisa betah gue di rumah” lalu mereka semua tertawa kecuali bapak yang sedang gencar menggenjot vaginaku,

tiba-tiba bapak itu menekan penisnya sangat keras ke dalam vaginaku sehingga aku kesakitan tapi aku hanya bisa mendesah pelan “mmmmaahhh….” karena tenagaku sudah terkuras habis, dan sensasi dari kombinasi antara jilatan di kedua putingku dan sodokan-sodokan penis di dalam vaginaku membuatku mencapai orgasme yang ketiga sehingga aku berteriak “akkkkhhh….. aku keeee….. luuaaaarr!!!”, 15 menit kemudian bapak yang menggenjot vaginaku mempercepat genjotannya, tak lama kemudian dia berkata “aakkhh….keluar”, lalu menyemburlah sperma yang terasa sangat hangat di dalam vaginaku, lalu bapak itu berkata “gila, memiawnya kayak ngisep ****** gue ke dalem, enak banget memiawnya”, sedangkan aku hanya mendesah “hhhhaaaahhh…”

karena kehabisan tenaga, lalu vaginaku terus digenjot sampai mereka berlima mengeluarkan sperma mereka ke dalam vaginaku, lalu mereka membuka ikatan di pergelangan tangan dan kakiku. Mereka membiarkanku istirahat sejenak, sambil mengobrol-obrol denganku dan menanyakan nomor hpku. Aku bertanya kepada mereka kenapa memperkosaku, salah satu dari ke 5 bapak itu menjawab “siapa sih yang gak mau nyobain tubuh neng cantik dan sexy kayak neng”, “akh, bapak bisa aja. Bapak-bapak ini udah saling kenal ya?” balasku. Lalu bapak yang tadi berkata lagi “ya, kami teman SMA, kami abis reunian, kebetulan ketemu neng, jadi bisa refreshing, abisnya reuniannya isinya orang-orang yang umurnya 50an kayak kami,

kami kan juga pengen ngerasain daun muda”, aku hanya tersenyum saja mendengar jawaban dari orang yang baru saja menyetubuhiku dan orang itu sepantasnya menjadi bapakku. Setelah 15 menitan aku duduk di bangku kereta, mereka sudah bernafsu lagi dan mereka mulai berebutan mengkorek-korekkan jari mereka ke dalam vagina dan anusku serta meremas-remas payudaraku yang montok. Ketika aku sedang merasakan sensasi nikmat dari korekan jari di kedua lubangku dan remasan-remasan di dada serta putingku oleh ke 5 bapak itu tiba-tiba kereta tiba di stasiun dan pintu kereta terbuka, untungnya tidak ada yang masuk ke gerbong kami.

Tapi dari gerbong lainnya muncul petugas karcis yang sudah kakek-kakek, umurnya kuperkirakan 65 tahunan ke atas. Awalnya dia kaget melihat seorang gadis telanjang dikerumuni oleh 5 orang bapak-bapak, tapi mungkin karena melihat tubuh telanjangku yang begitu menggoda, kakek itu berkata “lagi asyik nih, boleh ikutan gak?”, “boleh pak, tubuhku kan emang buat muasin laki-laki” jawabku. Kakek itu mendekati kami berenam, lalu mereka melucuti pakaian mereka sendiri. Kini, ada 6 orang laki-laki yang berebutan untuk meraba-raba tubuhku. Mereka terus meraba-raba tubuhku sampai aku mencapai orgasme yang entah keberapa kali.

Ternyata, salah satu dari 5 orang bapak itu ada yang membawa tikar, langsung saja bapak itu menggelar tikar di lantai gerbong kereta. Lalu sang kakek diberikan kesempatan pertama mencicipi vaginaku di ronde kedua ini, sang kakek langsung tidur di atas tikar, kemudian aku disuruh menaiki penisnya yang sudah tegang. Aku naik ke atas badannya dan mengarahkan penisnya ke vaginaku, ketika kepala penisnya berada di depan vaginaku, dia langsung menggerakkan pinggulnya ke atas sehingga penisnya masuk ke dalam vaginaku dengan sangat keras sampai aku merasa kesakitan dan berteriak “aaauuuwww……sakit…..”, tapi sepertinya dia tidak menghiraukannya.

Kakek itu menggenjot vaginaku dengan cepat dan kuat sehingga membuatku merasa nikmat sekali dan mendesah “aaahh….te…russ…jangan…..ber…..henti “, ketika aku sedang merasakan nikmatnya genjotan di vaginaku, tiba-tiba aku merasakan ada 2 jari yang mengkorek-korek anusku, tak lama kemudian, kurasakan penis yang hangat menyeruak masuk ke dalam anusku, lalu kudengar pemilik dari penis itu berkata “gila, lobang pantatnya sempitnya minta ampun…..enak banget”. Kini, aku merasakan sodokan di kedua lubangku, aku memejamkan mata untuk menghayati hujaman demi hujaman penis yang kulitnya sudah mengkerut tapi tetap nikmat yang mengaduk-aduk vagina dan anusku.

20 menit kemudian, sang kakek mempercepat frekuensi genjotannya sedangkan bapak yang menggenjot anusku kelihatannya belum mau orgasme, kurasakan penis yang ada di vaginaku berdenyut, tak lama kemudian sang kakek berkata “aaaakkhhh…..ke….luuu….aaaarr!!”, sang kakek menyemburkan lahar putih dan kentalnya yang hangat ke dalam vaginaku berbarengan dengan orgasmeku yang kedua di ronde kedua ini. Daerah selangkanganku menjadi sangat basah karena sperma bapak itu dan juga cairanku sendiri sampai-sampai ada yang mengalir keluar dari vaginaku ke pahaku yang mulus.

Kemudian tubuhku yang sudah lemas diangkat oleh bapak yang masih gencar mengerjai pantatku, lalu kakek tadi bangkit dari tikar dan digantikan dengan bapak yang lain, lalu aku didudukkan di penis bapak yang baru tidur di tikar oleh bapak yang mengerjai pantatku. 5 menit kemudian, akhirnya bapak yang menggenjot lubang anusku menyemburkan spermanya ke dalam lubang anusku dan sebagian spermanya mengalir keluar dari lubang anusku ke vagina dan pahaku kemudian lubang anusku dimasuki oleh penis lainnya, dan seperti sebelumnya dua lubang kenikmatanku digenjot oleh 2 penis yang berbeda,

dan ketika sudah menyemburkan sperma di dalam vagina dan anusku, posisinya digantikan oleh bapak lainnya, begitu seterusnya sampai masing-masing bapak itu menyemburkan spermanya ke dalam vagina, anus, dan mulutku. Semua persenggaman yang terjadi direkam dalam handycam. Setelah mereka puas menggarap tubuhku selama lebih dari 1 1/2 jam, mereka membiarkanku tidur di tikar untuk istirahat dan mereka memotret dengan kamera yang dibawa kakek itu serta mereka juga merekam tubuhku yang sudah belepotan karena sperma mereka dengan handycam mereka. 10 menit kemudian, akhirnya kereta yang kutumpangi sampai di stasiun yang kutuju, lalu mereka ber6 mengucapkan sampai jumpa dan berjanji akan menelponku.

Aku keluar dari kereta dengan tidak memakai apa-apa karena selain seragamku sudah dirobek oleh 5 bapak tadi, aku juga takut pintu kereta akan tertutup, jika itu terjadi maka tubuhku akan digarap lagi oleh mereka karena nafsu mereka besar entah karena nafsu mereka memang besar atau karena melihat tubuh montokku yang kapan saja bisa mereka nikmati. Di stasiun ini ada kamar mandi, maka dari itu aku langsung mengambil langkah seribu ke kamar mandi dengan sperma yang masih menetes dari vagina dan lubang anusku meninggalkan jejak putih kental ke lantai. Untungnya, setelah dari rumah temanku, aku sempat ke mall untuk membeli tank top, rok mini, parfum, dan pelembab rambut.

Langsung saja kupakai semua agar tidak ketahuan oleh orang-orang kalau tubuhku habis digarap selama 1 1/2 jam lebih oleh 6 orang laki-laki tapi aku tidak mencuci vaginaku (ya iyalah, masa mau cuci vagina di wastafel….hehe) karena aku suka bau sperma baik yang masih cair maupun yang sudah kering dan juga aku lupa membeli celana dalam dan bh sehingga aku tidak memakai apa-apa dibalik tank top dan rok miniku. Aku menyetop taksi dan menuju ke rumahku. Aku tau kalau si supir taksi melihat badanku yang putih mulus dan sexy ini, kalau saja aku tidak kelelahan pasti sudah kugoda dia sampai dia tidak tahan dan akhirnya memperkosa, tapi badanku sudah sangat lemas sehingga aku menjadi tidak bernafsu. Setelah sampai di rumah, aku membayar supir taksi itu dan langsung memencet bel.

Baca Juga :  Cerita Sex Dewasa Mesum Terbaru

Mbok Parti berlari dari dalam rumah untuk membukakan gerbang, sambil membukakan gerbang Mbok Parti “aduh non dari mana aja sih non? mbok kan khawatir”, “tadi Rasti ke rumah temen dulu, terus pulangnya naik keretanya, eh keretanya datang terlambat, ya jadinya Rasti pulangnya telat” jawabku. Mbok Parti ini memang seperti kakakku karena dia yang merawatku dari kecil kalau orang tuaku sedang pergi ke luar negeri. Aku langsung menuju kamarku, dan menjatuhkan badanku ke kasurku. Karena aku sangat kelelahan, maka aku langsung tertidur sambil memikirkan apa yang akan terjadi besok… Tamat

Incoming search terms:

cerita sex di bus, meki kakak ipar yang nikmat

Pesta Seks Remaja Anak SMP

$
0
0

Pesta Seks Remaja Anak SMP – Cerita Sex Remaja Pesta Seks Anak SMP – Namaku Sonny, dulu sewaktu masih SMP ada beberapa teman wanita yang naksir denganku, maklumlah waktu itu aku bintang kelas di SMP tersebut, di antara perempuan-perempuan tersebut adalah Rere, Vinvin (nama samaran) yang ada hubungannya dengan ceritaku ini. Cerita Sex Remaja – Aku sekarang sudah bekerja di suatu perusahaan swasta di Jakarta yang kebetulan aku termasuk eksekutif muda. Nah, bulan mei 99 kemarin, aku ada meeting di Surabaya dan kebetulan hari itu ulang tahun Rere (Rere termasuk wanita yang lumayan tingginya 170, branya 36 dan bodinya itu tuch yang semok alias seksi montok).

Sehabis meeting, aku iseng menelepon Rere dan dia mengundangku datang ke rumahnya. Kemudian aku langsung saja cabut ke rumah Rere, eh nggak tahunya di situ ramai juga teman-temennya yang datang, termasuk Vinvin. Acara pesta tersebut berlangsung sampai jam 9 malam. Di pesta tersebut Rere cerita kepadaku kalau minggu depan dia mau menikah terus Vinvin minggu depannya lagi, lalu Rere cerita masa-masa dia naksir aku terus sampai sekarang dia masih kangen berat. Maklumlah sudah 2 tahunan nggak jumpa. Kebetulan waktu itu komputer dia lagi ngadat. Nah kesempatan buatku untuk tinggal lebih lama. Langsung saja kucoba membetulkan PC-nya. Sementara di rumahnya tinggal Vinvin saja yang belum pulang dan orang tuanya juga nggak ada. Pas sedang asyik mengutak-atik PC-nya, dia menungguku di sampingku dengan sekali-sekali melirikku, aku sendiri masih hati-hati mau menembak dia.

Eh nggak tahunya si Vinvin main serobot saja. Dari belakang Vinvin langsung memelukku dan meng-kiss pipiku (Vinvin nggak beda jauh sama Rere, bedanya mata Rere kebiru-biruan sedikit dan lebih hitam dari Vinvin). Punggungku terasa ada benda kental yang bikin aku naik. Habis itu Vinvin membisikan kalau dia masih kepingin denganku, terus aku responin juga kalau aku kangen juga, terus kulumat saja bibirnya yang mungil kemerah-merahan itu. Vinvin langsung balas dengan penuh nafsu dan tetap memelukku dari belakang tapi tangannya sudah langsung menggerayangi penisku, dalam hati ini anak kepingin di embat nich.

Aku lihat Rere disampingku bengong saja dan cemberut merasa kalah duluan. Terus Rere pergi sebentar, aku masa bodoh saja, kutarik si Vinvin ke pangkuanku dan bibirnya masih kulumat habis. Gila! nafsunya besar sekali! Setelah itu kualihkan dari bibir, kukecup terus ke bawah sambil tanganku meraba buah dadanya yang besar dan kenyal. Pas kukecup di belahan buah dadanya, Vinvin berteriak, “Sstt aahh” dan semakin kencang remasan tangannya yang sudah masuk ke CD-ku, kubuka saja bajunya terus branya sekalian. Kelihatan buah dadanya menggantung siap diremas habis. Dengan gemasnya kulumat habis buah dadanya sampai dia menggelinjang keenakan dan suara yang “sstt sstt aahh…”

Setelah itu tanganku pindah ke CD-nya yang sudah basah, langsung saja kulepas roknya. Dia pun kelihatan bugil tapi masih pakai CD. Terus Rere datang dengan membisikanku bahwa kalau mau meneruskan di dalam kamarnya saja. Tanpa pikir lama-lama, langsung saja kugendong Vinvin sambil buah dadanya terus kuhisap ke dalam kamar Rere. Terus aku telentangi Vinvin di tempat tidur Rere, aku lihat Vinvin sudah pasrah menantang, langsung saja kubuka CD-nya, ehh ternyata bulu Vinvin rapi dan kecil-kecil, langsung saja kulepas celanaku sama CD-ku sampai aku bugil ria. Terdengar teriakan Rere kaget melihat penisku sepanjang 22 cm dan gede banget katanya sambil ngeloyor pergi meninggalkanku dan Vinvin. Aku tidak peduli lagi sama dia, langsung saja penisku aku arahkan ke vagina Vinvin,

uhh seret banget, dan kulihat Vinvin menggigit bibirnya dan berteriak, “Aakkhh eegghh…” Kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan sambil tangannya meremas seprei. Rupanya dia masih Virgin sehingga seret sekali memasukannya. Baru kepalanya saja Vinvin sudah teriak. Aku tahan sebentar, terus tiba-tiba langsung saja kusodok lebih keras, Vinvin langsung saja teriak kencang sekali. Masa bodoh, aku teruskan saja sodokanku sampai mentok. Rasanya nikmat banget, penisku seperti diremas-remas dan hangat-hangat basah. Sambil menarik napas, kulihat kalau Vinvin sudah agak tenang lagi, tapi rupanya dia meringis menahan sakit, kebesaran barangkali yach?

Setelah itu aku tarik penisku pelan-pelan dan kelihatan sekali vagina Vinvin ikut ketarik terus kepalanya geleng-geleng ke kiri dan ke kanan sama matanya terpejam-pejam keenakan sambil teriak, “Sstt aahh sshh egghh…” Sampai penisku tinggal kepalanya saja, langsung saja aku sodok lagi ke vaginanya sekeras-kerasnya, “Bleesshh…” Vinvin berteriak, “aahh..” Kira-kira 5 menitan vagina Vinvin terasa seret. Setelah itu vaginanya baru terasa licin hingga semakin nikmat buat disodok, semakin lama sodokanku semakin kupercepat sampai Vinvin kelihatan cuma bisa menahan saja. Rupanya Vinvin kurang agresif. Terus kusuruh Vinvin menggerakan pantatnya ke kiri dan ke kanan sambil mengikuti gerakanku. Baru beberapa menit Vinvin sudah teriak nggak karuan, rupanya dia mau orgasme.

Makin kupercepat gerakanku, akhirnya Vinvin berteriak kencang sekali sembari memelukku kencang-kencang, lama sekali Vinvin memelukku sampai akhirnya dia telentang lagi kecapaian tapi penisku masih menancap di vaginanya. Sekilas kulihat kalau Rere melihatku sambil menggigit jarinya, terus Rere mendekati kami berdua kemudian bertanya “Bagaimana tadi?” Aku senyum saja sambil penisku masih kutancapkan di vagina Vinvin, terus Rere duduk di tepi ranjang dan ngobrol kepadaku. Aku iseng, kupegang tangan Rere terus aku remas-remas. Tapi dia tetap diam saja. Setelah itu kutarik dia lalu kucium bibirnya yang ranum dan tubuhnya kutelentangi di atas perut Vinvin tapi penisku masih tetap menancap di vagina Vinvin, tidak ketinggalan kuremas-remas buah dada Rere sambil matanya terpejam menikmati lumatan bibirku dan remasan tanganku.

Sementara si Vinvin mencabut penisku lalu pergi ke kamar kecil dan jalannya sempoyongan seperti vaginanya ada yang mengganjal. Terus kubuka saja baju Rere sementara tangannya sudah merangkul tengkukku. Setelah itu kujilati saja buah dadanya sambil sekali-kali kuhisap sampai dia menggelinjang kegelian. Terus kuraba CD-nya. Rupanya sudah basah, nggak ambil peduli langsung saja kulepas seluruh celananya sampai Rere benar-benar bugil. Terus aku suruh Rere pegang penisku sampai muka dia kelihatan kemerahan. Rupanya dia belum pernah merasakan begituan. Setelah itu aku perbaiki posisinya biar nikmat buat menyodok vaginanya.

Cerita Sex Remaja – Kemudian Rere bertanya kalau dia mau diapakan. Aku suruh Rere pegang penisku lalu kugesek kevaginanya. Dia tercengang mendengar kataku, tapi dia tetap melakukan juga. Sambil matanya terpejam, Rere mulai menggesek penisku kevaginanya, pas menyentuh vaginanya, dia kelihatan nyegir sambil mendesah-desah, “Aahh…”, sementara aku sibuk meremas-remas sambil menjilati buah dadanya yang semakin lama semakin mengeras dan kelihatan puting buah dadanya semakin munjung keatas. Pelan-pelan kudorong pantatku sampai penisku menempel lebih kencang di mulut vaginanya.

Rere diam saja malah semakin keras rintihannya, eh nggak tahunya Vinvin tiba-tiba saja mendorong pantatku sekeras-kerasnya secara langsung penisku kedorong masuk kedalam vagina Rere sedangkan Rere menjerit keras, “aakkh sakit Sonny, apa-apaan kamu”, sambil badan Rere menggeliat-geliat kesakitan sementara tangannya menahan pinggulku. Sedangkan Vinvin bilang ke Rere kalau sakitnya hanya sebentar saja, terus Vinvin malah mendorong lebih keras lagi sambil menarik tangan Rere biar tidak menahan gerakan pinggulku. Rere kelihatan menahan sakit sambil menggigit bibirnya. Sampai akhirnya masuk semua penisku. Rere kelihatan mulai mengatur nafasnya yang tersengal-sengal selama menahan tadi.

Aku biarkan dulu beberapa menit sambil mencumbu Rere biar dia tambah naik sementara Vinvin yang masih bugil tadi melihat saja di samping tempat tidur sambil tertawa centil. Tidak lama Rere sudah mulai dapat naik lagi, malah semakin menggebu saja. Mulai kutarik penisku pelan-pelan terus kusodok lalu masuk agak kencangan sedikit, seret sekali. Tiba-tiba bell pintu berbunyi lalu Vinvin mengintip lewat jendela kamar lalu pakai bajunya yang panjang sampai lutut terus Vinvin ngeloyor pergi sambil ngomong, “Nyantai saja, terusin biar aku yang nemuin”, tahu gitu aku teruskan saja kegiatanku yang sempat terhenti, aku lihat Rere masih nyengir sambil kepalanya geleng kekiri dan kekanan terus pinggulnya digerakan pula mengikuti irama gerakanku.

Rupanya vaginanya cepat basah dan mampu menelan penisku sampai penuh. Sementara tanganku sibuk meremas buah dada Rere, aku terus menggenjotnya semakin cepat sampai dia mendesah-desah lebih keras terus tangannya meraba-raba punggungku lalu tiba-tiba kakinya dilipat ke atas pantatku sambil memelukku dan berteriak “aagghh”, kencang sekali hingga gerakanku tertahan dan terasa ada cairan hangat keluar dari vaginanya hingga menambah rasa nikmat. Rupanya dia orgasme beruntun, setelah pelukan dia mulai kendor. Aku teruskan lagi genjotanku pelan-pelan sambil mulai mencumbu dia biar naik lagi.

Tidak lama dia sudah naik lagi terus aku ambil posisi lebih tegak sambil tanganku pegang pinggulnya dan tangannya memuntir-muntir putingku sambil tersenyum manis. Makin lama gerakanku semakin kupercepat sodokanku, waktu kudorong ke vaginanya aku keras-kerasi lalu kulihat Rere sudah mulai memejamkan matanya dan kepalanya geleng-geleng ke kiri dan ke kanan mengikuti irama genjotanku. Aku sendiri rupanya sudah mau orgasme, maka aku genjot lebih kencang lagi sampai vaginanya bunyi kencang banget, nggak lama aku mau keluar kutarik penisku biar ejakulasi di luar. Dia malah menahan pantatku biar nggak ditarik ke luar langsung saja kudorong lagi sembari kupeluk dia erat-erat sambil teriak, “Aargghh.. eegghh..”,

kemudian Rere juga teriak lama sekali, aku ejakulasi di dalam vagina Rere sampai Rere gelagapan nggak bisa napas, kira-kira semenitan aku dekap Rere erat-erat sampai aku kehabisan tenaga, terus kucabut penisku dan kelihatan maniku sampai keluar dari vaginanya bareng darah perawannya yang sobek karena kerasnya serobotan penisku dibantu dorongan Vinvin yang keras dan tiba-tiba tadi. Sementara itu Vinvin kedengarannya ngobrol sama seorang cewek, rupanya teman Rere itu ketinggalan dompet terus kebetulan Vinvin juga kenal sama dia, nggak lama kemudian Vinvin masuk ke kamar terus menanyakan aku, “Mau kenalan nggak sama temanku?” aku jawab, “Masa aku bugil begini mau dikenalin”, “Cuek saja,

lagian tadi aku sama dia sudah ngintip lu waktu sama Rere tadi”, aku bengong saja terus Vinvin membisikan sesuatu ke Rere terus Rere mengangguk sambil tertawa cekikikan terus Rere membisikan kepadaku supaya aku nanti menurut saja, katanya asyik sich. Lalu Vinvin dan Rere yang cuma pakai selimut menemui temannya tadi terus diajak masuk sebentar ke kamar Rere sambil matanya ditutup pakai T-shirt Vinvin. Setelah itu Vinvin kasih isyarat ke aku biar diam saja sambil menuntun Christ (nama temannya tadi) supaya rebahan dulu di tempat tidur. Tentu saja Christ bertanya kalau ada apa ini. Lalu Vinvin bilang kalau entar pasti nikmat dan nikmati saja.

Christ mengangguk saja lalu Vinvin menyuruh Rere pegang tangan Christ yang diangkat di atas kepalanya dan Vinvin meraba-raba sekujur badan Christ di dalam bajunya, tentu saja Christ teriak kegelian sampai akhirnya mendesah-desah keasyikan lalu Vinvin pindah posisi dari duduk di atas paha Christ beralih ke samping sambil kasih kode ke aku biar aku duduk menggantikan dia sambil tangan Vinvin dimasukan ke dalam bra punya Christ, aku menurut saja sambil mulai mengikuti Vinvin meraba-raba tubuh seksi Christ, sementara Christ kaget dan mulai meronta-ronta nggak mau diteruskan, aku yang sudah tanggung begitu langsung saja turun lalu menarik kaki Christ supaya posisi pantatnya pas di sudut tempat tidur kelihatan Rere mengikuti dan tetap memegang tangan Christ yang sudah mulai meronta dan berteriak-teriak

“Jangan”, lalu Vinvin menutup mulut Christ dan melumat bibirnya sembari kasih kode ke aku biar diteruskan saja, langsung kubuka ritsluiting celananya dan kelihatan pahanya yang putih dan bentuk kakinya yang seksi membuat aku cepat naik, waktu aku mau peloroti CD-nya, Christ malah meronta-ronta sambil kakinya menendang-nendang hingga aku kesulitan. Aku jepit kakinya dengan pahaku lalu CD-nya aku tarik paksa sampai di bawah lututnya terus aku berdiri sedikit buat melepas CD-nya tadi habis itu aku kangkangi pahanya sembari aku arahkan penisku yang sudah tegang berat ke vagina Christ yang ada di sudut tempat tidur itu.

Setelah kepala penisku menyentuh mulut vaginanya, aku pegangi pinggulnya biar Christ agak diam nggak meronta-ronta supaya aku bisa menyodok dengan mantap, gerakan pinggul Christ sudah dapat aku tahan lalu aku cepat-cepat menyodok penisku sekeras-kerasnya ke vaginanya, sesaat kelihatan gerakan Christ yang berontak tertahan selama aku dorong masuk penisku tadi sampai mentok, seret banget dan masih agak licin, aku lihat Vinvin masih melumat bibir Christ sementara Rere melihat penisku yang sudah menancap 3/4 saja di vagina Christ tadi, setelah aku diamkan beberapa saat, aku tarik lagi penisku lalu kudorong masuk lagi sementara Christ kembali meronta-ronta menambah nikmatnya goyangan liarnya, lama-lama Christ mulai melemah rontanya dan mulai kedengaran desahan Christ, nggak tahunya Vinvin sudah nggak melumat bibirnya tadi.

Mendengar desahan dan rintihannya itu bikin aku semakin ganas, tanganku mulai meraba ke atas dibalik T-shirtnya sampai menyentuh buah dadanya yang masih terbungkus bra. Cerita Sex Remaja – Lalu aku singkap bajunya ke atas terus Vinvin membantu membukakan bra Christ tadi sementara Rere sudah melepaskan pegangan tangannya dan Rere mengambil guling lalu memeluk guling itu sambil menggigit bibirnya sambil terus melihatku yang lagi “ngerjain” Christ dengan ganas, lalu Vinvin ke kamar mandi sementara aku semakin percepat gerakanku yang semakin keras sambil kuremas-remas dan kujilati puting buah dadanya yang sudah merah merona serta desahan dan rintihan Christ yang menambah nafsuku.

Baca Juga : Cerita Sex Ngentot Istri Orang

Rupanya rontaan Christ yang liar membuatku semakin cepat keluar, baru 5 menitan aku sudah nggak tahan lagi, aku dorong keras-keras sambil kupeluk Christ sekencang-kencangnya sampai Christ nggak bisa nafas tapi masih tetap menggoyang pinggulnya, aku ejakulasi 30 detik lamanya kemudian Christ gantian mendekapku sambil menggigit telingaku sembari melenguh menahan kenikmatan yang baru dia rasakan, sementara penisku yang masih di dalam vagina Christ terasa hangat karena cairan yang keluar dari vaginanya tadi. Christ orgasme sampai 15 detik lalu aku terkulai lemas di samping tubuh Christ lalu Vinvin kembali ke tempat tidur lagi dan kami berempat pun terdiam tanpa ada yang berbicara sampai tertidur semuanya. Tamat

Henny Yang Manis dan Anna Yang Cantik

$
0
0

Henny Yang Manis dan Anna Yang Cantik – Kisahku dengan Anna dan suaminya masih berlanjut. Sekali-sekali aku masih main ke rumah mereka dan melayani permintaan mereka untuk melakukan threesome. Uniknya, pernah suatu ketika suaminya, Dicky memintaku melakukan hubungan anal dengannya sambil ditemani oleh Anna. Dicky memohon takkan berciuman denganku, hanya ingin menikmati penisku di analnya, agar ia bisa juga merasakan kenikmatan seperti yang kuberikan kepada istrinya.

Kami melakukan hal itu dengan posisi Anna berbaring di bawah suaminya sambil menciumi bibir dan dada suaminya, sedangkan suaminya menungging di depanku dan kutancapkan penisku yang sebetulnya lebih kecil dari penis suaminya, ke dalam anal suaminya. Aku masih menancapkan penisku ke dalam anal suaminya, ketika suaminya meminta Anna memasukkan penisnya ke dalam vagina Anna. Dengan Anna berbaring terlentang di bawah sekali, ditindih oleh suaminya dari atas dan memasuki vaginanya dengan penisnya, aku di atas tubuh suaminya menancapkan penisku ke dalam analnya, kenikmatan luar biasa kembali kami nikmati bertiga. Beberapa kali suaminya memintaku untuk mau melakukan hal seperti itu lagi, tetapi aku menolak.

Aku hanya sekali itu melakukan, takut jika ketagihan dan malah jadi homo betulan. Suatu sore, Anna meneleponku meminta datang ke rumah mereka, sebab ada Henny, teman kuliahnya dulu di Australia. Aku ke sana dengan pakaian santai, hanya mengenakan kaus ringkas dan celana panjang. Aku dikenalkan dengan Henny, perempuan Sunda. Lebih pendek daripada Anna, tapi orangnya manis. Kulitnya putih, bersih, hidungnya agak mancung, rambutnya panjang sebahu, lebih panjang daripada Anna yang potongan rambutnya pendek. Kami makan malam berempat dengan diterangi cahaya lilin. “Agar romantis,” kata Anna. “Ini untuk merayakan ulang tahun perkawinanku dengan Dicky,” tambahnya. Usai makan malam, kami duduk di teras belakang rumah Anna dan Dicky. Ada taman kecil di situ.

Cahaya lampu taman yang redup memberikan nuansa romantis. Kami duduk sambil menikmati white wine, kesukaan Henny, “Untuk menghormati sahabat lama,” kata Anna sambil menuangkan white wine ke gelas kami masing-masing. Kami minum setelah bersulang. Dicky dan Anna saling memberi selamat sambil berpagutan bibir disaksikan olehku dan Henny. Lama mereka berciuman barulah Henny memberi selamat kepada mereka. Henny menyalam Dicky dan menyalami Anna. Waktu mereka bersalaman dan berciuman, aku sempat terkejut sebab ternyata mereka tidak berciuman pipi, melainkan berciuman bibir. Kupikir Dicky tidak melihat hal itu, tetapi ia justru tersenyum menyaksikan mereka dan menatapku seolah-olah berkata tidak ada masalah dengan itu. Aku menyalami Dicky dan Anna.

Waktu menyalam Anna, ia tidak mau hanya kusalam, ditariknya tubuhku rapat-rapat ke tubuhnya dan mencium bibirku, “Cium dong, koq malu-malu gitu sih, Gus?” Kurasakan wajahku memerah diperlakukan begitu di depan Henny. “Nggak apa-apa koq, Henny bukan orang lain,” jelas Anna. Kembali kami berempat duduk sambil bercakap-cakap. Mula-mula tentang hal-hal yang dialami Anna dan Henny waktu sekolah di Australia. Kemudian merembet ke masalah perkawinan. Henny bercerita bahwa suaminya seorang pengusaha setengah baya, yang sudah menikah dan menjadikan dirinya istri muda. Ia mengaku terjebak oleh ulah si pengusaha, tetapi demi kebutuhan ekonomi keluarga dan menyekolahkan adik-adiknya, ia terpaksa melakukan itu. Ia justru bersyukur tidak hamil hingga kini. “Aku pernah minta cerai, tapi suamiku tidak mengijinkan,” katanya iba. “Tapi aku juga mikir, kalau menjanda, apa ada jejaka yang masih mau padaku?” katanya lagi.

Aku menatap jauh ke depan. Macam-macam saja kehidupan manusia ini, pikirku. Ada yang sudah nikah, tidak bisa hamil oleh suaminya lalu aku yang jadi semacam pejantannya. Ini ada lagi yang jadi istri muda, mau cerai tapi tidak bisa dan hanya bermimpi bisa punya suami baik kelak. “Gus, jangan ngelamun gitu dong!” kata Anna sambil mencubit tanganku. “Tuh, Henny nanya kamu!” Aku gelagapan, “Eh, maaf, nanya apa tadi Wiek?” “Waduh, payah deh ada orang bisa ngelamun di keramaian,” goda Henny, kemudian sambungnya, “Tadi aku nanya kamu, koq belum kawin juga?” “Dia mach sudah sering kawin, nikah yang belum,” sambut Anna menambah risih perasaanku. “Ya deh, aku ngerti koq,” kata Henny, “Banyak lelaki suka mikir-mikir cari jodoh, apalagi jika ketemu wanita sepertiku, takut terjerat ntar,” katanya seakan menyesali nasib.

“Jangan bicara gitu Wiek. Masih ada laki-laki yang baik. Kalau suatu ketika kamu dapat lepas dari suamimu sekarang dan dipertemukan dengan pria demikian, pasti kamu bahagia,” kataku menghibur, walaupun tidak tahu arah kata-kataku. “Daripada ngobrol tak tentu, kita ke dalam aja yuk!” ajak Anna. Kami masuk dan duduk di karpet sambil main kartu. Mula-mula hanya iseng, tetapi kemudian Anna mempunyai ide aneh, siapa yang kalah wajib membuka bajunya sedikit demi sedikit. Aku kaget dengan ide gilanya, tetapi suaminya dan Henny malah sebaliknya, mereka menyambut gembira usul tersebut. Aku tak bisa berkutik, sebab kartu sudah dibagi. Pertama-tama Anna kalah. Ia membuka baju bagian atasnya hingga kelihatan BH-nya yang berwarna merah marun. Pada permainan berikut, suaminya Dicky kalah hingga membuka kausnya.

Selanjutnya aku yang kalah dan membuka kausku. Henny masih beruntung belum kalah. Kali berikut Dicky kalah lagi dan membuka celana panjangnya. Ia kini bertelanjang dada dan mengenakan celana pendek. Berikutnya ia kalah lagi dan membuka celana pendeknya hingga hanya bercelana dalam. Setelah itu barulah Henny kalah dan membuka gaunnya sebab ia mengenakan pakaian terusan. Aku melihat sekilas ke arah tubuhnya. Ia masih mengenakan pakaian dalam menutupi kutang dan celana dalamnya yang terlihat membayang di baliknya. Berikutnya Anna kalah lagi dan membuka roknya. Ia kini hanya mengenakan BH dan celana dalam berwarna merah marun. Kali berikut Henny kembali kalah dan terpaksa membuka pakaian dalamnya yang berwarna kuning gading.

Sekarang Dicky yang hanya bercelana dalam ditemani dua perempuan yang sama-sama hanya berkutang dan bercelana dalam, sedangkan aku masih mengenakan celana panjang. Kali berikut Anna kalah lagi dan melepaskan tali BH-nya, terlihatlah payudaranya yang indah, “Wuihh, payudaramu masih cantik seperti dulu, An,” puji Henny sambil mengelus lembut payudara Anna. Anna hanya tersenyum mendapat pujian dan perlakuan begitu dari temannya. Kulirik Dicky, ia hanya menatap ke kartu yang dipegangnya sambil senyum-senyum. Aku tidak beruntung, sehingga kalah dan terpaksa membuka celanaku. Kini aku hanya bercelana dalam. Anna menatapku sambil tertawa-tawa, “Hitam nich yee!” godanya sambil menyebut warna celana dalamku.

Kali berikut Dicky kalah dan terpaksa membuka celana dalam putihnya. Ia duduk bertelanjang, tetapi tak risih ada Henny. Aku heran juga, sebab kalau kami bertiga, sudah biasa kami main bertiga, tentu tak malu lagi, tetapi kini ada Henny, koq ia tidak malu. Belakangan aku tahu bahwa Henny sudah sering menginap di rumah mereka dan tidur bertiga. Dari cerita Anna beberapa hari kemudian, kuketahui bahwa baik Anna maupun Henny adalah biseks. Memang mereka bulan lesbian murni, tetap menghendaki lelaki dalam hidup mereka, tetapi tak mampu melupakan teman intimnya dulu. Rupanya waktu di Australia mereka tinggal bersama di apartemen. Giliran berikut Henny kalah dan membuka celana dalamnya. Ia duduk dengan hanya mengenakan BH kuning gading, sedangkan celana dalamnya dilemparkan begitu saja entah kemana.

“Lho, koq itu dulu yang dibuka?” tanya Anna. “Biarin. Ntar kamu balas dendam megangin susuku,” katanya sambil membagi kartu. Dicky dan Anna tertawa mendengar jawaban Henny, aku hanya tersenyum sambil sesekali melirik ke arah paha Henny yang putih bersih, agaknya bulu kemaluannya dicukur bersih. Penasaran juga ingin tahu bagaimana bentuknya, apakah seindah vagina Anna, tapi walaupun penisku makin tegang melihat payudara Anna dan paha Henny, aku tak berani berharap macam-macam. “Jangan bermimpi, ini kan hanya sebatas permainan kartu,” pikirku. Aku tidak tahu bahwa diam-diam permainan ini sudah dirancang mereka bertiga secara cerdik untuk mengajakku masuk dalam permainan erotis berempat. Kami kembali main kartu. Di akhir permainan, Henny kembali kalah dan terpaksa membuka kutangnya.

“Horeee, kelihatan deh harta karunnya!” sorak Anna seperti anak-anak mendapatkan hadiah dan mencubit puting payudara Henny. “Nah, betul kataku, kan? Kamu emang usil deh, suka balas dendam,” kata Henny menjauhkan tubuhnya dari gangguan temannya. Henny membagi kartu. Kulirik ke arah tubuhnya. Payudaranya lebih besar kurasa daripada Anna, kutaksir ukurannya 34 C, bentuknya masih seperti payudara gadis, dengan putting yang agak kehitaman, beda dengan Anna yang putingnya lebih coklat. Kuamati lagi sekilas sekujur tubuh Henny, seakan memberi penilaian. Henny menatapku sambil tersenyum penuh arti. Entah disengaja atau tidak ia memperbaiki letak duduknya, dan kini duduk bersila hingga sekilas nampak belahan vaginanya mengintip memperlihatkan labianya. Penisku semakin tegang, sedangkan penis Dicky kulihat sudah sejak tadi tegang tanpa dapat dicegah.

Di akhir permainan, Anna kalah dan harus membuka celana dalamnya. Kini mereka bertiga benar-benar telanjang bulat, tinggal aku yang masih mengenakan celana dalam. “Wah, jagoan kita ini hebat benar, masih menguasai permainan dan jadi pemenang,” kata Henny memuji sambil melirik ke arah celana dalamku. Pada permainan ini, kembali Henny kalah, hingga Anna berteriak, “Wah, kamu tidak punya apa-apa lagi yang bisa dibuka. Kita apain Henny, hai kaum Adam?” Dicky memberi usul, “Kalau gitu, ia harus mencium orang yang ia inginkan sebagai hukuman.” “Baiklah, para juri sekalian, aku siap menjalani hukuman paduka,” Henny bangkit dari duduknya dan berdiri. Tiba-tiba kedua tangannya memegang pipiku dan memagut bibirku tanpa kuduga. Aku megap-megap diserang tiba-tiba.

Apalagi ciumannya begitu lama dan lidahnya masuk ke dalam rongga mulutku menggelitik langit-langit mulutku. Darahku semakin terpompa ke ubun-ubun mendapat ciuman demikian. Kubalas ciumannya dan lidah kami berpilinan. “Udah, udah, jangan lama-lama, ntar ada yang cemburu tuh!” kata Anna sambil menarik tubuh Henny duduk kembali ke tempatnya. Henny membagi kartu lagi. Kali ini Anna yang kalah. Seperti yang terjadi pada Henny, ia diminta mencium orang yang ia sukai. Tadinya kupikir ia akan mencium Dicky atau aku, ternyata dugaanku meleset. Ia bangkit dan mencium bibir Henny sambil meremas-remas payudara Henny. Henny membalas ciuman Anna sambil tangannya bermain di sela-sela paha Anna. Desahan mereka berdua terdengar di sela-sela ciuman terlarang yang mereka lakukan. Dicky dan aku hanya dapat menonton perbuatan mereka.

Beberapa saat kemudian mereka kembali duduk dan Anna membagi kartu. Giliran berikutnya suaminya Dicky kalah. Dicky memilih Anna untuk dicium dan meremas payudara Anna, tapi herannya tangannya bermain di kedua payudara Henny. Henny hanya tersenyum menatapku yang keheranan, bahkan tangan kirinya meraba-raba punggung dan pantat Dicky sedangkan tangan kanannya mengikuti tangan Dicky meremas payudara Anna. Setelah itu, mereka bertiga kembali duduk dan Dicky membagi kartu. Kali ini aku yang apes, hingga harus mengikuti mereka bertiga, bertelanjang bulat! Wajahku agak memerah waktu kulepaskan celana dalam hitamku. “Wow, indah nian. Benda apakah gerangan itu?” Anna berkomentar, diikuti oleh Henny, “Ah, betapa beruntungnya wanita yang berkesempatan berkenalan dengan benda itu?” Aku hanya tersipu-sipu digoda kedua perempuan itu dan membagi kartu dengan tangan agak gemetar. Rupaya Henny memperhatikan tanganku, ia pegangi tanganku sambil mengelus lembut punggung tanganku.

”Tenang aja Gus! Kamu ada di tengah para sahabat koq.” Kali berikut Anna kalah lagi. Kini ia memilih aku untuk dicium. Namun entah meniru suaminya, sambil menciumi aku, tangannya bermain di payudara Henny, meremas dan memainkan putingnya. Henny mendesah mendapat serangan Anna. Dicky mengelus-elus punggung Anna sambil ikutan meremas payudara Henny. Aku melepaskan diri dari ciuman Anna. Anna kembali duduk diikuti oleh Dicky dan Henny. Permainan berikut Dicky kalah lagi dan kini ia memilih Henny untuk dicium, tetapi sebelah tangannya menarik tangan istrinya ikut mengambil peran mengeroyok Henny. Henny membalas ciuman Dicky diikuti oleh ciuman Anna. Ketiganya terlibat dalam ciuman panas bertiga.

Kulihat bagaimana lidah mereka saling bertemu dan melumat. Kali berikut Henny kalah, tapi sebelum ia memilih orang yang disukainya untuk dicium, Anna berkata, “Sekarang yang kalah harus mau diperlakukan apa saja, ok tuan-tuan?” “Ya, ya, betul,” kata suaminya, sambil bertanya padaku, “Gimana Gus, setuju?” “Aku ngikut aja dech,” kataku sambil berharap akan sesuatu yang lebih erotis. Henny kelihatan merengut, tapi tidak membantah. “Ok silakan, aku mau diapain nich?” katanya pasrah. Anna menarik kedua tangan Henny dan membaringkan tubuh Henny di karpet. Lalu ia mencium bibir Henny sambil meminta suaminya mengerjai bagian bawah tubuh Henny dengan isyarat tangan. Suaminya memegangi kedua belah paha Henny dan membukanya lebar-lebar, lalu mencium vagina Henny yang bersih tanpa rambut.

Henny mengerang diperlakukan begitu oleh suami istri tersebut. Aku hanya memandangi mereka. Tak lama kemudian kudengar Anna berkata, “Gus, kamu tidak ingin ikut menjatuhkan hukuman pada penjahat ini?” Aku diam saja sambil menggelengkan kepala. Anna kembali menciumi bibir Henny sambil meremas-remas payudara Henny; sedangkan Dicky sambil menciumi vagina Henny, tangannya mencari payudara Henny yang sebelah lagi. Habislah Henny diserang oleh kedua orang itu. Lebih lama daripada yang tadi-tadi, ketiganya seakan tidak peduli atas kehadiranku, mereka terpaku pada apa yang ada di hadapannya. Apalagi kulihat Anna sudah berganti posisi dengan suaminya, dan gilirannya mengerjai vagina Henny, sedangkan suaminya kini menciumi payudara Henny, putingnya dilumat hingga Henny semakin kuat merintih.

Kedua tangan Anna kulihat memegang labia Henny dan membukanya lebar-lebar, lalu dengan suatu gerakan lembut ia menjulurkan lidahnya menusuk liang vagina Henny. Henny merintih, “Oooouhhhh Annnnn, terusin ….. yang dalam sayang!!!! Yahh gitu sayangggg ……” Remasan tangan Dicky pada payudara Henny berganti-ganti dengan gigitan lembut, membuat Henny semakin mengawang-awang menggapai kenikmatan. Anna mendukung aksi suaminya dengan menjilati dan mengisap klitoris Henny. Pantat Henny sesekali terangkat dan pinggulnya menggeliat-geliat diserang Anna. Aku hanya melihat mereka sambil sesekali menelan ludah. Anna menatapku dan menarik tanganku mendekati mereka. Ia mencium bibirku. Kurasa aroma khas vagina Henny pada ciuman Anna. Kami berpagutan dengan erat.

Dicky masih terus mencium dan meremas payudara Henny. Anna mengajakku bersama-sama mencium vagina Henny. Kuikuti ajakannya. Tiba-tiba Henny berkata, “Udah dulu dong! Masak aku diserang tiga orang sekaligus?” Kami tertawa-tawa. Anna kemudian berkata, “Kita ke kamar aja yuk biar lebih enak pada permainan sesungguhnya?” Dicky tidak menjawab, tapi mengikuti ucapannya. Henny masih terbaring dengan napas tersengal-sengal menahan nafsu yang mendekati puncak. Aku berdiri bergandengan dengan Anna mengikuti Dicky, tapi kutahan langkahku melihat Henny masih terbaring di karpet. “Kenapa Gus? Yah udah, kalau kamu kasihan pada Henny, gendong aja dia, udah lemes tuh!” katanya melepaskan tanganku.

Aku berlutut di samping Henny, kuletakkan tangan kiriku di bawah lehernya dan tangan kananku di bawah lututnya. Lalu tanpa meminta ijinnya, kugendong dia. Kedua tangan Henny memeluk leherku seakan-akan takut jatuh. Sambil menggendongnya kulangkahkan kaki ke kamar tidur Dicky dan Anna. Henny sesekali mengangkat lehernya dan mencuri cium bibirku. Aku membalas sambil membawa tubuhnya yang indah dan ketika tiba di kamar, tubuhnya kubaringkan di ranjang. Anna sudah membaringkan tubuhnya lebih dulu di situ. Begitu tubuh Henny terlentang di ranjang, Anna langsung memagut bibir Henny sambil jari-jarinya mengelus-elus sekujur tubuh Henny. Dicky melihat mereka berdua sambil memberi isyarat padaku untuk menonton adegan yang dipertontonkan kedua perempuan itu. Henny membalas ciuman Anna dan balas menciumi bibir Anna dan dengan ganas turun ke leher dan dada Anna.

Anna kini ada di bagian bawah, dengan Henny di atas tubuhnya menciumi leher, payudara, perut dan kini mengarah ke paha Anna. Ciuman Henny berhenti di paha Anna dan kedua tangannya menguakkan labia vagina Anna serta mencari klitoris dan menjilati vagina Anna. Anna tidak mau tinggal diam diperlakukan seperti itu, pantat Henny ia tarik dan ia tempatkan paha Henny tepat di atas wajahnya, lalu ia melakukan hal yang serupa terhadap Henny. Kedua perempuan itu kini berada dalam posisi 69. Saling mencium, menjilat, sambil mendesah, mengerang dan merintih. Rintihan mereka semakin memuncak ketika keduanya kami perhatikan menusukkan jari ke dalam vagina yang lain sambil menciumi vagina dan klitoris. Dengan suatu jeritan panjang, keduanya mengalami orgasme bersama-sama.

Lalu keduanya saling berciuman bibir, bersama-sama berbagi cairan vagina yang diperoleh. Keduanya berpelukan di ranjang. Sedangkan aku dan Dicky mendekati mereka berdua. Ranjang itu kini dimuati empat orang dewasa sekaligus. Anna ada di dekatku, sedangkan Henny ada di dekat suaminya. “Gus, Henny pengen sekali kenalan dengan penismu,” bisik Anna lembut di telingaku sambil menciumi dagu dan bibirku. “Hmmm, makin gila aja kita ini,” kataku sambil membalas ciumannya. Kulirik Dicky juga sedang berciuman dengan Henny. Dicky semakin ganas menciumi bibir, leher dan dada Henny. Mungkin ia masih terpengaruh oleh adegan lesbian tadi yang ditampilkan kedua perempuan itu. Aku sendiri merasa hampir orgasme tadi, tetapi kutahan dengan mengalihkan perhatian kepada hal-hal lain.

Dicky menciumi setiap liku-liku tubuh Henny hingga kembali Henny mendesah dan mengerang. Anna menciumi tubuhku hingga penisku mencapai ketegangan puncak. Saat akan kumasukkan penisku ke dalam vagina Anna, ia justru menolak tubuhku, “Ntar Gus, giliran Henny dulu. Sudah lama ia berharap.” “Lho, dia kan sedang main dengan suamimu?” protesku. “Nggak apa-apa, kalian berdua kerjai dia dulu. Ntar baru giliranku. Sudah lama ia tidak dikunjungi suaminya. Haus banget tuh!” katanya menjawab protesku. “Kulihat Henny mendesah-desah diciumi vaginanya oleh Dicky. Kedua tangannya meremas-remas payudaranya. Anna mendekati mereka berdua dan mencium bibir Henny sambil meremas-remas payudara Henny. Kedua tangan Henny kini mengelus punggung Anna sambil sesekali meremas payudara temannya. Anna memainkan lidahnya dan menggelitik leher Henny. Henny menggelinjang.

Tanganku ditarik oleh Anna mendekat, sehingga aku kini ikut ke dalam kancah pertempuran. Pantatku ditarik oleh Anna mendekati wajah Henny hingga penisku tepat berada di atas mulutnya. Lidahnya mulai menjulur keluar dan menjilati kepala penisku. Lalu ia mengangkat lehernya dan dengan bantuan tangan kirinya, dipegangnya penisku memasuki mulutnya. Tak kalah dengan permainan lidah dan mulut Anna, Henny pun memainkan penisku dengan hebatnya. Aku merasakan darahku mengalir deras memasuki setiap sel di penisku dan gelora birahi mencapai ubun-ubunku hingga rasanya sudah ingin mencapai orgasme. Tapi kutahan gelora tersebut. Kudengar Anna berkata pada suaminya, “Mas, kasih kesempatan pada Agus dong, biar mereka dulu yang main sayang!” Suaminya bangkit dan memberi kesempatan padaku untuk mendekati bagian vagina Henny. Aku tidak lagi menciumi vaginanya, kuatir spermaku muncrat.

Kugesekkan penis pada klitorisnya dan kemudian ke celah-celah vaginanya. Henny mengerang sambil menarik pantatku agar semakin dalam memasukkan penis ke dalam vaginanya. Aku menancapkan penis ke dalam vaginanya dengan irama pelan namun teratur. Henny semakin meracau mendapat perlakuan demikian, “Gus, yang dalam dong. Cepetan, aku sudah nggak kuat nich?” pintanya. “Nggak ku ku nich yeee?” goda Anna dan ditimpali suaminya dengan ucapan, “Iya tuh Gus, masak tidak kasihan pada kaum yang lemah sich?” Kupercepat gerakan pantatku menekan sambil melempar senyum pada Anna dan Dicky. Sambil memaju-mundurkan pantatku, dalam hati aku berterima kasih pada kedua suami istri ini, sebab mereka membuatku dapat merasakan vagina perempuan Sunda seperti Henny. Agak beda dengan Anna.

Di bagian dalam vaginanya seakan-akan ada mpot ayamnya. Tak ingin menyerah padanya, kutarik penisku keluar vaginanya dan kupegang penisku pada pangkalnya dengan tangan kananku lalu kugesek-gesekkan kembali pada klitorisnya. Henny mendesah dan merintih semakin lirih, “Gussss, ayooooo masukin lagi sayang! Aku mau sampai nich….. Oooouggghhhh enak banget siccchhhh?” Geliat pinggulnya semakin cepat. Payudaranya diciumi dan diremas oleh Dicky sedangkan bibirnya dilumat lagi oleh Anna. Diserang bertiga begitu, tentu saja ia blingsatan. Kembali penis kumasukkan sedalam-dalamnya ke vaginanya. “Ahhhhhh, nikmaattttnya Gusss!!!” rintihnya. Gerakanku kini semakin kencang mengimbangi geliat tubuhnya, apalagi ketika pantatnya terangkat-angkat seakan-akan menginginkan penisku masuk lebih dalam lagi.

Kuletakkan kedua tanganku di bawah pinggulnya dan agak kuangkat pantatnya hingga hunjaman penisku semakin dalam. Kedua pahanya melingkari pinggulku dengan ketat. “Kuat benar perempuan Sunda ini, jepitannya maut,” batinku. “Ahhhh, Guss …. Aku dapat …… oooooouuugghhhh ….. sshshhhhh,” jeritnya sambil menyorongkan pantat dan pinggulnya ke arah pahaku sehingga kedua kemaluan kami begitu rapat menyatu, seakan tak dapat dipisahkan lagi. “Ya sayang, sama-sama, aku juga dapet niccchhh …. Akkkkhhhh ….” geramku sambil menancapkan penis hingga ke pangkalnya. Kurasakan mpot-mpot ayam di dalam vaginanya meremas-remas kepala penis dan denyutan dinding vaginanya begitu hebat menjepit kulit batang penisku. Kuhentakkan beberapa kali penis sedalam-dalamnya ke dalam vagina Henny.

Dicky meremas dan menggigit mesra payudara Henny bergantian kiri dan kanan, sedangkan Anna tak melepaskan bibir Henny dari pagutan mautnya. Henny masih terengah-engah waktu kucabut penisku. Dicky yang melihat Henny terbaring mencoba mengarahkan penisnya ke dalam vagina Henny, tapi Henny menolak, “Jangan dulu Dick, masih lemas nich! Kamu dengan Anna dulu dech!” Dicky tampak agak kecewa, tapi Anna mencium bibir Dicky sambil menghibur, “Benar sayang, kenapa kamu tidak denganku saja dulu, ntar kalau Henny sudah segar lagi, baru kau kerjai dia.” Dicky tak menjawab. Setelah membalas ciuman Anna, ia menyuruh istrinya nungging dan menempatkan diri di belakang istrinya. Entah ia dendam atas kata-kata istrinya, ia tidak pakai aba-aba lagi, bukannya memasukkan penisnya ke dalam vagina, malah ia langsung mengarahkan penisnya ke anal Anna.

Anna yang juga sudah naik birahi melihatku main dengan Henny, menerima saja perlakuan suaminya. Namun ia menempatkan wajahnya di antara kedua pahaku yang berbaring di samping Henny. Sambil menikmati hunjaman penis suaminya, ia mencium dan menjilati penisku yang masih belepotan dengan cairan vagina temannya dan spermaku. Tanpa merasa jijik sedikit pun, ia melakukan hal itu, sambil menggenggam penisku yang kembali tegang diperlakukan seperti itu. Henny tersenyum melihat mereka dan melabuhkan ciumannya pada bibirku. Aku meraba payudara Henny sambil menikmati kuluman bibir dan jilatan lidah Anna pada penisku. Henny kembali terangsang kuremas dan kurabai payudaranya. Tapi aku tidak memberikan peluang untuknya lagi, sebab sudah punya rencana sendiri.

Kuangkat wajah Anna dari celah-celah pahaku dan kupindahkan ke vagina Henny. Semula Anna mau protes, tetapi ia mungkin belum mengerti apa yang akan kulakukan. Aku bangkit dari posisi berbaring dan kutarik tubuh Anna agar berada pada posisi berlutut. Sambil tetap dikerjai suaminya dari belakang, aku ciumi bibir Anna dan kutempatkan tubuhku tepat di bawah tubuhnya. Kini vaginanya tepat berada di atas penisku. Kuarahkan penisku ke vaginanya sambil terus menciumi bibirnya. Anna tersenyum, sekarang baru ia mengerti mengapa aku menaruh wajahnya tadi pada vagina temannya. Kini penisku berada di dalam vagina Anna, sedangkan penis suaminya menancap di anal Anna. Mulutku kuarahkan pada payudara Anna agar ia kembali dapat mencium dan menjilati vagina temannya. Henny kembali diserang oleh Anna yang mendapat keroyokan suaminya dan aku.

Anna semakin mendesah dan rintihannya seperti biasanya, yang cenderung ke arah jeritan, membahana ketika penis suaminya semakin cepat masuk keluar analnya, sedangkan penisku masuk keluar ketika ia memaju-mundurkan tubuhnya di atasku. “Aaaauuuuhhhhh, enakknnyaaa …. Aduuuhhhh …. nikmat !!!” keluar dari dalam mulutnya. Suaminya memegang kedua pinggulnya sambil menghentakkan penis sedalam-dalamnya sambil bertanya, “Mana yang paling enak, sayang? Punyaku di pantatmu atau punya Agus di mem*kmu?” Anna menjawab di sela-sela rintihannya, “Ssshshh, aaaahhhhh…. punyamu enak banget sayang, besar dan panjang, tapi jangan terlalu kuat, ntar pecah ususku, sayang! Ooouggghhhh, punyamu juga enak Gus, tidak terlalu besar, eeehhhsss, tapi mainnya lincah banget sichhhhh? Ohhhhhh ….” Dicky memperlambat laju pantatnya maju mundur di belakang pantat Anna.

Henny kudengar merintih makin kuat, mungkin sebentar lagi ia akan orgasme pula. Dicky mengerang dan memeluk tubuh istrinya kuat-kuat dari belakang. Ia rupanya sudah orgasme. Anna, entah karena sudah sering kami kerjai berdua, semakin kuat melawan, agak lama baru orgasme. Pada puncak orgasmenya, ia menggeram kuat-kuat dan memeluk punggungku dengan kuatnya sambil mencium bibirku dan menggigit lidahku, sementara payudaranya diremas kuat-kuat oleh tangan suaminya dari belakang. Bersamaan dengan itu, jari-jarinya menekan klitoris dan vagina Henny, dan kudengar Henny juga menjerit, “Annnn, aduuhhhh aku dapet lagi sayang!!!!” Aku sendiri, karena baru orgasme waktu dengan Henny, belum keluar lagi.

Dengan penis yang mulai layu, Dicky menarik tubuhnya dari belakang tubuh istrinya. Istrinya masih berbaring menelungkup di atas tubuhku sambil menikmati penisku yang masih tegang dalam vaginanya. Dicky beringsut ke dekat Henny dan berciuman sambil berpelukan dengan Henny sambil menyaksikan istrinya masih menindih tubuhku di bagian bawah mereka. Vagina Anna masih berdenyut-denyut menjepit penisku. Tak lama kemudian ia mengangkat tubuhnya dari atasku dan menarik diriku berbaring di dekat suaminya dan Henny. Kami berempat berbaring bersisian sambil sesekali berciuman atau mengusap lembut tubuh yang lain. Setengah jam kemudian Henny bangkit menarik tanganku dan Dicky dan mengajak kami berdua main lagi dengannya. Rupanya ia penasaran melihat temannya kami serang berdua tadi.

Dicky tidak menolak. Ia berciuman dengan Henny sambil mengusap-usap payudara Henny dan merabai vaginanya. Aku masih berbaring menatap mereka berdua sambil mengelus-elus payudara Anna. Kutoleh ke arah Anna seolah meminta persetujuan, Anna seakan mengerti maksud tatapanku, berkata, “Ayo Gus, kamu ladeni lagi Henny. Ia juga kuat koq, jangan kuatir ia bakal pingsan ntar. Kamu udah tahu kehebatan mem*knya tadi, kan?” “Iya tuh, kayak ada cincin baja aja dalam mem*knya, penisku hampir tak bisa bernafas dibuatnya,” kataku bercanda. “Emangnya aku tukang besi, sampe memasukkan cincin baja ke dalam mem*kku?” bantah Henny di sela-sela ciuman bibirnya dengan Dicky. Kami berempat tertawa. Aku masih berbaring ketika Dicky menempatkan tubuh Henny di atas tubuhku. Rupanya Dicky ingin aku mengerjai anal Henny sambil ia memasukkan penisnya ke dalam vagina Henny.

Henny berjongkok di atas pinggangku, membelakangi wajahku dan perlahan-lahan menaruh penisku tepat di atas analnya. Kurasa ia agak mengalami kesulitan, sebab agak lama barulah penisku dapat memasuki analnya. “Aaauuuhhh, koq agak sakit An? Waktu kamu masukkan penis buatan koq tidak sesakit ini?” tanyanya pada Anna. “Penis buatan kan lebih kecil daripada kont*l Agus, sayang! Coba kamu nikmati, ntar lagi bakalan enak deh, dijamin halal,” katanya. Henny tidak menjawab, desah kesakitan yang keluar dari mulutnya berganti dengan rintihan nikmat, agaknya ia mulai merasakan kenikmatan akibat masuknya penisku ke dalam analnya. Sejenak kami berdua merasakan posisi tersebut. Anna kulihat berlutut di sebelah kiri kepalaku, meremas-remas payudara Henny sambil memberikan vaginanya kukerjai. Dicky mendekati Henny dan menempatkan penisnya ke vagina Henny.

Maka mulailah episode baru seperti yang dialami Anna tadi, dengan pemain utama yang berbeda, yaitu Henny. Henny melenguh pelan waktu penis Dicky yang agak besar melesak ke dalam vaginanya. “Ehssshhhh, pelan-pelan Dick, penismu jumbo sich!” desisnya disertai tawa ringan Anna mendengar gurauan temannya terhadap penis suaminya. “Emangnya ikan lele, Hen?” Desahan nikmat Henny bercampur erangan Dicky dan aku. Anna belum terdengar mengerang, mungkin karena vaginanya belum tuntas kukerjai. Kedua tangan Henny bertumpu ke belakang menahan tubuhnya, sedangkan Dicky terus memasuk-keluarkan penisnya ke dalam vaginanya, sementara penisku dari bawah berada pada posisi pasif bergantung pada kehendak Henny menaik-turunkan pantatnya agar analnya masuk keluar menikmati hunjaman penisku.

Kugeser letak kedua paha Anna agar berpindah tempat hingga kini posisinya berlutut tepat di atas wajahku, tubuhnya tepat berada di belakang Henny, menyangga tubuh Henny yang melengkung ke belakang di atas tubuhku. Kulihat dari bawah, kedua tangan Anna meremas-remas payudara Henny. Terangsang melihat ulahnya, kuarahkan kedua tanganku meremas-remas kedua payudara Anna. Dicky kudengar semakin kuat menggeram, mungkin ia semakin dekat ke puncak kenikmatannya. Laju penisnya kurasa semakin cepat di atas tubuhku, masuk keluar vagina Henny. Desahan kami berempat bercampur, tetapi rintihan kedua perempuan itu mengalahkan suara Dicky dan aku.

Cairan vagina Anna semakin deras menetes ke dalam mulutku. Apalagi sewaktu kujulurkan lidahku dalam-dalam ke liang vaginanya atau ketika klitorisnya kuisap kuat-kuat. “Sssshh, terusin Gus, yah, yahhhhh gitu sayang! Enakkkkhhh tuuuuhhh, ooouggghhh…..” rintihnya sambil meliuk-liukkan tubuh di atas wajahku. Kupercepat isapan pada klitorisnya sambil memberi variasi dengan menjilat dan mengisap kedua labia vaginanya bergantian, kiri kanan. “Henn, aku mau keluar nih …. Kamu sambut ya sayang?” kudengar suara Dicky dan tiba-tiba ia mencabut penisnya dan mengarahkannya ke mulut Henny. Henny menyambut gembira penis Dicky. Digenggamnya dengan tangan kanan batang penis Dicky sedang tangan kirinya mengusap lembut testis Dicky.

Beberapa isapan mulutnya membuat Dicky tak kuasa lagi menahan semprotan spermanya dan ia mendorong penisnya ke dalam mulut Henny. Anna kulihat semakin kuat menggeliat dan mengerang. Agaknya ia pun bakal menyusul suaminya. “Ooohhh, Gus, aku orgasme sayang!” erangnya sambil menggesek-gesekkan labianya ke wajahku. Habislah wajahku dipenuhi oleh vaginanya yang basah dengan sedikit rambut halusnya. Kedua suami istri itu kemudian saling berpelukan dan berciuman sambil melihat kami berdua, Henny dan aku masih dalam posisi semula. “Tukar posisi dulu Hen, biar kamu cepet sampai!” saran Anna. Henny bangkit berdiri hingga penisku keluar dari dalam analnya. Lalu ia menungging membelakangiku, berharap aku mengerjainya dengan doggy style.

Aku berdiri di belakang tubuhnya, mengusap-usap pahanya yang putih mulus dan dengan perlahan-lahan memegang kedua pangkal pahanya dengan kedua tanganku. “Lho, mau pakai gaya apa Gus?” tanyanya penasaran. “Tenang saja, sayang, pokoknya nikmati saja!” kataku sambil mengangkat kedua belah pahanya mendekati pinggangku dan kuarahkan penisku ke dalam vaginanya. Diperlakukan begitu olehku, Kedua tangannya hampir tak kuat menahan tubuhnya, ia menahan tubuh bagian atasnya dengan kedua siku tangannya sedangkan vaginanya mulai disusupi oleh penisku. Dengan doggy style yang divariasi begini, membuat tusukan penisku pada klitoris dan liang vaginanya semakin maksimal, dan desahan Henny berganti menjadi jeritan-jeritan kecil penuh kenikmatan. “Ahhh, nikmat sekali An! Pinter banget temanmu ini memberi kenikmatan padaku?” Anna hanya tersenyum memandangi Henny.

Suaminya Dicky duduk bersandar di punggung ranjang menatap kelakuan kami. Penisku masuk keluar vagina Henny semakin kuat. Kedua belah pahanya kutarik dan kudorong makin cepat hingga penisku mendapat tekanan yang hebat ketika kutarik kedua pahanya, tetapi ketika kudorong ke depan, denyutan vaginanya seolah-olah tak rela ditinggalkan penisku. Dengan beberapa kali hentakan, kuhantarkan Henny ke puncak kenikmatannya. Teriakan panjangnya terdengar, tetapi dengan cepat mulutnya disumpal oleh mulut Anna yang begitu lincah memagut. “Auuuggghhhh, mmmppppfff …. Aaahhh.” Kami berempat berbaring sambil meredakan nafas yang terengah-engah. Aku masih belum orgasme lagi sementara mereka bertiga sudah mendapatkan orgasme barusan.

Rasa kurang puasku agaknya dipahami Anna yang tahu bagaimana daya tahanku, sebab ia selama ini sangat tahu bagaimana cara memuaskanku. “Kalian berdua di sini dulu, ya? Aku mau berduaan dengan Agus dulu,” katanya sambil menarik tanganku dan turun dari ranjang. “Wah, ada rahasia apa nih Dick, koq kita berdua tidak diajak ya?” goda Henny sambil melihat ke arah Dicky. Dicky hanya mengangkat bahu sambil menarik tangan Henny agar mendekati dia. Dicky memeluk tubuh Henny sambil mencium bibirnya dengan lembut. Henny membalas dan mereka kembali terlibat dalam ciuman yang memabukkan, tak peduli lagi terhadap Anna dan aku. Dengan bertelanjang, Anna menarik tanganku. Kami berdua melangkah ke ruang tengah. Anna mengajakku ke arah sofa, tapi tidak untuk duduk, melainkan menempatkan tubuhnya di atas sandaran sofa dengan kaki kanannya naik mengangkangi sandaran sofa, sedangkan kaki kirinya menapak ke lantai. Ini salah satu variasi dari doggy style yang juga merupakan salah satu posisi favoritnya.

Perlahan-lahan kugesekkan penisku ke vaginanya dari belakang. Masih lembab kurasakan vaginanya. “Masukin Gus, ayo!” pintanya. Kumasukkan penisku makin dalam ke vaginanya. Beberapa tusukan yang kulakukan membuat Anna merintih, tidak hanya mendesah. Itu akibat tekanan penisku pada klitoris dan dinding vaginanya. “Lebih cepat lagi, sayang!!!” rengeknya manja. Kuikuti permintaannya dengan semakin mempercepat laju pantatku maju mundur, sehingga penisku makin cepat masuk keluar vaginanya. Kedua tanganku kujulurkan ke depan merabai kedua payudaranya, yang kiri berada di sebelah kiri sandaran sofa sedang payudara kanannya berada di sebelah kanan sandaran sofa. Remasan tanganku pada kedua payudaranya ditambah tusukan penisku membuatnya makin terangsang hebat.

Apalagi ketika tubuhku kutempatkan tepat di atas punggungnya sambil meremas dan menusuk, kujilati punggungnya dan sesekali menggigit lembut pundaknya. Rintihan Anna semakin menaik dan geliat pinggulnya semakin kuat. “Guuusss ….. aaaahhhhh ….. enaknyaaa …. Aku dapat lagiiiii sayangggg ….” Aku ingin bersamaan mencapai puncak kenikmatan, sehingga berusaha mengejar dirinya dengan semakin kuat menggerakkan penisku di dalam vaginanya yang semakin kuat menyedot penisku. Denyutan dinding vaginanya membuat penisku sampai pada puncak aksinya dan dengan suatu erangan kenikmatan, kutusukkan penisku sedalam-dalamnya sambil memeluk tubuh Anna dan meremas payudaranya. Penisku merasakan kenikmatan yang hebat sewaktu kepala penisku kubenamkan dalam dan membiarkannya di dalam vaginanya.

Kedutan-kedutan halus kurasakan pada kepala penisku, hingga rasanya aku tak lagi menjejak bumi. “Plok, plok, plok, plok,” kudengar suara tepukan dua pasang tangan. Rupanya Dicky dan Henny sudah berdiri tinggal beberapa meter dari kami dan melihat kami berdua main. “Ada acara nambah nich yee?” gurau Henny sambil mendekati kami dan bersama-sama Dicky duduk di sofa dekat kami. Aku tersenyum mendengar kata-kata Henny. Beberapa saat kemudian kucabut penisku dan berdiri lalu mengambil tempat duduk di dekat mereka. Anna lalu menyusul hingga kami berempat duduk di sofa dalam keadaan masih bertelanjang bulat. “Aku jadi pengen lagi nih Dick. Gimana, bisa bantu aku nggak?” tanya Henny pada Dicky. “Sepanjang bisa kulakukan, silakan tuan putri,” sambut Dicky dengan gaya seorang hamba terhadap tuan putrinya.

Henny lalu berdiri dan mengalungkan kedua lengannya ke leher Dicky, sambil mencium bibir Dicky ia berbisik pelan tanpa dapat aku dan Anna dengar apa yang ia bisikkan. Kami hanya tersenyum melihat ulah Henny. Setelah beberapa saat mereka berciuman sambil berpelukan dalam keadaan berdiri, tiba-tiba kami amati Dicky berjongkok dan memegang pergelangan kaki Henny lalu membalikkan tubuh Henny hingga kini kedua tangan Henny bertumpu ke lantai sedangkan kedua kakinya berada di atas dipegangi oleh kedua tangan Dicky pada bagian pergelangan kakinya. “Posisi 69 dimodifikasi,” bisik Anna perlahan. “Asyik juga tuch. Kapan-kapan kita coba ya, Gus?” sambungnya. Aku mengangguk sambil menatap lekat-lekat pada Dicky dan Henny. Sambil bertumpu pada kedua tangannya yang ada di lantai, kepala Henny bergerak-gerak mendekati pangkal paha Dicky mencari penisnya.

Lalu lidahnya mencium dan menjilati penis Dicky. Dicky sendiri tidak tinggal diam, diperlakukan demikian, ia tak kalah ganasnya, lidahnya terjulur ke vagina Henny yang ada tepat di depan wajahnya. Keduanya saling mencium, menjilat dan mengisap kemaluan yang lain dalam posisi enam sembilan, namun dalam posisi si pria berdiri, sedangkan si perempuan berada pada posisi terbalik dengan kedua tangannya bertumpu di lantai. Anna bangkit berdiri mendekati mereka berdua. Ia mendekati belakang tubuh Henny dan menciumi pantat Henny. Kadang-kadang mulutnya bertemu dengan mulut suaminya. Mereka berciuman dan sesekali sama-sama menjilat vagina Henny. Lubang anal Henny tak luput dari jilatan lidah mereka berdua. Henny benar-benar dikerjai habis-habisan oleh kedua suami istri itu.

Rintihan Henny tak membuat mereka menghentikan aksinya, bahkan semakin liar mencium, menjilat dan jari-jari Anna turut bekerja masuk keluar vagina dan anal Henny, hingga tak kuasa lagi Henny pun meraung mencapai titik kenikmatan tertinggi. Entah bagaimana cara mereka mengerjai Henny, tapi aku terkejut juga sewaktu melihat Henny menjerit, sebab dari vaginanya kulihat cairan muncrat beberapa kali. Mungkin karena ia benar-benar sampai kepada kenikmatan yang tak terkira hingga air seninya turut keluar bersamaan dengan cairan vaginanya, pikirku dan kuingat kejadian yang suka dialami Anna kalau main sampai begitu hebatnya denganku. Dicky mengangkat dan meletakkan tubuh Henny di sofa panjang tepat di samping kiriku.

Anna mengambil tempat di sebelah kananku, sedangkan Dicky duduk di sebelah kiri Henny. Beberapa ciuman didaratkan Dicky pada bibir Henny. Anna tak kalah buas dengan suaminya, memagut bibirku dengan lahapnya sambil jari-jarinya mengelus-elus dadaku. Henny sendiri mengelus-elus penisku sambil terus berciuman dengan Dicky. Aku melirik ke jam dinding, menunjukkan pukul 02.30. Tiga jam sudah kami berempat melakukan hubungan seks gila-gilaan sejak main kartu tadi. Setelah mengaso beberapa saat, Dicky kembali terangsang sebab elusan jari-jari Henny pada penisnya membuat penisnya kembali tegang. Bertelekan pada sofa kecil tanpa sandaran, dengan sebelah kaki menekuk, Henny dihajar dari belakang oleh Dicky. Melihat mereka, Anna tak mau ketinggalan.

Ia memintaku melakukan hal yang sama dalam arah yang berlawanan, sedemikian rupa hingga wajahnya berdekatan dengan wajah Henny. Aku menyetubuhi Anna dari belakang, sedang suaminya, Dicky, menancapkan penisnya ke vagina temannya, Henny. Dicky dan aku makin terangsang dan mempercepat laju permainan kami manakala melihat Henny dan Anna berciuman dengan mesranya sambil tangan mereka bermain meremas-remas payudara satu sama lain. Dicky tak lama kemudian orgasme dan menarik diri dari arena pertempuran, namun kedua perempuan itu belum mencapai puncak kenikmatan lagi. Kubaringkan tubuhku di karpet dan meraih tubuh Henny agar menindih tubuhku. Dengan posisi menduduki perutku berhadapan denganku, Henny memasukkan penisku ke dalam vaginanya lalu mulai menaik-turunkan tubuhnya di atas perutku.

Anna yang melihat permainan kami berlutut di samping kami berdua. Kuraih pahanya agar mendekatiku, dan kutempatkan vaginanya tepat di atas wajahku. Dengan aku berbaring di bawah tubuh mereka berdua, penisku menancap dengan mantapnya di dalam vagina Henny, sedangkan vaginan Anna kucium dan jilat semakin gencar. Permainan bertiga kami semakin hangat ketika kedua perempuan itu saling berciuman. Sambil berciuman, Henny meremas-remas payudara Anna dan mengelus-elus putingnya. Tak mau ketinggalan aksi, Anna pun meremas-remas payudara temannya, bahkan sesekali menarik-narik putingnya hingga mata Henny membeliak-beliak menahan nikmat. Gerakan Henny semakin buas naik-turun di atas perutku.

Kusambut gerakannya dengan sesekali menaik-turunkan pinggul hingga penisku benar-benar masuk sedalam-dalamnya ke vaginanya. Anna membantu aksiku dengan merabai klitoris temannya pakai tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya terus meremas payudara Henny dan memilin-milin putingnya. “Uuuhh, oooohh …. Sssshhhh…. Gila kamu An, diapain klitorisku?” desahnya sambil terus menarik-turunkan tubuhnya dan meremas-remas payudara Anna. Diserang dari dua jurusan seperti itu, membuat Henny makin kencang menggeliat-geliatkan tubuhnya dan dengan satu lengkingan kuat, ia mencapai orgasme. Dengan lincahnya, Anna memagut bibir temannya kuat-kuat dan memegang kedua payudara Henny dengan remasan yang amat kuat, sehingga kedua putingnya kulihat menyembul begitu indah dan runcing.

Lengkingan Henny berubah menjadi rintihan ketika Anna mencium bibirnya dan menyedot puting payudaranya secara bergantian dengan gerakan yang cepat, “Ooohhhh, ssss…. Ahhhhh ….. ooouuggghhhhh ….. Annnn ……” “Luar biasa kedua perempuan ini, tak kenal lelah. Pantas Dicky suka kewalahan melayani istrinya yang begini kuat main seks,” kataku dalam hati. Anna kemudian menggeser tubuh Henny agar bangkit berdiri. Anna kemudian menempatkan tubuhnya di atas perutku, seperti posisi yang barusan dilakukan temannya dan menarik tubuh Henny agar berganti dengannya. Diserang dari dua jurusan seperti itu lagi, membuat penisku terus tegang dan kembali memasuki vagina yang berbeda. Kini vagina Anna dengan sedikit rambut halusnya mendapat giliran untuk kuhantarkan ke gerbang kenikmatan.

Vagina Henny yang masih basah kuyup dan tetesan cairan vaginanya di sela-sela pahanya, kujilati dengan lembut dan kumasukkan lidahku ke dalam vaginanya, menelan seluruh cairan yang masih tersisa di dalam. Anna bergerak naik turun di atas perutku, tak ingin kalah aksi dengan temannya barusan, ia pun menggeliat-geliatkan tubuhnya sedemikian rupa dengan gerakan erotis, hingga penisku kurasa mendapatkan remasan yang kuat dan denyutan yang luar biasa di dalam vaginanya. Sesekali ia menghentikan gerakannya dan berkonsentrasi pada vaginanya yang melakukan gerakan menyedot dan mengisap penisku. Denyutan dinding vaginanya begitu nikmat membuatku seakan-akan terbang di angkasa. Rupanya ia ingin menunjukkan kebolehannya dibandingkan temannya tadi. Henny tersenyum melihat aksi temannya dan meremas-remas payudara Anna.

Sesekali Henny menampar ringan pantat Anna, sehingga Anna mem*kik-mekik, “Ahhh …. Ooohhh ….. terusin Hen …… oooohhh …. ssssssshh ….. adddduuuhhhhh …. nikmaatttt …. aaahhhhh ….” Menyaksikan perbuatan kedua perempuan di atasku, membuatku tambah bersemangat. Kuhentakkan pinggul dan perutku kuat-kuat ke atas, hingga tubuh Anna tersentak ke atas, “Oooouuggghhh …… enak Gussss …. Oooohhhh …. sssshhh …” desisnya seperti orang kepedasan. Remasan Henny pada payudara Anna membuat Anna semakin kuat menggeliat-geliatkan tubuhnya dan kembali ia menaik-turunkan tubuhnya di atas perutku. Sementara itu, jilatan dan isapan bibir dan lidahku semakin ganas mengerjai vagina dan klitoris Henny. Sesekali lubang analnya kukait-kait dengan lidahku, hingga Henny pun kembali merintih. Merasakan rangsangan pada vaginanya, membuat Henny kembali menciumi bibir Anna dengan kuat.

Henny dengan sisa-sisa kekuatannya mencoba bertahan, tetapi dengan isapan bibirku dan jilatan lidahku, membuatnya tak lama kemudian kembali orgasme. “Aaaahhhh… Gus, aku dapat lagiiiii sayangggg!” rintihnya. Hebat juga, bisa berturutan dalam waktu berdekatan, ia capai kembali puncak kenikmatan. Ia mencoba menarik kedua pahanya dari serangan mulut dan lidahku, tetapi kutahan kedua pahanya dengan tanganku sambil meremas-remas payudaranya. Anna yang melihat temannya sudah orgasme lagi, membalas ciuman Henny dan membelai-belai punggung Henny, meremas-remas pantat dan juga payudara temannya. Penisku yang dikerjai Anna semakin tak kuasa membendung aliran yang akan keluar. “Ann ….. uuuuhhh … aku mau keluar, sayanggggg!!!” erangku sambil menggerakkan pinggulku ke kiri dan kanan.

“Ok sayang, kita bareng ya? Aku juga mau dapet nihhh …. Ayo tancap yang kuat, oooohhhhh …. uuuuhhh …. mmmmfffhhhhhh ……. Ooooouuugggghhhh ….” rintihan Anna berubah menjadi jeritan memenuhi ruangan itu. Kurasakan aliran spermaku keluar dengan derasnya ke dalam vagina Anna. Anna pun mencapai kenikmatan hingga tubuhnya melengkung ke belakang disertai serangan bibir dan lidah Henny pada payudaranya. Agak lama Anna melakukan itu, denyutan liang vaginanya meremas-remas penisku masih terasa begitu kuat, ketika Henny menarik dirinya dari atas wajahku dan menciumi bibir temannya. Kedua perempuan itu berciuman dengan mesra sambil mengelus-elus tubuh yang lain secara serempak. Anna mangangkat tubuhnya dan mengeluarkan penisku dari dalam vaginanya, lalu seolah-olah sudah sepakat, keduanya menundukkan muka di pangkal pahaku dan menciumi penisku.

Jilatan lidah keduanya membuat aku semakin mengawang. Kedua tanganku kugunakan untuk meremas-remas payudara kedua perempuan itu. Rasa geli bercampur nikmat memenuhi diriku. Lidah yang satu bergantian menjilati kepala penisku. Batang penisku tak luput dari sasaran mereka. Bahkan testisku turut dikulum dimasukkan ke dalam mulut mereka secara bergantian. Henny yang pertama-tama kulihat memasukkan penisku ke dalam mulutnya hingga masuk sedalam-dalamnya. Sekitar tiga menit ia melakukan itu, lalu menyorongkan penisku ke mulut Anna. Anna menyambut dan menciumi kepala penisku, lubang kencingku dijilatinya dan dengan lahapnya ditelannya penisku hingga ke pangkalnya, persis seperti yang dilakukan temannya barusan. Setelah puas menelan penisku secara bergantian, mereka berciuman sambil memegangi penisku.

Permainan itu mengakhiri sesi kami saat itu. Sebab setelah sama-sama orgasme, kedua perempuan itu mengajak kami masuk kamar lagi dan akhirnya kami berempat tidur dalam keadaan telanjang hingga pukul 9 pagi. Paginya kami mandi berempat dan sempat saling berciuman di kamar mandi, tetapi tak ada permainan panas lagi di situ, sebab perut kami sudah lapar minta diisi. Anna hanya memanaskan nasi dan menggoreng telur mata sapi untuk sarapan kami berempat, lalu kami berempat duduk-duduk di teras belakang membahas permainan kami semalam sambil tertawa-tawa. Begitulah pengalamanku main berempat dengan Dicky, istrinya Anna dan teman istrinya, Henny. Sebelum hamilnya Anna, pernah ia mengajakku menginap di rumahnya waktu suaminya bertugas ke Hongkong selama 2 minggu. Waktu aku menginap itu, temannya Henny datang beberapa kali sehingga kami bertiga melakukan hubungan seks panas.

Dua hari menjelang pulangnya Dicky, Henny menginap lagi bersama kami, tetapi kali ini ia tidak sendiri, melainkan membawa seorang temannya, Arie, seorang gadis lajang peranakan Madura Ambon, orangnya tomboy, tidak cantik, tetapi dengan kulitnya yang hitam manis, dengan sedikit kumis tipis di atas bibirnya, membuat dirinya menarik, walaupun payudaranya paling kecil dibandingkan Anna dan Henny. Mula-mula aku tak begitu senang karena melihatnya ngomong ceplas-ceplos, tetapi begitu kenal semakin lama, enak juga ngobrol dengannya. Malamnya ketika habis makan, ketiga perempuan itu mengajakku nonton film blue berempat. Film yang mereka putar adalah film lesbi, tetapi menjelang akhir film tersebut, dipertunjukkan kehadiran seorang pria yang dikeroyok tiga orang perempuan. “Wah, apa ini pertanda baik atau buruk?” pikirku, harap-harap cemas.

Pengen main dengan Henny dan Anna seperti biasanya, tetapi malu ada teman mereka. Lagi-lagi hal itu merupakan bagian dari rencana Henny dan Anna untuk mengerjaiku, sebab Arie adalah teman Henny, juga bukan lesbi tulen, tetapi berulang-kali patah hati oleh perlakuan pria, hingga tak pernah berniat lagi untuk menikah. Kehadiran Arie ini membuka babak baru petualangan seksku, sebab ternyata ia sangat ahli dalam bermain seks, bahkan dengan alat bantu penis buatan, ia mampu membuat Henny dan Anna menjerit-jerit nikmat. Hebatnya lagi, mereka bertiga berhasil memperdaya diriku untuk mengajak main seks misterius, di mana kedua mataku ditutupi kain hitam, lalu kedua kaki dan kedua tanganku dipentang lebar-lebar dan diikat dengan tali ke empat sudut ranjang. Aku yang memang penasaran akan pengalaman baru, mau saja diperlakukan begitu.

Baca Juga :  Cerita Bokep Dewasa Malam Natal

Belakangan barulah aku tahu, bahwa Arie ingin mengerjai analku dengan penis buatan yang ia ikatkan tepat di depan vaginanya. Sambil mengangkat kedua pahaku agar penis buatan itu masuk ke dalam analku, Henny dan Anna bergantian menduduki perutku dan memasukkan penisku ke dalam vagina dan anal mereka secara bergantian. Arie dengan penis buatannya juga mampu menyetubuhi Henny dan Anna secara bergantian sambil memintaku merojok vagina dan analnya dari belakang. Kisah itu akan kuceritakan pada kali berikut. Sayang, ketika Dicky pulang, Arie sudah kembali ke Australia, sebab ia mendapat kesempatan untuk meneruskan ke jenjang master, sehingga hanya cerita yang ia peroleh dari kami walaupun rasa penasaran membuatnya begitu ingin bertemu dan main bersama Arie. Tamat

Anal Seks Dengan Mbak Endang

$
0
0

Anal Seks Dengan Mbak Endang – Ini baru terjadi bbrp hari yg lalu,saat suami Mbak Endang kembali berdinas keluar kota selama 4 hari. Cuman sayangnya,aku baru bisa exe dengan Mbak Endang hanya sehari,krn hari2 lain meski tak ada suami,namun ada Ibu mertua Mbak Endang dirmhnya. Alhasil,kami hanya sempat “bergumul” dr pagi sampe sore saja,itupun berlokasi dihotel. ( Mending drpd nggak sama skali ) Tak sengaja,hari itu aku bertemu Mbak Endang diwarung dekat rumah. Akhirnya kami ngobrol sejenak,dan Mbak Endang mengatakan klo suaminya sedang keluar kota,tp dirmhnya ada Ibu mertuanya.

Aku paham akan mksd dr Mbak Endang ini. Pastilah dia ingin merasakan kenikmatan lagi drku. Akhirnya kami menyusun rencana,yaitu esok hari Mbak Endang berpamitan kepada Ibu mertuanya untuk pergi mengurus orderan kateringnya,dan sekalian ke rumah pelanggannya untuk mengajarkan memasak. Keesokan harinya,setelah menunggu kabar dr Mbak Endang,akhirnya jawaban melegakan datang. Mbak Endang mendapat ijin keluar sehari untuk mengurus kerjaannya. “Mas,kermh skrg ya.. Udah dapet ijin dr Mama mertua. Tp aku alasannya,Mas yang nganterin. Jadi biar dia ngga curiga.”,terang Mbak Endang saat dia menelponku. “Oh…sekarang ya…? Oke,aku kesana. Naik apa ?”,tanyaku. “Naik mobilku aja,Mas.”,jawabnya.

Telepon kututup,aku segera bersiap2 dan berjalan menuju rumah Mbak Endang yang tak jauh dr rumahku. Dsna sudah menunggu iruang tamu,Mbak Endang dan Ibu mertuanya. Karena sudah kenal pula dgn ibu mertua Mbak Endang,maka tak susah aku mennjawab semua pertanyaan yg dilontarkan. Dan beruntungnya,ibu mertuanya percaya dgn smua yg kukatakan. Setelah mendapat ijin,kami segera meluncur. ditengah jalan kami berdiskusi mau kmn dan di hotel mana. Karena,Mbak Endang masih takut apabila masuk ke hotel2 disekitaran kota ini. Akhirnya sepakatlah kami menuju sebuah hotel yg jaraknya sekitar 20km dr kota kami,kearah dataran tinggi. ( Bagi yang pnh ke Bany*wangi,pasti tahu Alas Kumitir,dan di daerah bernama Kalib*ru ada sebuah cottage dsna.)

Kami segera meluncur ketmpt tsb,dan segera CI pada pukul 7 pagi. Kami hanya memesan untuk sewa 12 jam. Karena rencana kami pulang sekitar pukul 5-6 sore. Setelah CI,kami bergegas masuk kekamar yg berfasilitas lengkap tsb. Segera kami pesan BF ( Breakfast ya,bkn Blue Film… ) via tlp,dan sarapan pagi dikamar. Setelah sarapan,kami ngobrol2 sejenak. Setelah ngobrol,Mbak Endang duduk di ranjang menonton acara musik di Tv,sedang aku masih berbaring disebelahnya. Kuamati tubuhnya yang saat itu memakai T-shirt dan Jeans ketat. Sambil bercanda,kutepuk sesekali pantatnya yang montok itu. Mngkn karena sudah horny atau apa,Mbak Endang ikutan berbaring disebelahku. Kami berbaring bersebelahan. Dia menatapku,dan aku menatapnya. Akhirnya,kami berciuman dengan lembut. Semakin lama,Mbak Endang melumat bibirku semakin liar.

TErkadang dihisap kecilnya lidahku. Sambil berciuman,kusingkap kaos yang dipakainya,dan kuremas payudara montoknya. Dia masih mengenakan Bra. Perlahan kulepas pengait bra nya dr blkng,dan terlepaslah… Gunung besar itu akhirnya bernafas dengan lega. Masih mengenakan kaos tanpa bra,kuremas2 payudara Mbak Endang. Lalu kubaringkan dia terlentang,dan kulepas kaosnya. Sungguh indah payudara itu….. Besar,putih,kenyal,dgn puting coklat muda. Langsung saja kuhisap puting yang menggoda itu. kumainkan dengan lidahku hingga Mbak Endang mendesah pelan. Bbrp menit aku netek,akhirnya kuhentikan proses minum susu gantung itu. Kubiarkan Mbak Endang melepas celana berikut CD nya. Sedang aku sendiri jg melepas semua pakaianku,dan kulempar sembarangan.

Kami berdua sudah telanjang bulat. Kembali aku menciumi payudara Mbak Endang,dan sesekali kuhisap putingnya. Jilatan lidahku semakin lama merambat kebawah. Kujilati daerah pangkal paha Mbak Endang yang bersih itu. Lalu,kuhentikan jilatanku tepat di bibir vaginanya. Hmmm….wangi sekali…. Memang bau vagina Mbak Endang ini harum,tidak spt kebnykn vagina lainnya. Mngkn karena perawatan yg dilakukan Mbak Endang yg sangat rutin itu. Bulu jembinya dicukur gundul,hingga tampak jelaslah indahnya vagina Mbak Endang. Kubuka bibir vaginanya dgn jariku,dan kumasukkan lidahku perlahan2 kedalamnya. Mbak Endang terdengar mendesah,kala lidahku memasuki lubangnya. Lalu,kumainkan klitoris Mbak Endang dengan lidah,kujilat2 kecil dan itu membuat Mbak Endang menggelinjang kegelian.

“Ugghh…..mazz…..ahh….”,desahnya tiap kali kusentuh klitorisnya dengan lidahku. Aku cukup lama menikmati vagina Mbak Endang,karena memang vaginanya itu istimewa buatku. Bbrp menit kemudian,kusudahi adegan jilmek tsb. Krn vagina Mbak Endang sudah basah kuyub. Mbak Endang msh dlm posisi terlentang. Segera setengah kududuki dadanya,dan kujepitkan penisku yang sudah tegang di tengah2 belahan payudara Mbak Endang yg montok. Mbak Endang segera menjepit penisku,dan aku bergerak maju mundur perlahan. Tak lama,kusodorkan penisku ke wajah Mbak Endang,tepatnya ke arah mulutnya. Mbak Endang langsung saja menghisap kepala penisku. LAlu,dikulumnya penisku hingga batang penisku hampir masuk ke dalam mulut Mbak Endang semua.

Setelah itu,kembali kujepitkan penisku itu,dan aku gerakkan maju-mundur. Setelah bbrp menit,Mbak Endang memintaku terlentang. Aku nurut saja. Dan kemudian,Mbak Endang kembali menghisap penisku dengan liar. Tidak cukup lama Mbak Endang menikmati penisku,dia langsung menindih tubuhku. Dipegangnya penisku dan diarahkan menuju bibir vaginanya. Digesek-gesekkan sebentar lalu dimasukkannya kepala penisku. Mbak Endang mendesah kala penisku mulai memasuki vaginanya secara perlahan. Ditekannya kebawah hingga penisku terbenam seluruhnya didalam vagina Mbak Endang yang hangat dan lembut itu. Setelah itu baru Mbak Endang bergoyang naik-turun layaknya menunggang kuda.

Semakin lama semakin cepat goyangan mbak Endang,kadang dia jg menggerakkan pinggulnya memutar. Ini baru terjadi bbrp hari yg lalu,saat suami Mbak Endang kembali berdinas keluar kota selama 4 hari. Cuman sayangnya,aku baru bisa exe dengan Mbak Endang hanya sehari,krn hari2 lain meski tak ada suami,namun ada Ibu mertua Mbak Endang dirmhnya. Alhasil,kami hanya sempat “bergumul” dr pagi sampe sore saja,itupun berlokasi dihotel. ( Mending drpd nggak sama skali ) Tak sengaja,hari itu aku bertemu Mbak Endang diwarung dekat rumah. Akhirnya kami ngobrol sejenak,dan Mbak Endang mengatakan klo suaminya sedang keluar kota,tp dirmhnya ada Ibu mertuanya. Aku paham akan mksd dr Mbak Endang ini. Pastilah dia ingin merasakan kenikmatan lagi drku.

Akhirnya kami menyusun rencana,yaitu esok hari Mbak Endang berpamitan kepada Ibu mertuanya untuk pergi mengurus orderan kateringnya,dan sekalian ke rumah pelanggannya untuk mengajarkan memasak. Keesokan harinya,setelah menunggu kabar dr Mbak Endang,akhirnya jawaban melegakan datang. Mbak Endang mendapat ijin keluar sehari untuk mengurus kerjaannya. “Mas,kermh skrg ya.. Udah dapet ijin dr Mama mertua. Tp aku alasannya,Mas yang nganterin. Jadi biar dia ngga curiga.”,terang Mbak Endang saat dia menelponku. “Oh…sekarang ya…? Oke,aku kesana. Naik apa ?”,tanyaku. “Naik mobilku aja,Mas.”,jawabnya. Telepon kututup,aku segera bersiap2 dan berjalan menuju rumah Mbak Endang yang tak jauh dr rumahku.

Dsna sudah menunggu iruang tamu,Mbak Endang dan Ibu mertuanya. Karena sudah kenal pula dgn ibu mertua Mbak Endang,maka tak susah aku mennjawab semua pertanyaan yg dilontarkan. Dan beruntungnya,ibu mertuanya percaya dgn smua yg kukatakan. Setelah mendapat ijin,kami segera meluncur. ditengah jalan kami berdiskusi mau kmn dan di hotel mana. Karena,Mbak Endang masih takut apabila masuk ke hotel2 disekitaran kota ini. Akhirnya sepakatlah kami menuju sebuah hotel yg jaraknya sekitar 20km dr kota kami,kearah dataran tinggi. ( Bagi yang pnh ke Bany*wangi,pasti tahu Alas Kumitir,dan di daerah bernama Kalib*ru ada sebuah cottage dsna. ) Kami segera meluncur ketmpt tsb,dan segera CI pada pukul 7 pagi. Kami hanya memesan untuk sewa 12 jam. Karena rencana kami pulang sekitar pukul 5-6 sore.

Setelah CI,kami bergegas masuk kekamar yg berfasilitas lengkap tsb. Segera kami pesan BF ( Breakfast ya,bkn Blue Film… ) via tlp,dan sarapan pagi dikamar. Setelah sarapan,kami ngobrol2 sejenak. Setelah ngobrol,Mbak Endang duduk di ranjang menonton acara musik di Tv,sedang aku masih berbaring disebelahnya. Kuamati tubuhnya yang saat itu memakai T-shirt dan Jeans ketat. Sambil bercanda,kutepuk sesekali pantatnya yang montok itu. Mngkn karena sudah horny atau apa,Mbak Endang ikutan berbaring disebelahku. Kami berbaring bersebelahan. Dia menatapku,dan aku menatapnya. Akhirnya,kami berciuman dengan lembut. Semakin lama,Mbak Endang melumat bibirku semakin liar. TErkadang dihisap kecilnya lidahku. Sambil berciuman,kusingkap kaos yang dipakainya,dan kuremas payudara montoknya. Dia masih mengenakan Bra.

Perlahan kulepas pengait bra nya dr blkng,dan terlepaslah… Gunung besar itu akhirnya bernafas dengan lega. Masih mengenakan kaos tanpa bra,kuremas2 payudara Mbak Endang. Lalu kubaringkan dia terlentang,dan kulepas kaosnya. Sungguh indah payudara itu….. Besar,putih,kenyal,dgn puting coklat muda. Langsung saja kuhisap puting yang menggoda itu. kumainkan dengan lidahku hingga Mbak Endang mendesah pelan. Bbrp menit aku netek,akhirnya kuhentikan proses minum susu gantung itu. Kubiarkan Mbak Endang melepas celana berikut CD nya. Sedang aku sendiri jg melepas semua pakaianku,dan kulempar sembarangan. Kami berdua sudah telanjang bulat. Kembali aku menciumi payudara Mbak Endang,dan sesekali kuhisap putingnya. Jilatan lidahku semakin lama merambat kebawah.

Kujilati daerah pangkal paha Mbak Endang yang bersih itu. Lalu,kuhentikan jilatanku tepat di bibir vaginanya. Hmmm….wangi sekali…. Memang bau vagina Mbak Endang ini harum,tidak spt kebnykn vagina lainnya. Mngkn karena perawatan yg dilakukan Mbak Endang yg sangat rutin itu. Bulu jembinya dicukur gundul,hingga tampak jelaslah indahnya vagina Mbak Endang. Kubuka bibir vaginanya dgn jariku,dan kumasukkan lidahku perlahan2 kedalamnya. Mbak Endang terdengar mendesah,kala lidahku memasuki lubangnya. Lalu,kumainkan klitoris Mbak Endang dengan lidah,kujilat2 kecil dan itu membuat Mbak Endang menggelinjang kegelian. “Ugghh…..mazz…..ahh….”,desahnya tiap kali kusentuh klitorisnya dengan lidahku.

Aku cukup lama menikmati vagina Mbak Endang,karena memang vaginanya itu istimewa buatku. Bbrp menit kemudian,kusudahi adegan jilmek tsb. Krn vagina Mbak Endang sudah basah kuyub. Mbak Endang msh dlm posisi terlentang. Segera setengah kududuki dadanya,dan kujepitkan penisku yang sudah tegang di tengah2 belahan payudara Mbak Endang yg montok. Mbak Endang segera menjepit penisku,dan aku bergerak maju mundur perlahan. Tak lama,kusodorkan penisku ke wajah Mbak Endang,tepatnya ke arah mulutnya. Mbak Endang langsung saja menghisap kepala penisku. LAlu,dikulumnya penisku hingga batang penisku hampir masuk ke dalam mulut Mbak Endang semua. Setelah itu,kembali kujepitkan penisku itu,dan aku gerakkan maju-mundur.

Setelah bbrp menit,Mbak Endang memintaku terlentang. Aku nurut saja. Dan kemudian,Mbak Endang kembali menghisap penisku dengan liar. Tidak cukup lama Mbak Endang menikmati penisku,dia langsung menindih tubuhku. Dipegangnya penisku dan diarahkan menuju bibir vaginanya. Digesek-gesekkan sebentar lalu dimasukkannya kepala penisku. Mbak Endang mendesah kala penisku mulai memasuki vaginanya secara perlahan. Ditekannya kebawah hingga penisku terbenam seluruhnya didalam vagina Mbak Endang yang hangat dan lembut itu. Setelah itu baru Mbak Endang bergoyang naik-turun layaknya menunggang kuda. Semakin lama semakin cepat goyangan mbak Endang,kadang dia jg menggerakkan pinggulnya memutar. Mbak Endang tampak menikmati sekali.

Baru sekali ini dia melakukan anal,tp sudah bs menikmatinya. Setelah bbrp lama,kucabut penisku. LAlu kubaringkan dia dalam posisi menyamping membelakangiku. Kuangkat kaki kirinya keatas,dan kembali kumasukkan penisku kedalam lubang pantatnya. “Mppphh…mpphh…….uhhhh……”,desahnya manja. Mbak Endang tampak masih mengeksplorasi klitorisnya dengan jari. Bbrp menit kemudian… “Mass….aku…keluar…..massss……aggghhh….. ..”,erangnya lagi. Segera kumasukkan penisku kedalam vaginanya,agar dapat merasakan hangatnya cairan Mbak Endang melumuri seluruh batang penisku. Matanya terpejam,dan dia mengerang panjang dan keras. Tanda dia mencapai orgasme keduanya. Setelah dia orgasme,kembali kami berdoggy-ria.

Kubenamkan penisku kedalam vaginanya. Kusudahi anal kali ini. Kudorong maju-mundur penisku didalam vaginanya dengan cepat. Blm sampai satu menit,Mbak Endang ingin mengulum penisku katanya. “Mas…sini aku emut dulu….”,katanya. Segera kucabut penisku,dan kusodorkan kemulutnya. Dia kembali mengulum penisku. Tak cukup lama memang. Lalu,kembali kali ini kutidurkan terlentang. MOt lagi. Krn Mbak Endang memang tidak terlalu suka gaya aneh2. MOT lah jadi pilihan akhir. Kubuka kedua kakinya,dan kumasukkan penisku kedalam vaginanya yang tampak kemerah-merahan dan basah. Segera kugerakkan dengan cepat,agar lahar panasku cepat keluar. “Dikeluarin dimana,Mbak…?”tanyaku.

“Didalem aja,mass…..cepetan…”,jawabnya. Gilaa…..nie binor suka banget dimuncratin sperma vaginanya…!!! Akhirnya kugerakkan cepat hingga ototku seakan mengejang. Dan…. CROOTT…CROOTTT…CRROOOTTT….cRROTTT…!!!! Spermaku memenuhi rongga vagina Mbak Endang. Lalu,kucabut,dan kusodorkan kemulutnya. Mbak Endang segera menjilatinya. Dan menghisap kepala penisku. Memastikan tak ada sisa lelehan sperma yg keluar dr lubang kecil diujung kepala penisku itu. Nikmat sekali………!!!! Kulihat setelahnya,spermaku sebagian meleleh keluar dari vagina Mbak Endang. Lalu,akupun terkulai lemas disebelahnya. Kupeluk Mbak Endang, dan dia menyandarkan kepalanya diatas dadaku. Spt layaknya suami istri… Padahal suaminya sedang pergi dinas… Akulah penggantinya… “Keluarnya banyak banget tadi…”,katanya.

Baca Juga :  Cerita Sex Dewasa Ayam Kampus

“Hehehehe….Ohh..ya,gmn tadi analnya ?”,tanyaku. “Agak sakit sih..tapi enak koq…”,jawabnya kalem. “Baru pertama kali ?” tanyaku. “Nggak jg. Suamiku juga kadang2 suka gitu. Cuma ga lama.”,katanya. “ohh…. nanti plg sore ya. Jam 5 kan sesuai rencana ?”,tanyaku. “He’em…mas.”,jawbnya. Setelah itu,kami istirahat sebentar,dan saat terjaga kami kembali mengulangi adegan mesum itu. Dosa memang meniduri istri orang. Tapi ini kan si istri yang minta,jadi ya lain cerita. yang penting nikmat aja. Mana Mbak Endang cantik lg. Sapa jg ga mau. Setelah 3 kali ML,kamipun pulang menuju rumah pada pukul 5 sore. Entah kpn lagi aku akan dapat kesempatan menikmati tubuh Mbak Endang,binor sebelah rumahku. Tamat

Belajar Ngentot Bersama Tante Ku Sendiri

$
0
0

Belajar Ngentot Bersama Tante Ku Sendiri – Selasai mandi hari sudah hampir gelap. Di ruang keluarga Tante sedang duduk di sofa nonton TV sendiri. “Senamnya di mana Tante ?” Aku coba membuka percakapan. Aku memberanikan diri duduk di sofa yang sama sebelah kanannya.
“Dekat, di Tebet Timur Dalam”. Malam ini Tante mengenakan daster pendek tak berlengan, ada kancing-kancing di tengahnya, dari atas ke bawah.

“Tumben, kamu tidur siang”
“Iya Tante, tadi main voli di situ” jawabku tangkas.
“Kamu suka main voli ?”
“Di Kampung saya sering olah-raga Tante” Aku mulai berani memandangnya langsung, dari dekat lagi. Ih, bahu dan lengan atasnya putih banget!
“Pantesan badanmu bagus” Senang juga aku dipuji Tanteku yang rupawan ini.
[imagetag] http://cdn-u.kaskus.us/35/xnakedfd.jpg”Ah, Kalau ini mungkin saya dari kecil kerja keras di kebun, Tante” Wow, buah putih itu mengintip di antara kancing pertama dan kedua di tengah dasternya. Ada yang bergerak di celanaku.
“Kerja apa di kebun ?”
“Mengolah tanah, menanam, memupuk, panen” Buah dada itu rasanya mau meledak keluar.
“Apa saja yang kamu tanam ?” tanyanya lagi sambil mengubah posisi duduknya, menyilangkan sebelah kakinya.
Kancing terakhir daster itu sudah terlepas. Waktu sebelah pahanya menaiki pahanya yang lain, ujung kain daster itu tidak “ikut”, jadi 70 % paha Tante tersuguh di depan mataku. Putih licin. Yang tadi bergerak di celanaku, berangsur membesar.
“Macam-macam tergantung musimnya, Tante. Kentang, jagung, tomat” Hampir saja aku ketahuan mataku memelototi pahanya.
“Kalau kamu mau makan, duluan aja”
“Nanti aja Tante, nunggu Oom” Aku memang belum lapar. Adikku mungkin yang “lapar”
“Oom tadi nelepon ada acara makan malam sama tamu dari Singapur, pulangnya malam”
“Saya belum lapar” jawabku supaya aku tidak kehilangan momen yang bagus ini.
“Kamu betah di sini ?” Ia membungkuk memijit-mijit kakinya. Betisnya itu…
“Kerasan sekali, Tante. Cuman saya banyak waktu luang Tante, biasa kerja di kampung, sih. Kalau ada yang bisa saya bantu Tante, saya siap”
“Ya, kamu biasakan dulu di sini, nanti Tante kasih tugas”
“Kenapa kakinya Tante ?” Sekedar ada alasan buat menikmati betisnya.
“Pegel, tadi senamnya habis-habisan”
Di antara kancing daster yang satu dengan kancing lainnya terdapat “celah”. Ada yang sempit, ada yang lebar, ada yang tertutup. Celah pertama, lebar karena busungan dadanya, menyuguhkan bagian kanan atas buah dada kiri. Celah kedua memperlihatkan kutang bagian bawah. Celah ketiga rapat, celah keempat tak begitu lebar, ada perutnya. Celah berikutnya walaupun sempit tapi cukup membuatku tahu kalau celana dalam Tante warna merah jambu. Ke bawah lagi ada sedikit paha atas dan terakhir, ya yang kancingnya lepas tadi.
“Mau bantu Tante sekarang ?”
“Kapan saja saya siap”
“Betul ?”
“Kewajiban saya, Tante. Masa numpang di sini engga kerja apa-apa”
“Pijit kaki Tante, mau ?”
Hah ? Aku tak menyangka diberi tugas mendebarkan ini
“Biasanya sama Si Mar, tapi dia lagi engga ada”
“Tapi saya engga bisa mijit Tante, cuma sekali saya pernah mijit kaki teman yang keseleo karena main bola” Aku berharap ia jangan membatalkan perintahnya.
“Engga apa-apa. Tante ambil bantal dulu” Goyang pinggulnya itu…
Sekarang ia tengkurap di karpet. Hatiku bersorak. Aku mulai dari pergelangan kaki kirinya. Aah, halusnya kulit itu. Hampir seluruh tubuh Tante pernah kulihat, tapi baru inilah aku merasakan mulus kulitnya. Mataku ke betis lainnya mengamati bulu-bulu halus.
“Begini Tante, kurang keras engga ?”
“Cukup segitu aja, enak kok”
Tangan memijit, mata jelalatan. Lekukan pantat itu bulat menjulang, sampai di pinggang turun menukik, di punggung mendaki lagi. Indah. Kakinya sedikit membuka, memungkinkan mataku menerobos ke celah pahanya. Tanganku pindah ke betis kanannya aku menggeser dudukku ke tengah, dan..terobosan mataku ke celah paha sampai ke celana dalam merah jambu itu. Huuuh, sekarang aku betul-betul keras.
“Aah” teriaknya pelan ketika tanganku menjamah ke belakang lututnya.
“Maaf Tante”
“Engga apa-apa. Jangan di situ, sakit. Ke atas saja”
Ke Atas ? Berarti ke pahanya ? Apa tidak salah nih ? Jelas kok, perintahnya. Akupun ke paha belakangnya.
Ampuuun, halusnya paha itu. Kulit Tante memang istimewa. Kalau ada lalat hinggap di paha itu, mungkin tergelincir karena licin!
Aku mulai tak tenang. Nafas mulai tersengal, entah karena mijit atau terangsang, atau keduanya. Aku tak hanya memijit, terkadang mengelusnya, habis tak tahan. Tapi Tante diam saja.
Kedua paha yang diluar, yang tak tertutup daster selesai kupijit. Entah karena aku sudah “tinggi” atau aku mulai nakal, tanganku terus ke atas menerobos dasternya.
“Eeeh” desahnya pelan. Hanya mendesah, tidak protes!
Kedua tanganku ada di paha kirinya terus memijit. Kenyal, padat. Tepi dasternya dengan sendirinya terangkat karena gerakan pijitanku. Kini seluruh paha kirinya terbuka gamblang, bahkan sebagian pantatnya yang melambung itu tampak. Pindah ke paha kanan aku tak ragu-ragu lagi menyingkap dasternya.
“Enak To, kamu pintar juga memijit”
Aku hampir saja berkomentar :”Paha Tante indah sekali”. Untung aku masih bisa menahan diri. Terus memijit, sekali-kali mengelus.
“Ke atas lagi To” suaranya jadi serak.
Ini yang kuimpikan! Sudah lama aku ingin meremas pantat yang menonjol indah ke belakang itu, kini aku disuruh memijitnya! Dengan senang hati Tante!
Aku betul-betul meremas kedua gundukan itu, bukan memijit, dari luar daster tentunya. Dengan gemas malah! Keras dan padat.
Ah, Tante. Tante tidak tahu dengan begini justru menyiksa saya! kataku dalam hati. Rasanya aku ingin menubruk, menindihkan kelaminku yang keras ini ke dua gundukan itu. Pasti lebih nikmat dibandingkan ketika memeluk tubuh mbak Mar dari belakang.
“Ih, geli To. Udah ah, jangan di situ terus” ujarnya menggelinjang kegelian. Barusan aku memang meremas pinggir pinggulnya, dengan sengaja!
“Cape, To ?” tanyanya lagi.
“Sama sekali engga, Tante” jawabku cepat, khawatir saat menyenangkan ini berakhir.
“Bener nih ? Kalau masih mau terus, sekarang punggung, ya ?”. Aha, “daerah jamahan” baru!
Bahunya kanan dan kiri kupencet.
“Eeh” desahnya pelan.
Turun ke sekitar kedua tulang belikat. Lagi-lagi melenguh. Daster tak berlengan ini menampakkan keteknya yang licin tak berbulu. Rajin bercukur, mungkin. Ah, di bawah ketek itu ada pinggiran buah putih. Dada busungnya tergencet, jadi buah itu “terbuang” ke samping. Nakalku kambuh. Ketika beroperasi di bawah belikat, tanganku bergerak ke samping.
Jari-jariku menyentuh “tumpahan” buah itu. Tidak langsung sih, masih ada lapisan kain daster dan kutang, tapi kenyalnya buah itu terasa. Punggungnya sedikit berguncang, aku makin terangsang.
Ke bawah lagi, aku menelusuri pinggangnya.
“Cukup, To..” Kedua tangannya lurus ke atas. Ia tengkurap total. Nafasnya terengah-engah.
“Depannya Tante ?” usulku nakal. Lancang benar kau To. Tante sampai menoleh melihatku, kaget barangkali atas usulku yang berani itu.
“Kaki depannya ‘kan belum Tante” aku cepat-cepat meralat usulku. Takut dikiranya aku ingin memijit “depannya punggung” yang artinya buah dada!
“Boleh aja kalau kamu engga cape”. Ya jelas engga dong! Tante berbalik terlentang. Sekejap aku sempat menangkap guncangan dadanya ketika ia berbalik. Wow! Guncangan tadi menunjukkan “eksistensi” kemolekkan buah dadanya! Aduuh, bagaimana aku bisa bertahan nih ? Tubuh molek terlentang dekat di depanku. Ia cepat menarik dasternya ke bawah, sebagai reaksi atas mataku yang menatap ujung celana dalamnya yang tiba-tiba terbuka, karena gerakan berbalik tadi. Silakan ditutup saja Tante, toh aku sudah tahu apa yang ada dibaliknya, rambut-rambut halus agak lurus, hitam, mengkilat, dan lebat. Lagi pula aku masih bisa menikmati “sisanya”: sepasang paha dan kaki indah! Aku mulai memijit tulang keringnya. Singkat saja karena aku ingin cepat-cepat sampai ke atas, ke paha.
Lutut aku lompati, takut kalau ia kesakitan, langsung ke atas lutut, kuremas dengan gemas.
“Iih, geli”. Aku tak peduli, terus meremas. Paha selesai, untuk mencapai paha atas aku ragu-ragu, disingkap atau jangan. Singkap ? Jangan! Ada akal, diurut saja. Mulai dari lutut tanganku mengurut ke atas, menerobos daster sampai pangkal paha.
“Aaaah, Tooo ….” Biar saja. Kulihat wajahnya, matanya terpejam. Aku makin bebas.
Dengan sendirinya tepi daster itu terangkat karena terdorong tanganku. Samar-samar ada bayangan hitam di celana dalam tipis itu. Jelas rambut-rambut itu. Ke bawah lagi, urut lagi ke atas. Aaah lagi. Dengan cara begini, sah-sah saja kalau jempol tanganku menyentuh selangkangannya. Sepertinya basah di sana. Ah masak. Coba ulangi lagi untuk meyakinkan. Urut lagi. Ya, betul, basah! Kenapa basah ? Ngompol ? Aku tidak mengerti.
“To …” panggilnya tiba-tiba. Aku memandangnya, kedua tanganku berhenti di pangkal pahanya. Matanya sayu menantang mataku, nafasnya memburu, dadanya naik-turun.
“Ya, Tante” mendadak suaraku serak. Dia tak menyahut, matanya tetap memandangiku, setengah tertutup. Ada apa nih ? Apakah Tante ….. ? Ah, mana mungkin. Kalau Tante terrangsang, mungkin saja, tapi kalau mengajak ? Jangan terlalu berharap, To!
Aku meneruskan pekerjaanku. Kini tak memijit lagi, tapi menelusuri lengkungan pinggulnya yang indah itu, membelai. Habis tak tahan.
“Uuuuh” desahnya lagi menanggapi kenakalanku. Keterlaluan aku sekarang, kedua tanganku ada di balik dasternya, mengelus mengikuti lengkungan samping pinggul.
“Too …. ” panggilnya lagi. Kulepas tanganku, kudekati wajahnya dengan merangkak di atas tubuhnya bertumpu pada kedua lutut dan telapak tanganku, tidak menindihnya.
“Ada apa, Tante” panggilku mesra. Mukaku sudah dekat dengan wajahnya.
Matanya kemudian terpejam, mulut setengah terbuka. Ini sih ajakan. Aku nekat, sudah kepalang, kucium bibir Tante perlahan.
“Ehhmmmm” Tante tidak menolak, bahkan menyambut ciumanku. Tangan kirinya memeluk punggungku dan tangan kanannya di belakang kepalaku. Nafasnya terdengar memburu. Aku tidak lagi bertumpu pada lututku, tubuhku menindih tubuhnya. Menekan. Ia membuka kakinya. Aku menggeser tubuhku sehingga tepat di antara pahanya yang baru saja ia buka. Kelaminku yang keras tepat menindih selangkangannya. Kutekan. Nikmatnya!
“Ehhhmmmmmm” reaksinya atas aksiku.
Kami saling bermain lidah. Sedapnya!
Aku terengah-engah.
Dia tersengal-sengal.
Tangan kananku meremas dada kirinya. Besar, padat, dan kenyal! Ooooohhhh, aku melayang.
He!, ini Tantemu, isteri Oommu!
Iya, benar. Memangnya kenapa.
Mengapa kamu cium, kamu remas dadanya.
Habis enak, dan ia tak menolak.
Dua kancing dasternya telah kulepas, tanganku menyusup ke balik kutangnya.
Selain besar, padat, dan kenyal, ternyata juga halus dan hangat!
Tiba-tiba Tante melepas ciumanku.
“Jangan di sini, To” katanya terputus-putus oleh nafasnya.
Tanpa menjawab aku mengangkat tubuhnya, kubopong ia ke kamarnya. “Uuuuuhhh” lenguhnya lagi.
“Ke kamarmu saja”
Sebelum sampai ke dipanku, Tante minta turun. Berdiri di samping dipan. Aku memeluknya, dia menahan dadaku.
“Kunci dulu pintunya” Okey, beres.
Kulepas seluruh kancingnya, dasternya jatuh ke lantai. Tinggal kutang dan celana dalam. Buah dada itu serasa mau meledak mendesak kutangnya!
Kupeluk lagi dia. Dadanya merapat di dadaku.
“Tooo, hhehhhhhhh” katanya gemas seperti menahan sesuatu.
Kami berciuman lagi. Main lidah lagi.
Tangannya menyusup ke celanaku, meremas-remas kelaminku di balik celana.
“Eehhmmmmmm” dengusnya
Dengan kesulitan ia membuka ikat pinggangku, membuka resleting celanaku, merogoh celana dalamku, dan mengeluarkan “isinya”
“Eehhh” Ia melepas ciuman, melihat ke bawah.
“Ada apa Tante” Tanyaku disela-sela dengus nafasku.
“Besar sekali”
Ia mempermainkan penisku. Menggenggam, meremas.
Geli, geliii sekali.
Stop Tante, jangan sampai keluar. Aku ingin pengalaman baru, Tante. Ingin memasuki kelaminmu..sekarang!
Kutarik tangannya dari penisku. Untung Tante menurut. Aku tak jadi “keluar”
Kulepas tali kutangnya, tapi yang belakang susah dilepas. Tante membantu. Buah dada itu terbuka. Wow.luar biasa indahnya. Belum sempat aku menikmat buah itu, Tante memelukku. Meraih tangan kananku, dituntunnya menyelip ke celana dalamnya. Dibawah rambut-rambut itu terasa basah. Diajarinya aku bagaimana jariku harus bermain di sana : menggesek-gesek antara benjolan dan pintu basah itu.
“Uuuuuuhhhhhh, Tooo..”
Dilepasnya bajuku, singletku, celanaku luar dalam. Aku telanjang bulat. Kutarik juga celana dalamnya. Ia telanjang bulat juga. Luar biasa. Pinggang itu ramping, perut itu rata, ke bawah melebar lengkungannya indah. Rambut-rambut halus itu menggemaskan, diapit oleh sepasang paha yang nyaris bulat. Seluruhnya dibalut kulit yang putih dan mulusnya bukan main!.
Ditariknya aku ke dipan. Ia merebahkan diri. Kakinya ditekuk lalu dibuka lebar. Dipegangnya kelaminku, ditariknya, ditempelkannya di selangkangan. Rasanya terlalu ke bawah. Ah, dia ‘kan yang lebih tahu. Aku nurut saja. Tangannya pindah ke pantatku. Ditariknya aku mendekat tubuhnya. Sesuatu yang hangat terasa di ujung penisku.
Tangannya memegang penisku lagi. Belum masuk ternyata. Disapu-sapukannya kepala penisku di pintu itu. Sementara ia menggoyang pantatnya. Geliii, Tante. Aku manut saja seperti kerbau dicucuk hidung. Memang belum pengalaman! Didorongnya lagi pantatku. Meleset!
Pernah kupikir waktu pertama kali aku melihat kelamin Tante beberapa hari lalu, mana cukup lubang sesempit itu menampung kelaminku yang lagi tegang ?
Tante membuka pahanya lebih lebar lagi, mengarahkan penisku lagi, dan aku sekarang yang mendorong. Kepalanya sudah separoh tenggelam, tapi macet!
“Kelaminmu besar, sih!”keluhnya. Padahal barusan ia mengaguminya.
Ia menggoyang pantatnya dan…bless. Masuk separoh.
“Aaaaahhh” teriak kami berbarengan. Terasa ada sesuatu yang menjepit penisku, hangat, enak!
Pantatnya bergoyang lagi, tumitnya mendorong pantatku.
Blesss..masuk lagi. Makin hangat, makin sedap, dan geli.
Goyang lagi, aku dorong sekarang. Masuk semuanya
Seedaaaaaaaaap!
Tante bergoyang.
Nikmaaaaaaaat!
Tante menjepit.
Geliiiiiiiiiiiiiiii!
Kutarik pelan. Terasa gesekan, enak. Ya, digesek begini enak. Tarik sedikit lagi, dan kudorong lagi.
“Idiiiiiiiiiiih, sedaaaaapp Too” Tante berteriak, agak keras.
Geli di ujung sana. Tariik, dorooong
Makin geli..
Geli sekali…
Tak tahaaaaaann…
“Tahan dulu, To”
Tak mungkin, sudah geli sekali.lalu..
Aku melambung, melayang, melepas..
“Aaaaaahhhhhhh” teriakku. Nikmatnya sampai ke ubun-ubun.
Mengejang, melepas lagi, berdenyut, enak, melepas lagi, nikmat sekali..!
“Genjot lagi, To” teriaknya
Mana bisa.
“Ayo, To”
Aku sudah selesai!
Tante masih menggoyang
Aku ikut saja, pasif
“Tooooo, ..”
Tante gelisah, goyangnya tak kubalas. Aku sudah selesai!
“Eeeeeeeeehh” keluhnya, sepertinya kecewa.
Bergerak-gerak tak karuan, menendang, menggeliat, gelisah..
Penisku mulai menurun, di dalam sana.
Tante berangsur diam, lalu sama sekali diam, kecewa.
Tinggal aku yang bingung.
Beberapa menit yang lalu aku mengalami peristiwa yang luar biasa, yang baru kali ini aku melakukan. Baru kali ini pula aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kenikmatan berhubungan kelamin.
Nikmatnya susah digambarkan.
Hubungan kelamin antara pria yang mulai menginjak dewasa dengan wanita dewasa muda.
Sama-sama diinginkan oleh keduanya.
Keduanya yang memulai.
Berdua pula yang melanjutkan, keterusan dan…kepuasan.
Kepuasan ? Aku memang puas sekali, tapi Tante ?
Itulah masalahnya sekarang.
Aku menangkap wajah kecewa pada Tante.
Perilakunya yang gelisah juga menandakan itu.
Aku jadi merasa bersalah. Aku egois.
Aku mendapatkan kenikmatan luar biasa sementara aku tak mampu memberi kepuasan kepada “lawan mainku”, Tante Yani.
Terlihat tadi, ia ingin terus sementara aku sudah selesai.
Aku bingung bagaimana mengatasi kebisuan ini.
Aku masih menindih tubuhnya. Penisku masih di dalam.
Buah dadanya masih terasa kencang mengganjal dadaku.
Pandangannya lurus ke atas melihat plafon.
Aku harus ambil inisiatif.
Kucium pipinya mesra, penuh perasaan.
“Maafkan saya, Tante”
Tante menoleh, tersenyum dan balas mencium pipiku.
Sementara aku agak lega, Tante tak marah.
“Kamu engga perlu minta maaf, To”
“Harus Tante, saya tadi nikmat sekali, sebaliknya Tante belum merasakan. Saya engga mampu, Tante. Saya belum pengalaman Tante. Baru kali ini saya melakukan itu”
“Betul ? Baru pertama kamu melakukan ?”
“Sungguh Tante”
“Engga apa-apa, To. Tante bisa mengerti. Kamu bukannya tidak mampu. Hanya karena belum biasa saja. Syukurlah kalau kamu tadi bisa menikmati”
“Nikmaaat sekali, Tante”
Tante diam lagi, mengelus-elus punggungku. Nyaman sekali aku seperti ini.
“To ” panggilnya.
“Ya, Tante”
“Ini rahasia kita berdua saja ya ? Tante minta kamu jangan katakan hal ini pada siapapun”
“Tentu Tante, tadinya sayapun mau bilang begitu” Tiba-tiba aku ingat sesuatu. Mendadak aku jadi cemas.
“Tante ”
“Hhmm”
“Gimana kalau Tante nanti ..” Aku tak berani meneruskan.
“Nanti apa ?”
“Akibat perbuatan tadi, lalu Tante ..”
“Hamil ?” potongnya.
“Ya ”
“Engga usah kamu pikirkan. Tante sudah jaga-jaga”
“Saya engga mengerti Tante”
“To, lain kali saja ya Tante jelasin. Sekarang Tante harus mandi, Oommu ‘kan sebentar lagi datang”
Ah, celaka. Sampai lupa waktu. Aku bangkit hendak mencabut.
“Pelan-pelan To” katanya sambil menyeringai, lalu matanya terpejam
“Eeeeeehhh” desahnya hampir tak terdengar, ketika aku mencabut kelaminku.
Kubantu ia mengenakan kutangnya. Buah dada itu belum sempat aku nikmati. Lain kali pasti!
“Tante ” aku memanggil ketika ia sudah rapi kembali.
Kupeluk ia erat sekali, kubisikkan di dekat kupingnya
“Terima kasih, Tante” lalu kucium pipinya.
“Ya ” jawabnya singkat.
“Sana mandi, cuci yang bersih niih” katanya lagi sambil menggenggam penisku waktu bilang ‘niih’
Ooohhh, nikmatnya hari ini aku.
Malam ini pertama kali aku ciuman dengan nikmat, pacaran sampai “keterusan”. Pertama kali penisku memasuki kelamin wanita. Pertama kali aku menumpahkan “air” ku ke dalam tubuh wanita, tidak ke perut atau ke lantai.
Lebih istimewa lagi, wanita itu adalah Tante Yani.
Wanita dengan tubuh yang luar biasa.
Bentuknya, potongannya, halusnya, padatnya, putihnya, bulunya…..
Padahal wanita itu sudah 26 tahun, sepuluh tahun di atas usiaku. Tapi lebih padat dari Si Ani yang 17 tahun, lebih manis dari Si Yuli yang sepantaranku, lebih indah dari Si Rika yang seumurku.
Yang masih mengganjal, wanita itu Tanteku, isteri Oom Ton. Ya, aku meniduri isteri Oomku! Aku mendapatkan pengalaman baru dari isterinya! Aku memperoleh kenikmatan dari meniduri isterinya. Isteri orang yang membiayai sekolahku, yang memberiku makan dan tempat tinggal!
Betapa jahatnya aku. Betapa kurangajarnya aku.
Aku sekarang jadi pengkhianat!
Mengkhianati adik misan ayahku!
Tapi, keliru kalau semua kesalahan ditimpakan kepadaku.
Siapa yang menyuruh memijat ?
Okey, seharusnya memijat saja, kenapa pakai mengelus ?
Pakai meremas pantat ? Habis, siapa yang tahan ? Aku masih 16 tahun, masih sangat muda, tapi sudah matang secara seksual, mudah terrangsang.
Tante sendiri, kenapa tidak menolak ? Bisa saja ia menempelengku ketika aku mau mencium bibirnya di karpet itu. Bisa saja ia menolak waktu aku membopongnya ke kamarku. Dan aku, bisa saja memberontak waktu ia merogoh celana dalamku, waktu ia menggenggam kelaminku dan diarahkan ke kelaminnya….
Kesimpulannya : salah kami berdua!
Tapi, aku ingin mengulangi ……….!
***
Paginya, kami sarapan bertiga, Aku, Oom, dan Tante. Aku jadi tidak berani menatap mata Oom waktu kami berbicara. Mungkin karena ada perasaan bersalah. Sedangkan Tante, biasa-biasa saja. Sikapnya kepadaku wajar, seolah tak terjadi apa-apa. Tak ada pembicaraan penting waktu makan.
Tante bangkit menuangkan minuman buat Oom. Kupandangi tubuhnya. Aku jadi ingat peristiwa semalam. Rasanya aku tak percaya, tubuh yang ada di depanku ini, yang sekarang tertutup rapat, sudah pernah aku tiduri. Aku ngaceng lagi..
Susah sekali aku berkonsentrasi menerima pelajaran hari ini. Pikiranku ke rumah terus, ke Tante. Bagaimana ia “menuntunku” masuk. Bagaimana aku mulai belajar “menggesek”, terus keenakkan. Aku ingin lagi…!
Tante bagaimana ya, apakah ia ingin lagi ? Aku meragukannya, mengingat semalam ia tidak puas. Jangan-jangan ia kapok. Tadi pagi sikapnya biasa saja. Mestinya sedikit lebih mesra kepadaku. Memangnya kamu ini siapa.
Lebih baik begitu, wajar saja, ‘kan ada suaminya.
***
Dua hari kemudian ketika aku pulang sekolah, kulihat ada mobil Oom di garasi. Apakah Oom Ton tak ke kantor hari ini ? Atau jangan-jangan Oom tahu kalau aku ..
Ah, jangan berpikir begitu. Dua hari terakhir ini sikap Oom kepadaku tak ada perubahan apa-apa. Sikap Tante juga wajar-wajar saja. Justru aku yang kelimpungan. Bayangkan. Setiap hari ketemu Tante. Aku selalu membayangkan “dalam”-nya, walau pakaian Tante tertutup rapat. Lalu, terbayang, aku sudah pernah menjamah tubuh itu, dan terangsang lagi.
Selama dua hari ini aku betul-betul tersiksa. Terlihat paha Tante yang sedikit tersingkap saja, aku langsung “naik”. Ooh..! Aku ingin lagiiiiii.
Siang ini aku makan sendirian. Kamar Tante tertutup rapat. Oom pasti ada di dalam, mobilnya ada. Tante juga tentunya. Mungkin mereka sedang …? Siang-siang ? Biar saja, toh suami-isteri. Sekejap ada rasa tak nyaman. Tanteku sedang ditiduri suaminya…! Aku iri! Memangnya kamu siapa ?
Baru saja aku selesai menyantap sendok terakhir makananku, kemudian mengangkat gelas, ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka, Tante keluar, mengenakan baju tidur. Aku terpana. Tanganku yang sedang memegang gelas berhenti, belum sempat minum, terpesona oleh Tante dengan baju tidurnya. Kelihatan ia baru bangun tidur, melihatku.
“Sudah pulang, To”
“Udah dari tadi Tante”
Ia tutup pintu kamarnya kembali lalu mendekatiku, dan tiba-tiba mencium pipiku erat, lenganku merasakan lembutnya sesuatu yang menandakan Tante tak memakai kutang.
Hampir saja aku menumpahkan air minum karena kaget.
“Ada kabar gembira.”katanya berbisik. Sebelum aku berreaksi atas aksinya itu, Tante sudah beranjak ke belakang meninggalkanku.
Aku jadi penasaran. Penasaran pada benda lembut yang mendesak lenganku tadi, serta pada kabar gembira apa ?
Ketika Ia kembali lagi, aku berdiri untuk memuaskan rasa penasaran tadi.
Tante menempelkan telunjuknya ke mulut sambil matanya melirik ke kamar. Aku mengerti isyarat ini. Jangan ganggu, ada suaminya.
Sejam kemudian kulihat Oom Ton duduk di sofa ruang tengah bersama Tante. Oom Ton berpakaian rapi berdasi, seperti hendak ke kantor, sedangkan Tante mengenakan daster pendek tak berlengan berkancing tengah, daster kesukaanku. Terlihat segar, baru saja mandi, mungkin.
“Tarto” Oom Ton memanggilku.
“Ya, Oom”
“Oom mau ke Bandung, dua hari. Kamu jaga rumah ya ?”
Ini rupanya kabar gembira itu!
“Baik, Oom, kapan Oom berangkat ?”
“Sebentar lagi, jam tiga”
Dua hari Oom tak ada di rumah, tentunya dua malam juga. Dua malam aku menjaga rumah, bersama Tante.
Dua malam bersama Tante ? Bukan main!. Eit, jangan berharap dulu, ya. ‘Kan tadi Ia bilang kabar gembira ?
Kok kamu yakin kabar gembiranya Tante adalah karena Oom ke Bandung ? Jangan sok pasti ya!
Aku melirik Tante, Ia biasa-biasa saja.
Pak Dadan datang membawa tas di bahunya, masuk garasi menghidupkan mesin mobil.
“Papa berangkat ya, Ma”
“Ya, Pa, hati-hati di jalan, ya ?”
“Mama juga hati-hati di rumah”
Oom mencium pipi Tante, lalu menciumi Si Luki.
“Jaga baik-baik, ya To”
“Ya, Oom”
Seisi rumah mengantar Oom sampai depan pintu pagar, melambai sampai mobilnya berbelok ke jalan Tebet Timur Raya.
Semuanya masuk ke rumah kembali. Hatiku bersorak. Dadaku penuh berharap dan kepalaku penuh rencana.
Luki dibawa pengasuhnya ke rumah sebelah. Mbak meneruskan pekerjaannya di belakang. Aman. Tinggal aku dan Tante. Kuberanikan diriku. Kupeluk Tante dari belakang. Betul ‘kan, Tante tak memakai kutang. Wah, sudah lama sekali aku tak menyentuhnya.
Tante sedikit kaget, lalu berbalik membalas pelukanku. Cuma sebentar, melepaskan diri.
“Sabar, dong To”
“Tante …” Serak suaraku.
“Nanti malam saja ”
Aha, rencana di kepalaku bisa terlaksana malam ini.
Kami duduk berdampingan di sofa, sedikit berjarak. Aku nonton TV, Tante membaca.
Aku tak tahan lagi, penisku sudah tegang dari tadi. Sekarang baru jam setengah empat sore. Berapa jam lagi aku mesti menunggu ? Oh, lama sekali.
Tante, tolonglah aku. Aku tak sanggup lagi menunggu.
Kulihat sekeliling meyakinkan situasi. Luki masih sama si Tinah di tetangga. Mbak Mar menyetrika di belakang. Aman!
Kupegang tangan Tante yang sedang ada di pahanya. Dengan begini aku bisa meremas-remas tangannya sambil merasakan lembutnya paha. Ia sesekali membalas remasanku, tetap membaca.
Ditariknya tangannya untuk membuka halaman buku bacaannya, tanganku “tertinggal” di pahanya. Kesempatan.
Kuusap lembut pahanya. Paha itu masih seperti yang kemarin, padat, kenyal, halus, berbulu lembut. Masih tetap membaca.
Aku makin berani, tanganku bergerak ke atas menyusup dasternya. Kuusap celana dalamnya. Nafasnya mulai terdengar meningkat “volume”nya.
Diletakkannya buku itu sambil menghela nafas panjang.
“To., kamu engga sabaran, ya ?” katanya sambil memegang tanganku di bawah sana.
“Maafkan saya Tante, saya.. saya ..engga kuat lagi Tante, saya ingin lagi, Tante” Kataku terputus-putus menahan birahi yang mendesak. Kelaminku juga mendesak.
“Masih sore, To”
“Tolonglah., Tante, saya membayangkan terus setiap ..hari” kataku setengah memohon. Aku yakin Tantepun sebenarnya telah terangsang, terlihat dari nafasnya dan aku merasakan basah di celananya. Aku sudah sampai pada titik yang tak mungkin surut kembali. Situasi sekeliling aman. Jadi, apa lagi selain berlanjut ?
“Saya mohon, Tante” kini aku betul-betul memohon.
Ditariknya tanganku dari paha, lalu dituntun ke dadanya. Permohonanku diterima.
Kuremas buah dada itu yang hanya ditutupi selembar kain daster.
“Eeeeeeehhh” desahnya.
Tiga hari lalu, waktu aku pertama kali meniduri Tante (memang baru pertama kali aku berhubungan sex), aku belum sempat menikmati buah dada ini. Waktu itu kami sudah sama-sama terangsang sehabis aku memijatnya. Aku baru sempat meremasnya, itupun dibalik kutang. Lalu ketika kutangnya sudah terbuka, Tante sudah keburu menuntun kelaminku memasukinya.
Sekaranglah kesempatan untuk menikmati dada itu.
Kubuka kancing dasternya, satu, dua, tiga.
Dada itu mengagumkan.
Putih, besar, menonjol, bulat, bergerak maju mundur seirama nafasnya, putingnya kecil agak panjang tegak lurus ke depan berwarna merah jambu.
Aku berlutut di depannya, kusingkirkan daster itu, kucium belahan dadanya yang seperti parit kecil di antara dua bukit.
Halusnya buah itu dapat kurasakan di kedua belah pipiku.
Mulutku bergerak ke kiri, ke dada bagian atas, terus turun, kutelusuri permukaan bukit halus itu dengan bibir dan lidahku. Sementara tangan kananku mengusapi buah kirinya. Luar biasa, kulit itu haluuus sekali! Tangannya mengusap-usap belakang kepalaku. Penelusuranku berakhir di puncaknya. Kumasukkan putting itu kemulutku, kukemot.
“Aaaaaaaahhh” lenguhnya pelan sekali.
Tangannya menekan kepalaku.
Kukemot lagi, kuhisap, kupermainkan dengan lidahku, putting itu mengeras. Puting satunya lagi juga mengeras, terasa di antara telunjuk dan ibujari tangan kananku.
Ada kesamaan gerak antara mulut dan tangan kananku. Kalau mulutku mengulum puting, jari-jariku memilin puting sebelahnya. Bila bibir dan lidahku merambahi seluruh permukaan buah yang sangat halus itu, telapak tanganku merambah pula. Seluruh permukaan dada itu demikian halus, sehingga ada sedikit yang tak halus di sebelah puting agak ke bawah menarik perhatianku.
Kulepaskan muluku dari dadanya, ingin memeriksa. Di sebelah puting dada kiri Tante ada bercak merah. Kuperhatikan dan kuraba. Seperti bekas gigitan. Oh. Aku ingat tadi siang waktu makan. Ini pasti “hasil kerja” Oom Ton di kamar yang terkunci tadi..
Akupun ingin. Betapa enaknya menggigit buah kenyal ini.
Dada kanan bagianku. Kucium puting itu kembali, geser sedikit, aku mulai menggigit.
Tiba-tiba Tante mendorong kepalaku.
“Jangan, To. Kamu..mikir, dong” katanya sambil terengah-engah.
Ah, bodohnya aku. Kalau kugigit tentu nanti berbekas, jelas pemilik sahnya, Oom Ton, akan curiga!
“Maafkan saya Tante, habis gemas sih.”
“Yahhh.engga apa-apa. Kamu harus ingat, ini rahasia kita saja”
Dipegangnya dadanya sendiri lalu disodorkannya ke mulutku. Gantian, sekarang dada kiri dengan mulutku, yang kanan dengan tangan kiriku….
Sudah saatnya untuk pindah ke kamar.
Aku bangkit berdiri. Tante masih tergolek duduk. Kancing tengah dasternya sudah semuanya terlepas, menyibak kesamping, tinggal celana dalamnya saja. Dada itu rasanya makin besar saja.
Kutarik kedua tangan Tante, tapi ia melepaskannya. Dibukanya gesperku, lalu kancing celanaku, dan ditariknya resleting dan celana dalamku. Penisku yang tegang itu keluar dengan gagahnya persis di depan mukanya.
“Uuuuuuuuuhhhh” Tante melenguh pelan memegang kelaminku, dielusnya.
“Kok besar sekali sih To, punyamu ini”
Kuraih badannya, kubimbing ia ke kamarku sambil masih memegang senjataku, tertatih-tatih kami berdua.
Kukunci pintu kamarku, kurebahkan Tante perlahan di dipanku, kulucuti pakaianku, dengan bertelanjang bulat kudekati Tante.
Dengan perlahan kupelorotkan celana merah jambu itu. Kembali aku bertemu dengan rambut halus hitam mengkilat itu. Ada cairan bening di sana. Kutindih tubuhnya lalu kakinya menjepit tubuhku. Kamipun berciuman, saling menggigit lidah. Lalu akupun tak tahan lagi.
Aku bangkit. Kubuka kakinya lebar. Lubang sempit itu terbuka sedikit, merah. Sekarang aku tak perlu dituntun lagi. Aku sudah tahu. Kutempelkan kepala penisku ke lubang sempit itu, lalu kudorong hati-hati.
“Aaaaaaaaaaahhhhh, To, sedaaaaaap”
Kepalanya sudah masuk. Nikmaaaaaaaaaat!
Aku heran, lubang sesempit itu bisa “menelan” kepala penis besarku. Kenapa kupikirkan ? Yang penting enak.
Sambil memegangi kedua belah dadanya, aku mendorong lagi. Enak-enak geli atau geli-geli enak. Entah mana yang benar. Kudorong lagi, Aaah lagi, enak lagi, geli lagi.
Lagi kudorong, sampai habis, sampai mentok.
“Idiiiiiiiiiiiiih, Toooo, enak sekali”
Nyaman, sudah didalam seluruhnya.
Pinggul Tante mulai berputar. Aku tahu tugasku, menarik dan mendorong. Mulut Tante mengeluarkan bunyi-bunyian setiap aku mendorong. Melenguh, mendesah, kadang menjerit kecil, atau kata-kata yang tak bermakna.
Kejadian tiga hari lalu berulang. Baru beberapa kali “tusuk” aku sudah merasakan geli luar biasa. Nampaknya aku tak mampu menahan lagi. Ah, kenapa begini ? Aku tak bisa tahan lama. Aku cemas jangan-jangan Tante nanti kecewa lagi. Tapi bagaimana lagi, aku sudah hampir tiba di puncak.
Aku coba berhenti bergerak sambil menahan agar jangan sampai keluar dulu, persis kalau aku menahan kencing. Tapi begitu aku diam, pantat Tante langsung berputar. Seluruh bagian tubuh yang di dalam sana memeras-meras kelaminku. Oh, aku tak akan berhasil menahan diri. Langsung saja aku bergerak lagi, makin cepat malah. Ocehan Tantepun makin ngawur.
Aku jadi cepat, makin cepat dan semakin cepat, lalu ……. badanku bergetar hebat, mengejang, berulang, memuntahkan, mengejang lagi, muntah lagi…
Tante berhenti berputar, lalu menjepit kakiku, menerima pelepasanku.
Rasanya aku mengeluarkan banyak sekali
Lalu akupun ambruk di atas tubuh Tante.
Aku selesai. Selesai menggetar, selesai mengejang, selesai melepas, selesai semuanya. Tanteku selesai terpaksa. Aku yakin ia kecewa lagi.
“Tante, gimana Tante, saya engga bisa menahan lagi …”
“Hmmm, To”
“Maafkan lagi saya, Tante. Saya gagal”
“Sudahlah, To”
“Saya hanya memuaskan diri sendiri”
“Tante bilang sudahlah, kamu lumayan tadi”
“Lumayan gimana Tante ?”
“Ada kemajuan dibanding yang lalu. Tante merasa enak, tadi”
“Tante bohong! Tante cuma menghibur saya”
“Benar, To. Memang Tante merasa belum “tuntas”, tapi kocokanmu tadi bisa Tante nikmati”. Aku agak tenteram.
“Ini karena kamu belum biasa, To. Tante yakin, lama-lama kamu akan mampu. Barangmu kerasnya luar biasa”
“Gimana caranya supaya saya bisa lama, Tante ?’
“Nanti kamu akan tahu sendiri”
“Ajarin saya ya, Tante”
Tante tak menjawab. Akupun berdiam diri. Lama kami berdua membisu.
Tante melihat jam, pukul empat sore, lalu bangkit mencari-cari pakaiannya yang berserakan.
“Tante mandi dulu, ya ?”
Aku membantunya berpakaian.
Merapikan karet celana dalamnya, mengkaitkan kutangnya, mengancingkan dasternya. Ada sesuatu yang lain kurasakan. Aku merasa demikian “mesra” membantunya berpakaian. Aku serasa membantu isteriku!
Ya, barusan aku merasa meniduri isteriku.
Kupeluk Tante erat sekali, agak lama. Lalu kucium pipinya dalam-dalam.
“Tante”
“Apa, To ?”
“Tarto sayang Tante” kataku tiba-tiba.
Dipandangnya mataku lurus-lurus.
“Apa maksudmu To”
“Engga tahu Tante, pokoknya saya sayang sama Tante. Tante jangan kapok, ya ? Tarto ingin kita terus begini”
“Oh, itu maksudmu. Asal kamu bisa jaga rahasia”
“Bisa, Tante”
“Juga harus hati-hati”
“Iya,Tante”
Tanpa kusadari, penisku bangun lagi.
“Sudah, mandi sana” Tante ke luar kamarku
***
Malam itu aku nonton TV sendirian. Tante ada di kamarnya, tertutup. Aku kesepian. Aku mengharapkan Tante akan ke luar dari kamar menemaniku di sini. Kemudian aku mendekatinya, lalu ciuman, raba-raba, dan …diakhiri dengan hubungan suami-isteri.
Heran aku, baru tadi sore aku dipuaskan oleh Tante di kamarku, malam ini aku ingin lagi! Aku ingin kenikmatan itu lagi. Aku tetap menunggu.
Jam 9 malam. Tante belum juga muncul.
Pukul 9.30, tidak juga.
Kemarilah Tante, aku merindukanmu.
Malam ini adalah malam pertama Oom tak ada di rumah. Ayolah Tante, ini kesempatan yang tak boleh dilewatkan.
Atau kuketuk saja pintunya, lalu aku masuk ?
Ah jangan. Itu kurang ajar, namanya.
Tubuh indah itu sendirian di kamar.
Buah dada putih itu tak ada yang mengelusnya.
Kelamin berambut halus itu tak ada yang memasukinya malam ini.
Kenapa engkau tidak ke luar ?
Barangkali Tante memang tidak membutuhkannya. Paling tidak malam ini.
Ya, kalau ia butuh tentunya akan mendekatiku.
Jam 10, belum ada tanda-tanda.
Aku putuskan, malam ini memang Tante tak mau diganggu. Biar sajalah. Toh besok siang, sore, atau malam masih ada kesempatan. Oom Ton menginap di Bandung dua malam. Yah, besok sajalah.

Baca Juga :  Cerita Ngentot Tante Girang Tubuh Montok

Tapi aku ingin malam ini!
Aku ingin malam ini kelaminku masuk dan kemudian mengeluarkan cairan dengan nikmat!
Kemudian aku mengeluarkan penisku yang sudah tegang itu. Kata Tante punyaku ini besar. Entah benar-benar besar, aku tak tahu. Sebab aku belum pernah lihat punya orang lain.
Karena tidak ada Oom Ton, aku jadi makin berani menggoda Tanteku. Seperti waktu sarapan tadi. Aku mengelus-elus bahu dan lengan atasnya yang terbuka di meja makan. Bahkan mencium pipinya.
“Hati-hati, To”
“Ya, Tante, Kan saya lihat-lihat keadaan dulu”
“Mar ada di belakang” katanya.
“Tante”
“Ehm ?”
“Tarto sayang Tante”
“Aku udah ada yang punya, To” katanya sambil mencubit pahaku. Aku senang.
“Ya. Pokoknya saya sayang” Jangan-jangan aku jatuh cinta benar-benar sama Tanteku ini.
“Semalam Tante ke mana. Saya tunggu-tunggu”
“Ya. Tante tahu, kamu nonton TV. Kamu masuk kamar jam 10 ‘kan ? Masa’ mau terus-terusan”. Aku lega, Tante tak tahu perbuatanku semalam yang menyelinap ke kamar Mbak Mar.
“Iya dong. Mumpung ada kesempatan. Sekarang juga saya mau” kataku nakal.
“Gila, kamu To. Awas jangan sampai mengganggu sekolahmu!”
“Habis Tante betul-betul menggemaskan” Aku ngaceng lagi!
“Udah ah, berangkat sana, nanti telat”
“Tapi nanti lagi ya Tante, janji dulu”
“Lihat dulu nanti”

Bagaimana tidak mengganggu sekolah, seharian aku ingat Tante terus. Membayangkan apa yang akan kuperbuat nanti bersama Tante.

Tamat

Incoming search terms:

cerita sex/ bude hamil dikampung

Ngesex dengan Tante Pake Obat Perangsang

$
0
0

Ngesex dengan Tante Pake Obat Perangsang – Kisah ini terjadi, ketika aku masih di bangku kuliah beberapa tahun yang lalu dan pada akhirnya kuliahku juga berhenti di tengah jalan karena kesibukanku dengan grup band yang aku bentuk. Pagi itu seperti kebiasaan aku sebelum masuk ruang kuliah, selalu menyempatkan diri untuk menikmati makanan di cafetaria kampus yang suasananya cukup asri dengan keberadaan taman di samping cafetaria kampus itu sendiri. Diantara beberapa mahasiswa yang sedang menikmati makanan, aku sempat terpaku oleh sosok yang sebelumnya belum pernah aku lihat di kampus.

Penampilannya cukup membuatku terpesona, dengan tank top warna merah di padu dengan blue jeans skirt setinggi lutut menjadikan dia juga patut untuk menjadi pusat perhatian semua cowok yang ada di cafetaria. Setelah memesan makanan dan minuman, aku melangkahkan kakiku menuju meja yang ada di luar ruangan cafetaria yang posisinya menghadap langsung ke arah taman kampus.

Pagi itu kebetulan aku seorang diri, nggak seperti hari-hari biasa yang selalu datang bersama teman-teman dekatku yang sekaligus juga teman di grup bandku. Dengan santai aku duduk sambil menikmati segelas coklat hangat dan sepotong pancake nanas kesukaanku.
Di tengah asyiknya aku menikmati makanan, tiba-tiba telah berdiri temanku yang bernama Dina dan seorang yang telah membuatku terpaku sebelumnya.
“Maaf Diet.. Boleh nggak kita gabung duduknya?” tanya Dina sambil tersenyum.

“Oh.. Kamu Din..!” ujarku spontan. Cerita Mesum

“Boleh-boleh… Lagian aku sendirian kok” sahuntuku meyakinkan.

“Tumben nih cafetari rame, sampai nggak ada satupun meja kosong” Kata Dina menambahkan.

“Kamu juga tumben Diet makan sendirian, biasanya khan sama grup band kamu?” kata Dina lagi.

“Iya nih Din.. Kebetulan ada kelas pagi jadinya aku berangkat lebih awal deh” jelasku sesaat setelah Dina dan temannya duduk.

“Oh iya Diet, kenalin ini anak baru di kampus kita” Dengan ramah Dina memperkenalkan temannya.

“Ananda… Ini Adietya teman kita juga, yang kebetulan juga dia vokalis di grup band di kampus kita ini” Dina memperkenalkan aku kepada Ananda secara panjang lebar.

“Dan dia ini Diet, mahasiswa pindahan dari Jakarta yang mengikuti orangtuanya karena pindah tugas” Jelas Dina kepadaku.

“Namanya Ananda aprilia putri, yang mempunyai hobby dengerin musik juga” sahut Dina lagi.
Yang di perkenalkan cuman tersenyum manis aja. Dengan ramah aku tersenyum kepada Ananda, sambil menyodorkan tanganku.
“Adietya!” kataku pendek.

“Ananda!” dengan senyum manis dia menerima uluran tanganku.
Tangannya halus banget saat aku menggenggamnya lembut, apalagi di lengannya di tumbuhi bulu-bulu halus yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang mulus.
Dari jarak yang lumayan dekat aku bisa menikmati pesona kecantikan Ananda yang begitu menawan, Ananda mempunyai rambut yang cukup tebal dan hitam yang panjangnya di bawah bahunya sedikit. Bibirnya sensual dan selalu basah alami tanpa olesan lipstik. Pandanganku sesaat turun ke arah lehernya yang jenjang dan berakhir di kedua tonjolan di dadanya yang aku taksir ukurannya 36B.

Sampai di sini aku sempat menelan ludah sesaat, betapa ranumnya buah dada Ananda yang menuruntuku begitu menggairahkan kalau di remas nan lembut dan putingnya di jilatin dengan gerakan erotis. Khayalanku buyar bersama teguran dari Dina mengingatkan kalau aku masih menggenggam tangan Ananda.
“Sudah dong Diet.. Lepasin tangan Ananda” tegurnya mengingatkan.

“Maaf.. Yah Ananda” kataku polos.

“Tangan kamu halus banget sih” kataku menambahkan.

“Tangan atau, kamu yang terpesona oleh kecantikannya” sindir Dina.
Aku hanya tersenyum mendengar Dina mengatakan itu. Sejujurnya aku memang mengagumi pesona Ananda yang kayaknya bakal jadi bunga kampus nantinya.
Seminggu setelah pertemuanku dengan Ananda di cafetaria. Aku bertemu kembali dengannya tapi bukan di kampus seperti saat itu. Ananda datang bersama kedua orang tuanya untuk menikmati makam malam di salah satu cafe yang cukup terkenal di kota itu. Dan kebetulan aku bersama teman-temanku bermain musik akustik di cafe itu setiap 3 kali seminggu.

Malam itu Ananda mengenakan gaun warna hitam yang membuat penampilannya sangat berbeda dengan saat dia ada di kampus. Gaun malam yang panjang dan modelnya sedikit sexy dibagian dadanya membuat Ananda tampil begitu anggun malam itu. Saat itu Ananda belum menyadari kalau yang ada di atas panggung adalah diriku.
“Selamat datang dan selamat menikmati suguhan musik akustik dari kami, semoga makan malam anda cukup berkesan bersama orang-orang yang anda cintai” Sambutanku kepada semua pengunjung cafe.
Setelah aku menyanyikan beberapa lagu dan mendapat sambutan yang cukup meriah dari pengunjung malam itu. Dengan mantap, kembali aku menyampaikan pesan khusus.
“Lagu ini akan saya persembahkan buat pengunjung yang ada di meja nomer 5, yaitu Ananda bersama kedua orang tuanya dan semoga makan malamnya berkesan dengan hadirnya lagu ini” sahuntuku spontan.
Seketika pandangan Ananda bersama kedua orang tuanya tertuju ke panggung. Dengan sopan aku menganggukan kepala kepada mereka, sambil tersenyum ramah. Ananda sempat terpaku, ketika melihat diriku tersenyum dari atas panggung.
Setelah melewati moment sesaat yang merupakan kejutan dariku. Perlahan aku mulai menyanyikan lagu lembut yang pernah dibawakan oleh Rod stewart” Have I told you lately”. Pandanganku beradu dengan pandangan Ananda yang sedang serius menatapku dari mejanya, ketika di awal lagu sambil tersenyum aku memandangnya lembut.
“Have I told you lately that I love you..” bunyi lirik di awal lagu itu.
Dengan penghayatan aku menyanyikan lagu itu yang secara tidak sengaja terinspirasi oleh kedatangan Ananda di cafe malam itu. Setelah selesai aku menyanyikan lagu itu, bersamaan juga saat aku bersama grupku mendapat kesempatan untuk break di session pertama. Di saat break aku pergunakan waktu yang ada untuk menemui Ananda bersama ke dua orang tuanya.
“Selamat malam Om, Tante dan juga Ananda” tegurku sopan.

“Perkenalkan nama saya Adietya, teman Ananda satu kampus” dengan ramah dan sopan aku memperkenalkan diri di hadapan kedua orang tua Ananda.
Yang juga disambut dengan ramah oleh kedua orang tua Ananda.
“Pa, Ma, Ini teman Ananda yang pernah Ananda ceritakan sebelumnya” terang Ananda kemudian.
Dalam hati sempat aku bertanya, apakah yang telah di ceritakan Ananda kepada kedua orang tuanya tentang diriku. Setelah berkenalan dengan kedua orang tuanya dan terlibat obrolan yang panjang, akhirnya aku tahu kalau Ananda adalah anak semata wayang di keluarganya.
Tak mengherankan jika, kalau Ananda mendapatkan kasih sayang secara penuh baik dari papanya dan juga Mamanya. Itu terlihat dari kesehariannya yang riang dan lincah saat dia berada di kampus. Setelah tiba waktu buat aku dan teman-teman untuk main di session kedua, dengan sopan aku berpamitan kepada kedua orangtuanya dan juga Ananda.

Suasana cafe malam itu sangat special buat diriku, karena kedatangan orang yang sering aku khayalkan setiap saat di tempat yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Menjelang setengah sebelas, aku menyudahi penampilan malam itu lewat lagu”Cinta Sejati” Milik ari lasso.
Ketika selesai acara, aku pamit kepada teman-teman band, kalau aku ingin menemui Ananda dan kedua orang tuanya. Sesampainya di meja Ananda, dan ngobrol sesaat, kedua orang tuanya berpamitan ingin pulang karena sudah mulai di hinggapi rasa kantuk.
“Pa, Ma, Ananda boleh pulangnya belakangan?” tanya Ananda kepada kedua orang tuanya.

“Ananda masih pingin ngobrol dengan Adiet nih bolehkan?” rajuknya manja.

“Baiklah, asal nanti pulangnya Adietya yang nganterin!” tegas papanya.

“Baik Om.. Terima kasih atas kepercayaan yang Om berikan”jawabku kemudian.

“Makasih pa, Ma..” teriaknya sambil mencium pipi Papa dan Mamanya.
Setelah kepergian Papa dan Mamanya, kembali kita melanjuntukan obrolan yang tertunda sesaat. Ketika waktu menunjukan pukul 23.30 aku mengatakan kepada Ananda.
“Ananda sebaiknya kita pulang yah” kataku pelan.

“Sudah malam nih, ntar Papa dan Mama kamu gelisah menunggumu” terangku lagi.

“Baiklah kalau menurut kamu begitu” jawab Ananda kemudian.
Yang tak lama aku bergegas menyetop taxi yang sedang lewat di depan kita. Di dalam taxi aku terdiam sambil melamunkan kejadian yang barusan aku alami. Betapa beruntung aku bisa duduk berduaan di dalam taxi dengan seorang gadis cantik yang begitu banyak di dambakan oleh setiap cowok yang ada di kampus.
“Diet kenapa diam?” tanya Ananda membuyarkan lamunanku.

“Oh.. Eh”jawabku gugup.

“Aku nggak pernah membayangkan kalau aku bisa sedekat ini dengan dirimu” jelasku setelah bisa menguasai keadaan.

“Maksud kamu?”tanya Ananda lagi.

“Kamu tahu khan, kalau di kampus banyak cowok yang menaksir kamu” terangku kemudian.

“Diet, kalaupun banyak cowok yang mengejar-ngejar aku, aku punya hak juga khan buat menolak?” tanyanya lagi.
Aku hanya terdiam mendengar penjelasannya, sambil tersenyum lembut menatapnya.
“Aku sudah banyak menceritakan tentang dirimu kepada Papa dan Mama, makanya mereka percaya kalau aku pulangnya bersama kamu” terang Ananda meyakinkan aku.
Di kepala masih teringat saat aku memperkenalkan diri di hadapan Papa dan Mamanya, ketika break time tadi yang Ananda bilang pernah menceritakan aku sebelumnya.
“Diet, sejak awal perkenalan di cafetaria, hatiku sempat berdetak entah kenapa” terangnya kemudian.

“Aku juga selalu berhayal tentang dirimu” jelasnya lagi.

“Banyak cerita di kampus yang mengatakan, kalau kamu orangnya cukup lembut setiap menghadapi cewek” tambahnya lagi.

“Semua itu benar adanya, apalagi dengan kamu memberikan sebuah lagu romantis buat diriku saat malam tadi” dengan lembut Ananda mengatakan itu.

“Papa dan Mama sempat memuji, kalau kamu orangnya bisa menghargai seorang wanita” terangnya lagi.
Terharu aku mendengar semua penjelasan dari Ananda yang ternyata selama ini dia bersimpati terhadap diriku. Taxi yang kita tumpangi melintasi sebuah jalan yang lampu penerang jalannya agak redup. Dengan keberanian di tengah keremangan, aku memeluk Ananda mendekat dan mengecup bibirnya yang ranum.
“Sudah lama aku mendambakan kamu Ananda” bisikku mesra di telinganya.

Baca Juga :  Kisah Perkosaan Gadis Dalam Kereta

Ananda hanya tersenyum manis mendengar bisikanku, sambil meremas mesra tanganku. Tak lama berselang taxi telah sampai di depan sebuah rumah besar yang di halamannya ada sebuah taman dan balai-balai kecil di pojok rumah.

Tamat


Kurenggut Vagina Siswi Adik Tingkat

$
0
0

Kurenggut Vagina Siswi Adik Tingkat – Hari telah senja dan cerita dewasa pun di mulai, awan mendung pun menyelimuti kota metropolitan ini membuat suasana semakin gelap, disaat itu di sebuah SMU Negeri terkenal dikota itu nampak gadis-gadis penuh aura seks membubarkan diri dari sebuah ruang aula olahraga.

Mereka mengakhiri latihan rutin paduan suaranya. Tawa dan canda khas gadis-gadis SMU mengiringi mereka bubar, satu demi satu mereka keluar dari halaman sekolah yang telah gelap itu.

Sementara itu suara gunturpun terdengar pertanda hujan akan segera turun. Ada yang dijemput oleh orangtuanya, adapula yang membawa mobil pribadi, dan ada juga yang menggunakan angkutan umum.

Aku sangatlah hafal dengan aktifitas anak-anak SMU ini, karena memang sudah hampir sebulan ini aku bekerja sebagai tukang cat disekolah ini.

Usiaku memang sudah tidak muda lagi, saat ini aku berusia 48 tahun.

Aku adalah seorang duda, istriku sudah lama minggat meninggalkanku setelah mengetahui aku tengah melakukan hubungan intim dengan keponakannya. Reputasiku sebenarnya lebih banyak didunia hitam, dulu aku dikenal sebagai seorang germo yang aku sambi dengan berdagang ganja.

Namun beberapa bulan yang lalu semua para wanita yang aku jajakan terkena razia dan kemudian bisnis ganjaku hancur setelah kurir yang biasa membawa ganja ditembak mati oleh aparat. Cerita Dewasa Terbaru

Di sekolah ini aku tidaklah sendirian aku masuk bekerja dengan sahabatku yang bernama Charles yang seorang residivis kambuhan.

Usianya tidak begitu jauh denganku yaitu 46 th, perawakannya tinggi besar rambutnya panjang dan kumal. Kami berdua sengaja hidup berpindah-pindah tempat.

Kami bukanlah pekerja tetap di sekolah ini, kami hanya mendapat order untuk mengerjakan pengecatan kusain-kusain pintu-pintu kelas disekolah ini.

Kami tidak dibayar mahal namun kami memiliki kebebasan untuk tinggal dilingkungan sekolah ini. Maklumlah kami adalah perantau yang hidup nomaden.

Diantara gadis-gadis tadi, ada salah seorang yang paling menonjol. Aku sangatlah hafal dengannya. Karena memang dia cantik, lincah dan aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga akupun sering melihat dia mondar-mandir di sekolahan ini.

Adinda Wulandari namanya.

Postur tubuhnya mungil, wajahnya cantik dan imut-imut, kulitnya putih bersih serta wangi selalu, rambutnya ikal panjang sebahu dan selalu diikat model ekor kuda.

Penampilannyapun modis sekali, seragam sekolah yang dikenakannya selalu berukuran ketat, rok seragam abu-abunya berpotongan sejengkal diatas lutut sehingga pahanya yang putih mulus itu terlihat, ukuran roknyapun ketat sekali membuat pantatnya yang sekal itu terlihat menonjol.

Sampai-sampai garis celana dalamnyapun terlihat jelas melintang menghiasi lekuk pantatnya, tak lupa kaos kaki putih selalu menutupi betisnya yang putih mulus itu.

Tidak bisa kupungkiri lagi aku tengah jatuh cinta kepadanya.

Namun perasaan cintaku kepada Adinda lebih didominasi oleh nafsu sex semata.

Gairahku memuncak apabila aku memandanginya atau berpapasan dengannya disaat aku tengah bekerja di sekolah ini. Ingin aku segera meyetubuhinya.

Banyak sudah pelacur-pelacur kunikmati akan tetapi belum pernah aku menikmati gadis perawan muda yang cantik dan sexy seperti Adinda ini.

Aku ingin mendapatkan kepuasan itu bersama dengan Adinda. Informasi demi informasi kukumpulkan dari orang-orang disekolah itu, dari penjaga sekolah, dari tukang parkir, dari karyawan sekoah.

Dari merekalah aku mengetahui nama gadis itu. Dan dari orang-orang itupun aku tahu bahwa Adinda adalah seorang siswi yang duduk di kelas 2, umurnya baru 16 tahun.

Beberapa saat yang lalu dia merayakan hari ulang tahunnya yang ke-16 di kantin sekolah ini bersama teman-temannya sekelas.

Diapun termasuk siswi yang berprestasi, aktif dalam kegiatan paduan suara dan paskibra disekolah ini.

Dan yang informasi terakhir yang kudapat bahwa dia ternyata adalah salah seorang finalis foto model yang diselenggarakan oleh sebuah majalah khusus untuk remaja putri terkenal di negeri ini dan bulan depan dia akan mengikuti seleksi tahap akhir.

Kini disaat sekolah telah sepi salah satu dari gadis-gadis anggota paduan suara tadi itu tengah merintih-rintih dihadapanku.

Dia adalah gadis yang terakhir kalinya masih tersisa didalam sekolah ini, yang sedang asyik bercanda ria dengan temannya melalui HP-nya, semetara yang lainnya telah meninggalkan halaman sekolah.

Beberapa menit yang lalu melalui sebuah pergulatan yang tidak seimbang aku telah berhasil meringkusnya dengan mudah, kedua tangannya kuikat dengan kencang kebelakang tubuhnya, dan mulutnya kusumpal dengan kain gombal.

Setelah itu kuseret tubuhnya ke bangsal olahraga yang berada di bagian belakang bangunan sekolah ini.

Tidak salah salah lagi gadis itu adalah Adinda Wulandari, gadis cantik sang primadona sekolah ini yang telah lama kuincar.

Aku sangat hafal dengan kebiasaannya yaitu menunggu jemputan supir orang tuanya dikala selesai latihan sore dan sang supir selalu terlambat datang setengah jam dari jam bubaran latihan.

Sehingga dia paling akhir meninggalkan halaman sekolah. Kini dia meringkuk dihadapanku, dengan tangisannya yang teredam oleh kain gombal yang kusumpal di mulutnya.

Sepertinya dia memohon-mohon sesuatu padaku tetapi apa peduliku, air matanya nampak mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik itu.

Sesekali nampak dia meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan tali tambang yang mengikat erat di kedua tangannya, namun sia-sia saja, aku telah mengikat erat dengan berbagai simpul.

Posisinya kini bersujud dihadapanku, tangisannya kian lama kian memilukan, aku menyadari sepenuhnya bahwa dia kini tengah berada dalam rasa keputusasaan dan ketakutan yang teramat sangat didalam dirinya.

Kunyalakan sebatang rokok dan kunikmati isapan demi isapan rokok sambil kutatap tajam dan kupandangi tubuh gadis cantik itu, indah nian tubuhnya, kulitnya putih bersih, pantatnya sekal berisi.

Kunikmati rintihan dan tangis gadis cantik yang tengah dilanda ketakutan itu, bagai seseorang yang tengah menikmati alunan musik didalam ruangan sepi.

Suara tangisnya yang teredam itu memecahkan kesunyian bangsal olahraga di sekolah yang tua ini. Sesekali dia meronta-ronta mencoba melepaskan tali ikatan yang mengikat kedua tangannya itu.

Lama kelamaan kulihat badannya mulai melemah, isak tangisnya tidak lagi sekeras tadi dan sekarang dia sudah tidak lagi meronta-ronta mungkin tenaganya telah habis setelah sekian lamanya menagis meraung-raung dengan mulutnya yang telah tersumbat.

Sepertinya didalam hatinya dia menyesali, kenapa Heru supirnya selalu terlambat menjemputnya, kenapa tadi tidak menumpang Desy sahabat karibnya yang tadi mengajaknya pulang bareng, kenapa tadi tidak langsung keluar dari lingkungan sekolah disaat latihan usai, kenapa malah asyik melalui HP bercanda ria dengan Fifi sahabatnya.

Yah, semua terlambat untuk disesali pikirnya, dan saat ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada dirinya.

“Beres Yon…, pintu pagar depan sudah gue tutup dan gembok”, terdengar suara dari seseorang yang tengah memasuki bangsal.
Ternyata Charles dengan langkah agak gontai dia menutup pintu bangsal yang mulai gelap ini.

“OK…sip, gue udah beresin nih anak, tinggal kita pake aja…”, ujarku kepada Charles sambil tersenyum.

Kebetulan malam ini Pak Parijan sang penjaga sekolah beserta keluarganya yang tinggal di dalam lingkungan sekolah ini yaitu sedang pulang kampung, baru besok lusa mereka kembali ke sekolah ini.

Mereka langsung mempercayakan kepada kami untuk menjaga sekolah ini selama mereka pergi. Maka tinggallah kami berdua bersama dengan Adinda yang masih berada didalam sekolah ini.

Pintu gerbang sekolah telah kami rantai dan kami gembok sehingga orang-orang menyangka pastilah sudah tidak ada aktifitas atau orang lagi didalam gedung ini.

Pak Heru sang supir yang menjemput Adinda pastilah berpikiran bahwa Adinda telah pulang, setelah melihat keadaan sekolah itu.

Kupandang lagi tubuh Adinda yang lunglai itu, badannya bergetar karena rasa takutannya yang teramat sangat didalam dirinya.

Hujanpun mulai turun, ruangan didalam bangsal semakin gelap gulita angin dinginpun bertiup masuk kedalam bangsal itu, Charles menyalakan satu buah lampu TL yang persis diatas kami, sehingga cukup menerangi bagian disekitar kami saja.

Kuhisap dalam-dalam rokokku dan setelah itu kumatikan. Mulailah kubuka bajuku satu per satu, hingga akhirnya aku telanjang bulat. Batang kemaluanku telah lama berereksi semenjak meringkus Adinda di teras sekolah tadi.
“Gue dulu ya….”, ujarku ke Charles.

“Ok boss….”, balas Charles sambil kemudian berjalan meninggalkan aku keluar bangsal.

Kudekati tubuh Adinda yang tergolek dilantai, kuraba-raba punggung gadis itu, kurasakan detak jantungnya yang berdebar keras, kemudian tanganku turun hingga bagian pantatnya yang sekal itu, kuusap-usap pantatnya dengan lembut, kurasakan kenyal dan empuknya pantat itu sambil sesekali kutepok-tepok.

Badan Adinda kembali kurasakan bergetar, tangisnya kembali terdengar, sepertinya dia kembali memohon sesuatu, akan tetapi karena mulutnya masih tersumbat suaranyapun tidak jelas dan aku tidak memperdulikannya. Dari daerah pantat tanganku turun kebawah kedaerah lututnya dan kemudian menyelinap masuk kedalam roknya serta naik keatas kebagian pahanya.

Kurasakan lembut dan mulus sekali paha Adinda ini, kuusap-usap terus menuju keatas hingga kebagian pangkal pahanya yang masih ditutupi oleh celana dalam.

Karena sudah tidak tahan lagi, kemudian aku posisikan tubuh Adinda kembali bersujud, dengan kepala menempel dilantai, dengan kedua tangannya masih terikat kebelakang. Aku singkapkan rok seragam abu-abu SMUnya sampai sepinggang.

“Waw indah nian….gadis ini” gunamku sambil melototi paha dan pantat sekal gadis ini.

Kemudian aku lucuti celana dalamnya yang berwarna putih itu, terlihatlah dua gundukan pantat sekal gadis ini yang putih bersih.

Sementara Adinda terus menagis kini aku memposisikan diriku berlutut menghadap ke pantat gadis itu, kurentangkan kedua kakinya melebar sedikit.

Dengan jari tengahku, aku coba meraba-raba selangkangan gadis ini.

Disaat jari tengahku menempel pada bagian tubuhnya yang paling pribadi itu, tiba-tiba tubuh gadis ini mengejang.

Mungkin saat ini pertama kali kemaluannya disentuh oleh tangan seorang lelaki.

Disaat kudapatkan bibir kemaluannya kemudian dengan jariku itu, aku korek-korek lobang kemaluannya.

Dengan maksud agar keluar sedikit cairan kewanitaannya dari lobang kemaluannya itu.

Tubuhnya seketika itu menggeliat-geliat disaat kukorek-korek lobang kemaluannya, suara desahan-desahanpun terdengar dari mulut Adinda, tidak lama kemudian kemaluannya mulai basah oleh cairan lendir yang dikeluarkan dari lobang vaginanya.

Setelah itu dengan segera kucabut jari tengahku dan kubimbing batang kemaluanku denga tangan kiriku kearah bibir vagina Adinda.

Pertama yang aku pakai adalah gaya anjing, ini adalah gaya favoritku. Dan…
”Hmmmpphhhh……”, terdengar rintihan dari mulut Adinda disaat kulesakkan batang kemaluanku kebibir vaginanya.

Dengan sekuat tenaga aku mulai mendorong-dorong batang kemaluanku masuk kelobang kemaluannya.

Rasanya sangat seret sekali, karena sempitnya lobang kemaluan gadis perawan ini.

Aku berusaha terus melesakkan batang kemaluanku kelobang kemaluannya dengan dibantu oleh kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya.

Kulihat badan Adinda mengejang, kepala mendongak keatas dan sesekali menggeliat-geliat. Aku tahu saat ini dia tengah merasakan sakit dan pedih yang tiada taranya.

Keringat terus mengucur deras membasahi baju seragam sekolahnya, namun harum wangi parfumnya masih terus tercium, membuat segarnya aroma Adinda saat itu, rintihan-rintihan terdengar dari mulutnya yang masih tersumpal itu.

“Hmmmmppphh….mmmppphh….gghhhhm mmpphhh….”.

Dan akhirnya setelah sekian lamanya aku terus melesakkan batang kemaluanku, kini bobol sudah lobang kemaluan Adinda.

Aku telah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluanku kedalam lobang vaginanya. Kurasakan kehangatan disekujur batang kemaluanku, dinding vagina Adinda terasa berdenyut-denyut seperti mengurut-urut batang kemaluanku.

Sejenak kudiamkan batang kemaluanku tertanam didalam lobang vaginanya, kunikmati denyutan-demi denyutan dinding vagina Adinda yang mencengkram erat batang kemaluanku. Selanjutnya kurasakan seperti ada cairan mengucur mengalir membasahi batang kemaluanku dan kemudian meluber keluar menetes-netes.

Ah…ternyata itu darah, berarti aku telah merenggut keperawanan dari gadis cantik ini.

Sementara itu kepala Adinda kembali tertunduk dilantai, desah nafasnya terdengar keras, badannya melemas.

Setelah itu, aku mulai memompakan kemaluanku didalam lobang vaginanya. Kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya juga membantu memaju mundurkan tubuhnya. Badan Adinda kembali tegang, rintihan kembali terdengar “Hhmmmpphh….ggrrhhmm….mmmppphh h….”, seiring dengan irama sodokan-sodokanku.

Semakin lama aku semakin mempercepat gerakanku, hingga tubuh Adinda tersodok-sodok dengan cepat sesekali, badannya juga menggeliat-geliat. Raut mukanya meringis-ringis akibat rasa sakit diselangkangannya.

Hujanpun mulai turun dengan deras dan aku ingin menikmati rintihan-rintihan dari gadis ini.

Sementara aku terus menyodok-nyodok dari belakang, aku putuskan untuk membuka gombal yang sedari tadi membekap mulutnya. Dan, “Aakkk…akkkhh…oohh….ooh…iihh…o ohh..”, suara erangan Adinda kini terdengar, kunikmati suara-suara itu sebagai penghantar diriku yang tengah menyetubuhi gadis ini.

Suaranya menggema diseluruh bangsal olahraga ini, namun masih tertelan oleh suara derasnya hujan diluar. Adinda semakin terlihat kepayahan, tubuhnya melemah namun aku masih terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat.

Bosan dengan posisi itu aku cabut kemaluanku dari lobang vaginanya dan kulihat darah berceceran membasahi selangkangannya dan kemaluanku.

Sejenak Adinda mendesahkan nafas lega, kubalik tubuhnya, dan kini posisi dia terlentang. Setelah itu kurentangkan kedua kakinya dan kulipat hingga kedua pahanya menyentuh dadanya. Kulihat jelas kemaluan gadis ini, indah sekali. Bulu-bulunya yang masih jarang-jarang itu tumbuh menghias disekitar bibir kemaluannya.

“Ohh..jangann bang…ampun…bang…ooohh…sakitt t sekali..bang”, terdengar Adinda merintih pelan memohon belas kasihan kepadaku.
Dengan menyeringai aku tindih tubuh Adinda itu. Kembali aku benamkan batang kemaluanku didalam lobang vaginanya.

“Aakkhh…”, Adinda terpekik matanya terpejam, roman mukanya kembali meringis kesakitan dikala aku menanamkan batang kemaluanku kedalam lobang kemaluannya.

Setelah itu aku kembali memompakan tubuhku, menggenjot tubuh Adinda. Batang kemaluanku dengan gaharnya mengaduk aduk, menyodok-nyodok lobang kemaluannya. Tubuh Adinda kembali tersodok-sodok. Sesekali kuputar-putar pinggulku, yang membuat tubuh Adinda kembali kelojotan, dari bibir Adinda terdengar desahan-desahan halus “Ohh…enngghh…oohh…ohhh…oo hh…”.

Setelah sekian menit lamanya aku menyetubuhinya, aku merasakan diriku akan berejakulasi. Segera kupeluk kepalanya dan kucengkram erat dengan kedua tanganku setelah itu irama gerakanku kupercepat.
“Aakkhhh…” akupun menejan, tubuhku mengeras.

Croot…croottt….croott… akupun berejakulasi, kusemprotkan spermaku didalam rahimnya. Banyak sekali sperma yang kukeluarkan menyemprot membasahi liang vaginanya hingga meluber keluar meleleh membasahi pahanya.

Kulihat raut muka Adinda saat itu nampak panik, sinar matanya menunjukkan kekalahan dan kepedihan.

Dengan tatapan sayu dia memandangiku disaat aku mengejan menyemprotkan spermaku yang terakhir.

Ahh nikmat sekali gadis ini, baru kali ini aku merengut keperawanan seorang gadis kota yang cantik.

Setelah itu akupun merebahkan tubuhku menindih tubuhnya yang lemah, sambil mengatur nafasku.

Tubuhku berguncang-guncang akibat dari isakan-isakan tangisnya serta nafasnya yang tersengal-sengal, sementara itu kemaluanku kubiarkan tertanam didalam lobang kemaluannya.

Kubelai-belai rambutnya, kukecup-kecup pipi dan bibirnya.

“Terimakasih Adinda sayang….., kamu cantik sekali, terimakasih atas perawanmu”, bisikku sambil kucium dan kukulum bibirnya.

Terasa lembut sekali bibirnya, kumainkan lidahku didalam mulutnya, sejenak aku bercumbu mesra dengan Adinda. Dia hanya terisak-isak dengan nafas yang terus tersengal-sengal. Akhirnya kusudahi permainanku ini, aku bangkit sambil mencabut kemaluanku.

“Ouugghhhh….”, Adinda merintih panjang saat kutarik kemaluanku keluar dari lobang vaginanya.

Kulihat diselangkangannya telah penuh dengan cairan-cairan kental dan darah penuh membasahi bulu-bulu kemaluannya.

Tak kusadari Charles ternyata telah berdiri didekatku, dan rupanya dia telah telanjang bulat menunggu gilirannya, badannya yang kekar dan tinggi itu nampak semakin sangar dengan banyaknya gambar-gambar tatto yang menghiasi sekujur dada dan lengannya.

Dengan rasa toleran sebagai seorang sahabat, akupun menyingkir dari tubuh Adinda yang tergolek lemas dilantai. Aku ambil jarak beberapa meter dari tubuh Adinda kemudian aku kembali merebahkan tubuhku. Dengan tiduran terlentang dilantai aku menggali kembali rasa nikmatku setelah melampiaskan nafsuku ke Adinda tadi.

Sedang asyik-asyiknya aku istirahat, terdengar olehku bunyi sesuatu, “Srett…sreettt…sreett…bre tt..” diikuti oleh isak tangis Adinda yang terdengar kembali.

Setelah kuperhatikan, oh ternyata Charles dengan sebuah pisau cutter ditangannya tengah sibuk merobek-robek baju seragam Adinda.

Dengan kasarnya Charles mencabik-cabik baju seragam putih Adinda, termasuk BH putih yang dikenalkannya.

Dan akhirnya kini badan Adinda telah telanjang, kedua buah payudaranya yang tidak begitu besar kini terpampang jelas.

Termasuk juga rok abu-abu yang melilit dipinggangnya setelah kusingkap tadi dirobek-robeknya, haya sepasang kaos kaki putih setinggi betisnya serta sepatu kets masih dikenakannya.

“Ouuhh…ammpuunn…bang…ampu n…”, suara Adinda terdengar lirih memohon-mohon ampun ke Charles yang sepertinya tengah kalap kemasukan setan itu.

Setelah itu dengan gombal yang tadi menyumpal mulut Adinda, Charles membersihkan daerah selangkangan Adinda.

Dengan sedikit kasar Charles mengusap-usap selangkangan Adinda sampai-sampai tubuh Adinda menggeliat-geliat.

Akupun kembali merebahkan tubuhku, mengatur nafasku serta kunyalakan sebatang rokok sebagai penghantar istirahatku.

Sementara itu hujan diluar mulai reda, namun angin dingin terus berhembus masuk kedalam bangsal tempat pembantaian Adinda ini.

Baca Juga : Pesta Seks Remaja Anak SMP

Tiba-tiba semenit kemudian dikala aku sedang rebahan dan asyik-asyiknya menikmati rokokku. Terdengar olehku jerit Adinda yang memilukan
“Aaakkhhhhh……..”.

Akupun terbangun, kulihat dari asal suara itu. Ternyata Charles tengah menyodomi Adinda.

Posisi Adinda kembali bersujud dengan kepala yang mendongak keatas, bola matanya terbelalak, wajahnya cantiknya terlihat miris sekali, mulutnya menganga membentuk huruf “O” dan Charles berada dibelakangnya tengah asyik menanamkan batang kemaluannya yang besar itu ke dalam lobang anus Adinda.

“Aakkhh….” Charlespun mendesah lepas tatkala dia berhasil menanamkan batang kemaluannya dilobang anus Adinda.

Setelah itu lubang anus Adinda dihujani sodokan-sodokan batang kemaluan Charles, Charles melakukannya dengan gerakan yang cepat dan kasar sampai-sampai tubuh Adinda terdorong-dorong dan tersodok-sodok dengan keras.

Tidak ada suara rintihan lagi yang keluar dari mulut Adinda mungkin karena suara tertahan ditenggorokannya karena menahan rasa sakit yang amat sangat.

Tamat

Sex Pertama dengan Saudara Sendiri

$
0
0

Sex Pertama dengan Saudara Sendiri – Saya punya kebiasaan onani sama seperti cowok teman-teman saya. Tapi sebagai perangsang, saya nggak hanya memakai buku atau film BF tapi juga orang. Soalnya saudara saya banyak yang cewek plus cakep-cakep masih SMP, bodinya jadi. Karena rumah saya yang besar, saudara saya (terutama yang perempuan) sering menginap, nah waktu itu yang saya suka. Biasanya malam-malam saya naik ke kamar tamu, dan mengendap-ngendap. Saya naik ke atas ranjang dan mulai aksi saya dengan pegang-pegang bodi saudara saya sambil ngocok. Nggak jarang saudara saya tidur nyenyak banget sehingga saya bisa ngobel-ngobel vaginanya.

Nah, kebetulan minggu lalu pas libur Sidang Umum saudara saya menginap. Ada satu saudara perempuan saya yang asli cantik namanya Joyce. Saya kepingin benar ngobel vaginanya tapi nggak dapat, soalnya dia baru kepegang paha saja sudah sadar. Tapi ini malam lain, saya memulai petualangan saya lagi. Saya naik ke kamar atas, terlihat si Joyce tidur dengan posisi nafsuin. Menghadap ke atas (telentang) kaki rada mengangkang. Darah saya sudah berdesir saja. Saya mulai naik ke atas ranjang, ternyata dia memakai celana longgar. perlahan-lahan saya mulai tarik celananya ke bawah dan mengintip ke dalam. Kelihatan CD-nya. Saya sudah mau masukan tangan saja. Tapi saya takut dia bangun.

Tapi, lama-lama saya nggak tahan juga. Saya masukan tangan saya, wah dia diam saja. Saya masuk lebih dalam lagi. Nyentuh CD-nya, saya mulai mau tarik CD-nya. Tangan saya satu lagi ngocok-ngocok penis saya. Tahu-tahu dia bagun dan melihat saya lagi pegang penis saya. Wah, saya kaget dan buru-buru kabur sambil berharap dia melupakan dan dikira mimpi. Saya mau tidur lagi, “Sialan”, dalam hati saya. Saya belum klimaks nih. Akhirnya saya tidur juga. Eh, malamnya saya merasa ada yang memegang tubuh saya. Saya bangun, ternyata si Joyce lagi memegang penis saya sambil tangannya masuk ke dalam CD-nya. Astaga, dia kaget juga, tapi terus berbicara.

“Dengan ini kita seri ya?” terus dia mau pergi. Menyadari gelagat asyik ini saya langsung berkata, “Eh jangan pergi. “
Terus dia bertanya “Emang kenapa loe marah?”
“Nggak kok, loe demen pegangin barang gua, gue kepenget liat barang loe gimana kalau kita tukeran?”
Dia diam sebentar terus bicara, “Yang benar?”
“Iya”,
“Ya sudah dech, tapi loe duluan ya?”
Terus saya pun tarik celana saya yang longgar (maklum piyama) dan terlihatlah penis saya yang asli tegang (Penis saya 12 cm diameter 4 cm). Lumayan buat anak 16 tahun. Dia kelihatan senang ditambah horny.
“Boleh gue pegang?”
“Loe mau apain juga boleh asal jangan disakitin.”
Tangannya bergerak perlahan gemeteran, dia pegang penis saya. Darah saya berdesir waktu tangannya menyentuh penis saya. Baru sekali penis saya dipegang, dielus sama perempuan. Tangan yang satunya memegang celananya sendiri sambil sesekali menggesek. Saya lihat tambah horny.
“Eh, Joyce cukup donk, giliran lu.”
“Nggak ah malu”,
“Eh, loe sudah janji, lagian cuma kita berdua kok.”
“Ya sudah.”
Dia pun mulai memegang celananya.
“Eh, tunggu, boleh nggak saya yang buka?”
Dia berpikir terus bilang, “Boleh dech”,

Tangan saya mulai memegang celananya. Terus saya gesek bagian vaginanya dia diam saja. Terus perlahan-lahan saya tarik celananya turun, kelihatan CD-nya putih. Terlihat di bagian vagina agak basah, perlahan dari samping saya tarik CD-nya. Tangan saya gemetar. Dia juga terlihat agak malu. Saya tarik ke samping, terlihat vaginanya, bulu kemaluannya paling baru 5 lembar (maklum baru 13). Saya buka sedikit, bau amis campur pesing mulai menyebar.
“Boleh saya elus?”
“Boleh”,
Saya mulai mengelus vaginanya, pas saya buka sedikit, kelihatan ada daging kecil di bagian atas, saya heran.
“Ahh, nikmat Di! Lagi donk”,
Tiba-tiba dia teriak, saya kaget. Terus saya dapet ide,
“Gimana kalau vagina lu gue gesek pakai penis saya?”
“Hah, jangan saya masih mau perawan”,
“Tenang cuma luarnya doang gua jamin perawan lu nggak hilang”,
“Benar?”
“Benar”,
“Ya sudah.”
Terus CD-nya saya tarik ke bawah dan CD saya saya turuni sendiri. Saya suruh dia tiduran, terus saya letakan penis saya di atas vaginanya (waktu itu saya sudah takut ketahuan bokap) terus saya gesek naik turun.
“Ahh nikmat Di, nikmat banget cepetan dikit Di.”
Wah saya semakin nafsu saja saya gesek lagi, sementara vaginanya semakin banjir.
“Ahh terus Di, clit gua donk diutamain”,
“Hah, apaan tuh clit?”
“Itu daging kecil yang tadi loe pegang”,
“Oohh.”
Terus saya mulai mencari “clit” tersebut dan saya gesek pakai kepala penis saya. “Ahh nikmat Di terus Di.”
Saya semakin nafsu saja, terus dia bercanda bicara begini,
“Ahh, uhh, ini mah dimasukin lebih nikmat kali ya?”
Saya yang nafsu senang benar dengar begitu. Saya ambil koran terus saya alaskan pantatnya.
“Ngapain Di?”
Saya diam saja terus saya pelan-pelan cari lubang vaginanya dan saya sodok masuk penis saya.
“Ahh, jangan Di, adduuh sakit Di, please jangan ahh!”Saya kasihan juga saya tarik sedikit. Terus saya sodok sekuat tenaga”Ahh sakit banget Di, aduhh…”
Saya cuek terus saya sodok sedikit. Sambil memegang payudaranya saya bisa melihat dia menangis. Tapi saya cuek, saya kayuh saja terus.
“Ahh Di sakit Di, loe tega loe Di, pokoknya perawan gue lu yang ambil.”Tapi lama-lama dia diam juga, dia malah mulai menikmati.
“Ahh, Ahh, ohh, terus nikmat juga, teruss.”

Mungkin karena sama-sama baru, nggak lebih dari 15 menit kita sama-sama klimaks, saya keluarkan sperma saya di dalam, asli nikmat banget. Setelah selesai, kita duduk senderan, koran tatakan tadi ada noda darah, darah perawan dia. Saya lihat dia menangis sambil nmenyandarkan kepalanya ke dada saya.
“Ah, Di, loe ngambil perawan gue, gue nyesel, tapi nikmat kok, gue tapi nggak ngarep loe mau tanggung jawab, asal loe mau begini terus sama gue, lagian gue juga kok yang mulai.”
“Nggak, apapun yang terjadi saya tanggung, setelah cukup umur loe bakal gue nikahin apapun resikonya.”
“Benar?”
“Suer!”
“Asyikk, loe baik deh, lain kali gue mau lagi deh.”

Sekian pengalaman saya dahh!

Baca Juga : Henny Yang Manis dan Anna Yang Cantik

TAMAT

Akibat Hujan Angin Aku jadi Pengen ML

$
0
0

Akibat Hujan Angin Aku jadi Pengen ML – Ini pengalaman salah seorang teman saya yang juga gemar membaca cerita sex dewasa terbaru yang ada di internet. Nah gini cerita dewasa yang akan saya coba ceritakan disini jadi Pada hari sabtu, saya seperti biasa suka nongkrong di warnet mulai jam 18:00, dan saya langsung mengecek e-mail layaknya abg pada umumnya. Setelah selesai saya suka browsing sambil chat. Pada saat itu hujan deras mengguyur seisi kota disertai angin. Pada saat saya membeli minuman (di dalam warnet), saya melihat dua orang gadis yang memasuki warnet. Mereka terlihat basah kuyup karena kehujanan, dan ketika itu mereka mengenakan kaos warna putih dan biru (cewek yang satunya), dan celana pendek.

Dari balik kaos putih basah itu saya bisa melihat sebuah BH warna merah muda, juga sepasang payudara montok agak besar. Saya kembali ke meja dan melihat mereka berdua menempati meja di depan saya. Sambil menunggu jawaban dari chat, saya mencuri pandang pada dua gadis itu. Semakin lama saya lihat saya tidak bisa konsentrasi, mungkin karena cara duduk mereka yang hanya mengenakan celana pendek itu, sehingga terlihat paha putih mulus dan juga sepasang buah dada dalam BH yang tercetak jelas akibat baju yang basah. Cerita Sex

Pada jam 20:00, listrik di warnet itu padam. Para penjaga warnet terlihat sibuk memberitahu bahwa listrik akan segera menyala dan meminta agar netter sabar. Tetapi 30 menit berlalu dan tidak ada tanda-tanda bahwa listrik akan menyala sehingga sebagian netter merasa tidak sabar dan pulang. Sedangkan saya masih di dalam warnet dan ingin ikut pulang, tapi saya tidak bisa karena di luar hujan masih deras dan saya hanya membawa motor. Begitu juga dengan 2 gadis di depan saya, mereka sudah membayar uang sewa dan tidak bisa pulang karena hujan masih deras. Mereka hanya bisa duduk di sofa yang disediakan pihak warnet (sofa yang digunakan untuk netter apabila warnet sudah penuh dan netter bersedia menunggu), wajah mereka tampak gelisah terlihat samar-samar akibat emergency light yang terlampau kecil, mungkin karena sudah malam dan takut tidak bisa pulang.

Melihat kejadian itu saya tidak tega juga, apalagi hawa menjadi dingin akibat angin yang masuk dari lubang angin di atas pintu. Saya pun mendekati mereka dan duduk di sofa. Ternyata mereka enak juga diajak ngobrol, dari situ saya mengetahui nama mereka adalah, Tuti (baju putih) dan Erni (baju biru). Lagi enak-enaknya ngobrol kami dikejutkan oleh seorang cewek yang masuk ke dalam sambil tergesa-gesa. Dari para penjaga yang saya kenal, cewek tadi adalah pemilik warnet. Saya agak terkejut karena pemilik warnet ini ternyata masih muda sekitar 25 tahun, cantik dan ****** Cewek tadi menyuruh para penjaga pulang karena listrik tidak akan nyala sampai besok pagi.

Setelah semua penjaga pulang, cewek tadi menghampiri kami.

“Dik, Adik bertiga di sini dulu aja, kan di luar masih hujan, sekalian nemenin Mbak ya..” kata cewek yang punya nama Riyas ini. Kemudian berjalan ke depan dan menurunkan rolling door.

“Saya bantu Mbak,” kataku.

“Oh, nggak usah repot-repot..” jawabnya. Tapi aku tetap membantunya, kan sudah di beri tempat berteduh. Setelah selesai aku menyisakan satu pintu kecil agar kalau hujan reda aku bisa lihat.

“Ditutup saja Dik, dingin di sini..” kata Riyas, dan aku menutup pintu itu. Entah setan mana yang lewat di depanku, otak ini langsung berpikir apa yang akan terjadi jika ada tiga cewek dan satu pria dalam sebuah ruangan yang tertutup tanpa orang lain yang dapat melihat apa yang sedang terjadi di dalam. Aku kembali duduk di sofa sambil berbincang dengan mereka bertiga jadi sekarang ada empat orang yang tidak tahu akan berbuat apa dalam keremangan selain berbicara.

“Sebentar ya Dik, saya ke atas dulu, ganti baju..” kata Riyas.

Aku bertanya dengan nada menyelidik, “Mbak tinggal di sini ya?”

“Iya, eh kalian di atas aja yuk supaya lebih santai, lagian baterai lampu sudah mau habis, ya..” katanya.

Kami bertiga mengikuti Mbak Riyas ke atas. Warnet itu terdapat di sebuah ruko berlantai tiga, lantai satu dipakai untuk warnet, lantai dua dipakai untuk gudang dan tempat istirahat penjaga, lantai tiga inilah rumah Riyas. Menaiki tangga ke lantai tiga, terdapat sebuah pintu yang akan menghentikan kita apabila pintu tidak dibuka, setelah masuk kami tidak merasa berada di sebuah ruko tapi di rumah mewah yang besar, kami disuruh duduk di ruang tamu. Riyas bilang dia akan mandi dan menyalakan sebuah notebook agar kami bertiga tidak bosan menunggu dia mandi.

Ternyata notebook itu tidak memiliki game yang bisa membuat kami senang. Tapi aku sempat melihat shortcut bertuliskan 17Thn (ketika itu masih 17tahun.zip), aku menduga ini adalah permainan, ketika kubuka ternyata isinya adalah cerita yang membuat adikku berdiri. Tuti dan Erni pun agak malu melihat cerita-cerita itu. Tapi yang membuat aku tidak tahan adalah mereka tidak memperbolehkan aku menutup program itu dan mereka tetap membaca cerita itu sampai habis. Aku pun hanya bisa terbengong melihat mereka berada di kiri dan kananku. Setelah selesai membaca, Tuti merapatkan duduknya dan aku bisa merasakan benda kenyal menempel di lengan kananku.

Erni pun mulai menggosokkan telapak tangannya ke paha kiriku. Sambil mereka melihat cerita yang lain, aku merasakan sakit di dalam celanaku. Aku sudah tidak bisa konsentrasi pada cerita itu, mereka semakin menjadi-jadi, bahkan Tuti membuka kaosnya dengan alasan merasa panas, sedangkan Erni membuka kaosnya dengan alasan kaosnya basah dan takut masuk angin. Aku merasa panas juga melihat tubuh mereka, sambil membetulkan posisi adik, aku mengatakan kalau hawanya memang panas dan aku membuka baju juga.

Kini tangan mereka berdua dirangkulkan di tengkukku, aku semakin panas karena lenganku merasa ada dua benda kenyal yang menghimpit tubuhku dari kiri dan kanan. Akhirnya jebol juga iman ini, aku menaruh notebook itu di meja di depanku dan aku menciumi Tuti dengan nafsu yang sudah memuncak, Tuti pun tak mau kalah sama seranganku, dia membalas dengan liar. Sedangkan Erni sibuk menciumi dan menjilati dadaku. Tangan kiriku kulingkarkan pada Erni dan mulai meremas buah dada yang masih tertutup BH itu, sedangkan tangan kananku kulingkarkan di tubuh Tuti dan memasukkan ke dalam BH dan meremas buah dadanya. Erni mulai membuka celanaku dan menghisap penis yang sudah tegang itu.

“Ouhh.. mmmhh.. yahhh..” aku mulai menikmati jilatan Erni pada kepala penisku. Tuti pun jongkok di depanku dan menjilat telurku. Aku hanya bisa pasrah melihat dan menikmati permainan mereka berdua. Kemudian Riyas keluar dari kamar dengan selembar handuk menutupi tubuh, dia menarik meja di depanku supaya ada cukup tempat untuk bermain. Riyas berlutut sambil membuka celana Tuti. Setelah celana Tuti lepas, dia mulai menghisap vagina Tuti. “Ooohh.. Ssshh.. ahh..” Tuti mendesah. Tak lama kemudian Tuti membalikkan tubuhnya dan sekarang posisi Riyas dan Tuti menjadi “69″. Aku pun sudah tak tahan lagi, segera kuangkat Erni dan membaringkannya di lantai dan membuka celananya. Setelah terbuka aku langsung menghisap vagina yang sedang merah itu. “Auuhh.. Ooohh.. Sayang..” desahan Erni semakin membuatku bernafsu.

Dengan segera aku mengarahkan penisku ke vagina Erni, dan mulai menusukkan secara perlahan. Erni merasa kesakitan dan mendorong dadaku, aku menghentikan penisku yang baru masuk kepalanya itu. Selang agak lama Erni mulai menarik pinggangku agar memasukkan penis ke vaginanya, setelah masuk semua aku menarik perlahan-lahan dan memasukkannya kembali secara perlahan-lahan. “Ahhh.. ayo Sayang.. ohhh.. cepat..” Aku pun mulai mempercepat gerakanku. Dari tempatku terlihat Tuti dan Riyas saling menggesek-gesekkan vagina mereka. “Auuhhh.. ooouuhh.. iyahhh.. yahh.. ssshh.. hhh..” desahan Erni berubah menjadi teriakan histeris penuh nafsu.

Baca Juga :  Anal Seks Dengan Mbak Endang

Tak lama kemudian Erni mencapai orgasme, tapi aku terus menusukkan penis ke arah vagina Erni. “Gantian donk, aku juga pingin nih..” kata Tuti sambil menciumi bibir Erni. Aku pun menarik penisku dan mengarahkan ke vagina Tuti setelah dia telentang. Ketika penisku masuk, vaginanya terasa licin sekali dan mudah sekali untuk masuk, rupanya dia telah mengalami orgasme bersama Riyas. Tampaklah Erni dan Riyas tertidur di lantai sambil berpelukan.

Sedangkan aku terus menggenjot tubuh Tuti sampai akhirnya Tuti sudah mencapai puncak dan aku merasakan akan ada sesuatu yang akan keluar. “Aahhh..” suara yang keluar dari mulutku dan Tuti. Akhirnya kami berempat tertidur dan pulang pada esok paginya. Setelah kejadian itu aku tidak pernah bertemu dengan Tuti dan Erni. Riyas sekarang sudah menikah dan tetap tinggal di ruko itu. Sedangkan aku masih sibuk dengan urusan kerja dan tidak pernah ke warnet itu lagi.

Tamat

Aku Berbuat Mesum di Bioskop Umum

$
0
0

Aku Berbuat Mesum di Bioskop Umum – Pembaca Cerita Dewasa,Vina dengan iri memandangi para penonton di bisokop itu yg sedang berduaan dengan pacarnya , sedangkan ia duduk di runag tunggu ini sendirian tanpa ada seorangpun yang menemani. Beberapa hari yang lalu vina mendengar klo pacarnya selingkuh dengan kawan baiknya , awalnya vina ga percaya , namun kemarin ia melihat dengan mata kepalanya sendiri dan dengan perasaan sakit hati , ia langsung memutuskan hubungan dengan pacarnya.

Hari ini ia merasa suntuk dan bete dirumah , maka ia memutuskan untuk pergi saja ke bioskop sendirian , kebetulan film yg ia tunggu sudah diputar di bisokop.
Vian bersiap pergi ke bisokop , ia bercermin untuk terakhir kalinya, cermin di kamarnya memantulkan sosok wajah cantik, dengan tank top biru muda menutup tonjolan di dada yg cukup besar , rok mini denim , memeperlihatkan keahlusan dan kemulusan kaki seorang gadis belia . puas dengan penampilannya ia pun segera pergi ke bioskop.

Di dalam ruang teater , susananya cukup penuh , karena ini adalah pemutaran perdana alias premiere.
Vina menempati tempat duduknya , dan sementara film belum mulai diputar , pikiran vina melayang , memikirkan tentang mantannya dan masa masa indah dulu.

“maaf…permisi mbak …numpang lewat…….” sebuah suara mengaggetkan vina.
seorang pria tampan tampak tersenyum pada vina , tatapan pria itu menimbulkan perasaan aneh pada diri vina.
“ooh..ya ..maaf…” kata vina tersadar dan memberi jalan untuk pria itu lewat, dan ternyata pria itu duduk tepat disebelahnya.
setelah duduk pria itu kembali menatap vina,, tersenyum dan mengucapkan terima kasih, perasaan aneh pada diri vina kembali muncul, entah apa…. vina tak mau terlalu ambil pusing , film sudah dimulai.

Film sudah berjalan setengahnya , saat vina merasakan ada yg menyentuh lengannya, ia menoleh dan melihat pria itu sedang mengelus elus lengan vina tapi tatapan matanya tetap pada layar.
Vina bisa saja marah dan memaki maki pria kurang ajar itu , namun entah mengapa ia membiarkan pria itu mengelus elus lengannya.
merasa tak ada penolakan dari vina , pria itu terus mengelus elus lengan vina, sambbil terus menatap pada layar.
Vina sendiri hanya terdiam nafasnya seolah terhenti , ia tak bisa ( atau tak mau) menolak perlakuan pria itu , ia malah memejamkan mata seolah menikmati sentuhan demi sentuhan yg dilakukan oleh pria disebelahnya. Getaran getaran di tubuhnya terasa semakin kuat.

Vina segera membuka mata dan tubuhnya bagai kena sengatan listrik saat ia merasakan tangan pria itu melewati lengannya dan menyentuh buah dadanya, awalnya hanya sentuhan sentuhan kecil , namun ketika kembali tak ada reaksi penolakan dari vina , sentuhan pria ini berubah menjadi remasan remasan yg membangkitkan bbirahi vina.

Dengan sedikit takut vina meoleh ke penonton di sebelahnya , ternyata org itu serius menonton.
Pria asing itu terus menerus meremas buah dada vina, menyebabkab puting vina perlahan mengeras tanda vina sudah sangat terangsang.
Pria itu sepertinya tahu hal itu , maka dengan berani tangannya menelusup masuk ke balik tank top vina dan menyentuh langsung buah dada itu.
tiba tiba handphone penonton disebelah berbunyi , membuat pria itu dengan segera menarik tangannya dan duduk manis seolah tak ada apa apa.

VIna sendiri masih bingung apa yg terjadi , ia sama sekali tak kenal pria ini tapi …kenapa ia membiarkan pria itu berbuat kurang ajar padanya , membiarkan menyentuh tubuhnya , bahkan saat ini birahi vina semakin naik dan berharap pria ini kembali menyentuhnya.

Setelah beberapa menit , Vina merasakan ada yag menelusup masuk ke balik rok pendeknya, mengelus elus paha mulusnya.
Vina hanya menarik nafas panjang sambil menatap pria itu, dan seperti sebelumnya sambil menyentuh vina pandangan pria itu masih terarah pada layar.
Vina mengerang tertahan saat sentuhan pria itu tiba di bagian sensitifnya , jari jari pra itu bergerak menggeliitk dengan gerakan putaran, tanpa sadar vina semakin melebarkan kakinya.

Cerita Dewasa : VIna semakin terangsang dengan sentuhan erotis pria itu , vaginanya sudah mulai basah.
bahkan dalam diri vina ingin membalas perlakuan pria itu , dan menyetuh penisnya , ia seolah ingin penis pria itu masuk ke mulutnya.

Vina memandang pria itu , yg ternyata juga sedang memandangi vina.
Mereka berdua saling berpandangan cukup lama , sampai akhirnya pria itu tersenyum dan bangkit sambil menarik tangan vina unutk ikut dengannya , vina sendiri dengan patuh ikut dengannya.

Dengan berdebar debar penuh gairah , vina mengikuti pria itu dan masuk ke toilet wanita, saat itu toilet sedang kosong.
Setelah mengunci pintu , mereka berciuman dengan ganasnya seolah mereka sepasang kekasih yg telah lama tidak bertemu.
Pria itu menarik pinggang Vina dan merangkul erat tubuh molek gadis itu , vina bisa merasakan tonjolan penis pria itu menyentuhnya.
Ciuman mereka semakin ganas , lidah merak saling menyapu , pandangan mata mereka memancarkan gairah yg tak tertahankan.
Sambil terus berciuman, tangan pria itu beraksi di balik tank top vina , dan meremas remas nya sedikit keras, sampai akhirnya pria itu melepas tank top itu.
Pria itu menggemgam bulatan buah dada vina, menurunkan kepalanya dan mulai menjliati buah dada yg indah itu.
Ia menjilati puting vina dengan ujung lidah , meniupnya pelan , membuat vina bergidik dan geli, dilanjutkan dengan mengulum dan menyedot buah dada itu , lidahnya bergerak gerak memutar , membuat vina merintih nikmat , meresapi sensasi sensual ini.

Vina kemudian menurunkan tubuhnya membuka kancing celana pria itu dan menurunkannya.
Pria itu hanya tersenyum menatap vina , saat vina juga menurunkan celana dalam yg mengurung penisnya.
Tak membuang waktu , Vina menggengam penis itu ,menjliati dan mengulumnya sehingga makin mengeras.
Vina bisa merasakan denyutan penis itu saat beraksi dengan jilatannya. Ujung kepala penis itu vina jilati memutar dengan lidahnya lalu kemudian dikulumnya beberapa saat dan diulang kembali, terus sampai vina semakin kuat menyedotnya.
nafas pria itu terdengar semakin berat menahan birahi.

Denyutan penis itu dirasakan vina semakin kentara saat tak lama kemudian memuntahkan isinya , langsung masuk ke tenggorokan vina.
Semburan spermanya ternyata cukup banyak ,vina tak mampu menelan semuanya , sebagian menetes diantara bibirnya yg manis. tanpa merasa jijik vina menelan cairan asin itu dan menjilati sisa sia yg menempel di penis pria itu.
“giliran saya…” kata pria itu samil mendorong vina ke dinding.

Pria itu melepaskan rok mini vina dan tentu saja bersama dalamannya.
Pria itu menciumi pangkal paha vina , menjilatinya , memainkan lidahnya di bibir vagina dan clitnya membuat vina tersiksa oleh kenikmatan.
Jilatan lembut pria itu diselingi dengan sedotan sedotan yg membuat vina makin menggelinjang tak tertahankan, mengetahui vina sudah terangsang tak tertahankan. pria itu berdiri dan tanpa basi basi langsung menusuk vagina itu dengan penisnya.

“aaaauhhhhhwhw….” vina mengerang saat penis itu menerobos masuk ,untuk memudahkan pria itu menagngkat kedua kaki vina dan kemudian mulai mendorong dorong keras penisnya masuk semakin dalam.
vina tak bisa menahan erangannnya , mulutnya terus merintih dan mengerang menikmati serangan demi serangan.

tiba tiba si pria mencabut kembali penisnya , membalikan tubuh vina , sedikit dibungkukkan dan menembusnya kembali dari belakang.
vina kemudian menyadari dalam posisi seperti ini , ia tak mungkin mencapai orgasme , maka ia memaksa pria itu mencabut kembli penisnya , medorongnya duduk di toilet, dan vina naik ke atasnya.
VIna mencari posisi yg tepat ,, hingga penis pria itu kembali menembusnya .

posisi seperti itu ternyata menguntungkan juga bbagi pria itu , ia bbisa meremas buah dada yg menggemaskan itu . setiap vina bergerak buah dadanya turut bergoyang menggoda.
Butuh waktu yg agak lama sampai akhirnya mereka mencapai puncak dari kenikmatan permainan mereka.

Baca Juga : Belajar Ngentot Bersama Tante Ku Sendiri

Setelah puas mereka kembali berpakaian dan secara terpisah kembali ke tempat duduk masing masing, dan saat film usai . si pria asing itu tersenyum pada vina dan menjatuhkan sebuah kartu nama pada pangkuan vina.

Cerita Dewasa : Vina membaca nama dan alamat di kartu nama itu dan berpikir apakah ia akan menemui orang asing itu lagi , dan berpikr kira kira…permainan seru apalagi yg akan ia jalani bersama pria itu..?
entah……..namun vina berpikir spertinya menarik…dan akan sangat menyenangkan. Tamat

Gadis SMP Perawan Cantik Montok

$
0
0

Gadis SMP Perawan Cantik Montok – Belajar Ngentot Namaku Rima. Kata orangutan: aku cantik, kulitku kuning, hidungku bangir, sepintas mirip: aku Indo. Tinggiku 160cm, UKURAN Bhku 34, CUKUP Besar untuk seorang Bokep seusiaku. : Aku Punya pacar, Dino namanya. Dia kakak kelasku, Kami sering ketemu di Sekolah.

Gadis SMP Perawan mantep Belajar Dino seorang Siswa Yang Biasa-Biasa Saja, dia regular tidak menonjol di Sekolahku.Prestasi belajarnyapun Biasa Saja. : Aku tertarik Karena Dia BAIK padaku. Entah kebaikan Yang tulus atau memang ADA maunya. Dia juga Mencoba mendekatiku. Di Sekolah,: aku tergolong lumayan tenar. BANYAK Siswa cowok MENCARI perhatian padaku.

Gadis SMP Perawan mantep Belajar TAPI entah mengapa: aku kecepatan memerlukan, expandabilas Dino. Singkatnya,: aku pacaran Artikel Baru Dino. BANYAK Teman-teman Cewekku menyayangkannya, padahal Masih ADA si Anto Yang bapaknya pejabat, Si Danu Yang Juara kelas, Si Andi Yang jago basket, Dan TOTAL.Entah mengapa: aku regular tidak menaruh perhatian PADA mereka-mereka itu.Aku Dan Dino telah berjalan kurang lebih 6 Bulan. Kami pacaran Sembunyi-Sembunyi, ya KARENA Kami Masih SMP jadi Kami Masih Takut untuk pacaran secara Terang-terangan. Orang tuaku sebenarnya melarangku untuk berpacaran, Masih Kecil katanya. Tetapi apabila Cinta telah melekat, apapun jadi nikmat. Cerita Mesum

Hari Sabtu sepulang Sekolah: aku janjian sama Dino. : Aku mau nemanin dia Ke Rumah temannya. : Aku Bilang Ke orangutan Tua bahwa aceh Sabtu: aku Pulang telat KARENA ADA les Atas Transaksi. : Aku berbohong. Di tasku. telah kusiapkan kaos Dan Celana Panjang bahasa Dari Rumah. Sepulang Sekolah,: aku Ke wc Dan mengganti seragamku Artikel Baru baju Yang kubawa bahasa Dari Rumah. Begitu Dinopun.

Bahasa Dari Sekolah Kami Yang berada di perbatasan Jakarta Timur Dan Selatan, Kami Naik bis kearah Cipinang, Jakarta Timur, Rumah Teman Dino. Sesampai Disana,: aku diperkenalkan Artikel Baru Teman Dino, Agus namanya. Rumahnya sepi, KARENA orangutan Tua Agus Tanggal Gabung Ke Luar kota. Agus juga Bersama pacarnya, Anggi.

Pembantunya pun kampung Pulang, sesekali kakak Agus Yang telah menikah, Datang Ke Rumah Sekalian menengok Agus Dan membawakannya MAKANAN. Kakaknya aceh Suami sudah Datang Tadi Pagi Dan Akan Datang Lagi Besok, demikian kataAgus. Jadi HANYA Kami berempat di Rumah ITU. Kami Ngobrol ngalor ngidul Bersama.

Tak lama kemudian, Agus Dan Dino pergi Ke dapur yang menyiapkan Dan Gross profit Kamar Rooms untuk Kami. : Aku Ngobrol Artikel Baru Anggi. Bahasa Dari Anggi, industri tahu: aku bahwa Agus telah berhubungan selama kurang lebih 1 tahun. Keduanya Satu Sekolah, juga di SMP HANYA berlainan Artikel Baru Sekolahku.

10 menit kemudian, Agus Dan Dino book value Artikel Baru membawa 4 gelas Sirup Dan doa toples MAKANAN Kecil. Penghasilan kena Gross profit Kamar Rooms memberikan Dan MAKANAN ITU, Agus berdiri Dan memutar VCD.Film baru Negara katanya. : Aku enggak ngerti,: aku Pikir Film Bioskop Biasa. Agus menyilakan Kami air minum. : Aku air minum sirup Yang diberikannya. 10 menit berlalu, kepalaku pusing Sekali, bersamaan Artikel Baru ITU ADA rasa Aneh menyelimuti tubuhku.

Rasa merinding .. Hangat di tv Tampak TUBUH SEKSINYA seorang bule Wanita Yang Tanggal Gabung dientot Diposkan oleh 2 laki-laki, Satu negro Dan Satu Lagi bule juga. : Aku berniat untuk Pulang, tetapi entah mengapa dorongan hatiku untuk Tetap menyaksikan Film ITU.Mungkin KARENA: aku baru Negara PERTAMA Kali Suami nonton blue film. Badanku makin enggak karuan rasanya kepalaku serasa berat untuk Dan ah rangsangan di badanku semakin menggila.

: Aku lihat Agus Dan Anggi sudah saling melepaskan baju mereka telanjang Bulat di hadapan: aku Dan Dino.Mereka saling berpelukan, berpagutan Tampak Agus menciumi Tetek Anggi Yang mungil Agus Lalu mengisep-isep pentilnya tampaknya keduanya sudah sering melakukannya.Mereka Tampak regular tidak Canggung Lagi Anggi mengisep-isep peler Agus Persis seperti Kejadian di Film ITU biru. Anggi juga sepertinya telah terbiasa Kontol Agus bak Permen, diisep, dikulum Diposkan oleh Anggi Dino merapatkan tubuhnya kepadaku.

“Rim. KAMU sayang: aku enggak?” Tanyanya padaku. “Eh .. emang kenapa, Din?” Kataku kaget KARENA: aku Masih asyik menyaksikan Agus Dan Anggi “Batman pengen kayak gitu.” Kata Agus Sambil menunjuk PADA Agus Dan Anggi Yang semakin panas. Tampak Agus MULAI menindih Anggi, Dan memasukkan batang kontolnya Ke nonok Anggi. Untuk Artikel diikuti teriakan Kecil Anggi, batang kontol ITU masuk seluruhnya Ke nonok Anggi. Gairahku melonjak-lonjak entah kenapa? Seluruh badanku merinding. “Rima?” Kata Dino Lagi. “Eh enggak ah enggak mau malu.” Kataku. “Malu sama siapa?” Kata Dino.

Tangannya MULAI merayapi Dadaku. Kutepis pelan tangannya. “Malu sama Agus Dan Anggi tuh” Kataku. “Ah mereka aja cuek ayo dong Rima: aku sudah enggak Tahan nih” kata Dino. “Ah .. JANGAN ah” Kataku. Gairahku makin regular tidak keruan mendengar erangan Dan Rintihan Agus Dan Anggi. Tak Terasa Tangan Dino MULAI membuka kancing bajuku. Entah kenapa: aku membiarkannya sehingga bajuku Terbuka. : Aku HANYA mengenakan BH Dan celanapanjang jeans.

Adegan makin di TV Tampak panas sekarang seorang Wanita asia di entot Tiga orangutan bule doa orangutan memasukkan kontolnya Ke memek Dan pantatnya sedangkan Yang satunya kontolnya Lagi diisep Diposkan oleh si Wanita. Keempatnya terlihat Tanggal Gabung merasakan kenikmatan Tangan Dino MULAI merayapi Dan meremas-remas buah Dadaku Yang Masih kencang Dan belum pernah disentuh Diposkan oleh siapapun. : Aku menggelinjang, geli nikmat ah .. baru Negara PERTAMA Kali: aku merasakan Suami. “Buka Bhnya, ya sayang” pinta Dino. : Aku mengangguk,: aku jadi lebih nikmat inginmerasakan Lagi Mencari Google Artikel Baru cekatan Dino membuka Bhku .. : aku sekarang BENAR-BENAR telanjang dada.

Dino mengisepi pentilku memencet-memencet buah Dadaku Yang Masih kenyal Dan Bagus “Tetekmu enak bener, sayang belum pernah ADA Yang pegang yaa” kata Dino Sambil Terus meremas tetekku Dan mengisepi pentilku “Belum Din ahhh enak Din Terus Terus .. JANGAN berhenti.” Kataku . Kenikmatan ITU baru Negara Kali Suami: aku rasakan. Kulirik Agus Dan Anggi, mereka sekarang Bermain doggy style.

Anggi berposisi nungging Dan Agus menusuknya Bahasa Dari Belakang terdengar erangan Dan eluhan mereka Gairahku makin menggila “Buka celanamu ya sayang: aku udah pengen nih” pinta Dino. “Takut JANGAN Din.” Kataku. “Takut APA sayang?” Kata Dino. “Takut Hamil” Kataku.”Enggak Din,: aku Nanti keluarnya di Luar memekmu sayang kalo hamilpun: aku Akan tanggung Jawab, Percayalah” katanya.

: Aku diam Saja Dino MULAI membuka ristleting celanaku,: aku diamkan Saja. Tak lama kemudian, dia memerosotkan celanaku Tampak memekku Yang menggumpal Artikel Baru Jembut Tebal Yang lumayan. Dino pun memerosotkan celana dalamku AKU BENAR-BENAR polos bugil. Dinopun membukaseluruh bajunya, Kami berdua telanjang Bulat.

Tangan Dino Tetap meremas-remas tetekku Kulirik Agus Dan Anggi, eh mereka bersodomi Anggi sudah Biasa bersodomi rupanya Kulihat kontol Agus Maju mundur di PANTAT Anggi sedangkan Tangan kiri Anggi mengucek-ucek memeknya Sendiri Yang sudah basah Erangan mereka terdengar makin sering. Dino Terus mengerjaiku, MULAI tangannya merayapi jembutku. Salah Satu jarinya dimasukkan Ke nonokku “Ah .. Sakit, pelan-pelan, Din ..” teriakku ketika jari ITU memasuki nonokku.

Dino agak sedikit mengeluarkan jari ITU Dan Bermain di BIBIR kemaluanku tak lama kemudian nonokku basah. “Din, isep dong punyaku” pinta Dino Sambil menyodorkan kontolnya Ke mukaku.”Ah .. enggak ah” Kataku menolak. “Jijik ya? Punyaku bersih desa kok ayo dong Anggi Saja Berani tuh “pinta Dino memelas.

Untuk Artikel ragu: aku pegang kontol Dino. Baru Sekali Suami: aku memegang Punya laki-laki.Ternyata liat Dan Keras. Kontol Dino sudah berdiri Tegang rupanya. “Ayo dong Rima sayang” pinta Dino Lagi. Untuk Artikel ragu kumasukkan kontol ITU Ke mulutku,: aku diamkan kontol ITU Sambil kurasa-rasa. Ih, kenyal “hisap dong sayang seperti KAMU Makan Permen” Dino mengajariku. Pelan-pelankuisap-isap, kujilati bolong kontol ITU Artikel Baru lidahku lama kelamaan: aku merasa Senang mengisapnya kuisep Keras-Keras .. Kusedot-sedot, kujilati. Kumaju mundurkan kontol ITU Dalam, di mulutku terdengar berulang Kali erangan Dino. “Ah ah.uuuhhh enak sayang teruskan .. “erang Dino. Tangan Dino Terus mengucek-ucek nonokku.

Sudah regular tidak Lagi Sakit sekarang, mungkin sudah basah AKU jadi Senang mengisap kontol Dino Terus kulomoh kuisap .. kujilati Kusedot-sedot ih .. enak juga, pikirku Tiba-Tiba Dino menarik kontolnya Dan mengarahkannya Ke nonokku AKU pasrah, dimasukkannya kontolnya ternyata meleset, Dino melumuri tangannya Artikel Baru ludahnya kemudian tangannya ITU diusapkan Ke kontolnya Dan Mencoba Lagi memasukkan kontolnya Ke liang nonokku, ketika kepalanya masuk Ke nonokku,: aku berteriak “Aduuh Sakit Din pelan-pelan dong” Gairah semakin meninggi.: aku ingin merasakan kenikmatan lebih.

Dino melesakkan kontolnya Ke nonokku pelan kurasakan Sesak nonokku ketika Kepala kontol ITU masuk Ke dalamnya Dino Lagi menghentakkan kontolnya sehingga amblas semuanya Ke Dalam, nonokku. “Ahhh perih Din” Kataku. Dino diam sebentar memberikan waktu kepadaku untuk menenangkan Diri. “Tenang Din, sebentar Lagi KAMU Akan terbiasa kok” katanya. Pelan-pelan Dino mengocokkontolnya di nonokku.

Masih Terasa perih sedikit kocokkan Dino semakin kencang Aneh, perih ITU sudah regular tidak Terasa Lagi, Yang ADA HANYA rasa nikmat nikmat Sekali “Terus Din Terus ahhhh ah enak..” Kataku. Sempat kulirik Agus Dan Anggi Masih Terus bersodomi. Gimana rasanya disodomi ya, pikirku Agus semakin menggencarkan kocokkanyya AKU semakin menggelinjang. Ah ternyata ngentot ITU nikmat. Surga Dunia coba Bahasa Dari Dulu .. Kataku Dalam, hati. “Din ah.ah.: aku: aku.” entah Apa Yang: aku ingin ucapkan. Ada sesuatu Yang ingin kukeluarkan Bahasa Dari nonokku entah APA “Keluarkan Saja sayang KAMU mau keluar.” Kata Dino. “Ahh iya Din: aku mau keluar ..” Tak lama kemudian Terasa Cairan Hangat Bahasa Dari nonokku.

Dino Terus mengocok kontolnya KUAT juga pacarku Suami, pikirku. “Satu nol, sayang” kata Dino Tersenyum. Dino mencopot kontolnya,: aku sedikit kecewa “Kenapa dicopot Din ..” tanyaku. “Kita coba doggy style, sayang” jawabnya Sambil membimbingku berposisi seperti Anjing. Dino menusukan kontolnya Lagi sekarang badanku terguncang-guncang Keras terdengar erangankeras Bahasa Dari Anggi Dan Agus, mereka ternyata telah mencapai puncaknya Kulihat peluh bercucuran Bahasa Dari kedua TUBUH mereka, Dan akhirnya mereka terkapar kenikmatan Tampak Wajah PUAS Bahasa Dari mereka berdua AKU sudah hampir Tiga Kali keluar Dino Tampak belum APA-APA dia Terus mengocok kontolnya di memekku.

Sudah hampir ¾ jam: aku dientot Dino, TAPI tampaknya Dino belum menunjukkan Akan selesai.Kuat juga: aku lemes Sekali Lalu Dino mencopot kontolnya Lagi Dan mengambil baby oil Yang TERSEDIA Dekat kakinya. : Aku ingat baby oil itudipakai untuk melumuri PANTAT Anggi ketika mau disodomi. Eh apakah: aku mau disodomi Dino? “Mau ngapain Din” tanyaku Penasaran. “Seperti Anggi Dan Agus lakukan, Rima: aku ingin menyodomimu sayang” jawabnya.Sebenarnya: aku Takut, TAPI terdorong rasa gairahku melonjak-lonjak Yang Dan keingin tahuanku rasanya disodomi, Maka: aku mendiamkannya ketika Dino MULAI mengolesi Lubang pantatku Artikel Baru baby oil.

Tak lama kemudian, kontol Dino Yang Masih Keras ITU diarahkan Ke pantatku meleset dicoba Lagi Kepala kontol Dino Tampak MULAI merayapi Lubang pantatku “Aduuuh Sakit Din” Kataku ketika kontol ITU MULAI masuk pantatku. “Tenang sayang Nanti juga enggak Sakit” Jawab Dino Sambil melesakkan Bagian tidak kontolnya kepalanya sudah seluruhnya masuk Ke pantatku “Aduuuhh sakiiiitt” Kataku Lagi.

“Tenang Rim, Nanti enak deh ..: aku jadi ketagihan sekarang” kata Anggi Sambil mengelus rambutku Dan menenangkanku. “KAMU sudah sering disodomi, Nggi?” Tanyaku. “Wah Bukan Lagi sering hampir TIAP aceh kadang: aku Yang Minta abis enak sih udah Tenang Saja ayo Dino coba Lagi Nanti pacarmu Pasti ketagihan ayo ..” kata Anggi Sambil menyuruh Dino Mencoba Lagi.

Dino mendesakkan Lagi kontolnya sehingga seluruhnya amblas Ke pantatku. Terasa perih di pantatku. “Tuuh kan sudah masuk tuh enak kan Nanti pantatmu juga terbiasa kok kayak pantatku Suami enak kan jadi enggak ADA aceh libur, kalo Lagi mens-pun Tetap Bisa dientot hi hihi” kata Anggi. : Aku diam Saja. Ternyata Sakit kalo disodomi. Dino MULAI mengocok kontolnya di pantatku. “Pelan-pelan, Din Masih Sakit” pintaku PADA Dino.

“Iya sayang enak nih sempit” katanya. Anggi Ke Belakang pantatku Dan mengucek-ucek nonokku Artikel Baru tangannya: aku semakin menggelinjang nikmat “Anggi ah. Enak” Kataku.”Ayo Din, Terus Kocok, biar: aku mengucek nonoknya, biar rasa Sakit ITU bercampur rasa nikmat” kata Anggi PADA Dino. Benarsekarang rasa Sakit ITU regular tidak Muncul Lagi HANYA nikmat. “Hai sayang Suami ADA lobang nganggur mau pake? Boleh kan Dino? Lubang Yang Satu Suami dipake pacarku Agus “kata Anggi.

“Tanya Rima Saja deh,: aku Lagi asyik nih” Jawab Agus Sambil Terus mengocok kontolnya di pantatku. “Gimana Rima? Bolehkan? Enak lo di dobelin: aku sering kok “pinta Anggi. “Ah .. JANGAN deh” Kataku. “Sudahlah Rima, Kasih Saja: aku rela kok” kata Dino. Tiba-Tiba Agus merayap di bawahku Dan menciumi tetekku. Kontolnya dipegang Diposkan oleh Anggi Dan diarahkan Ke nonokku.

Artikel Baru Sekali hentakan, kontol ITU masuk Ke nonokku. “Jaang” Kataku hendak berteriak JANGAN tetapi terlambat, kontol ITU sudah masuk Ke nonokku. Jadilah: aku dientot Dan disodomi. ½ jam Agus Dan Dino mengocok kontolku.

: Aku lemes Sekali baru Negara Sekali dientot sudah diduain Tanganku sudah regular tidak KUAT menopang badanku. Kakiku lemes Sekali. Kenikmatan ITU Sendiri regular tidak adaduanya.: Aku sebenarnya jadi Senang dientot berdua begini TAPI mungkin Kali Suami kurang SIAP.

: Aku keluar 2 Kali sebelum Agus mencopot kontolnya Dan memasukkan kontolnya Ke Mulut Anggi. Anggi menghirup Peju Yang keluar bahasa Dari kontol Agus Artikel Baru nikmat.Kemudian Dino melakukan Hal Yang sama, tadinya: aku ragu untuk menghirupnya, Lagi-Lagi TAPI rasa penarasan PADA diriku membuatku ingin rasanya menikmati pejunya Dino. Dino memuntahkan pejunya dimulutku akupun menelannya.

Ah .. rasanya asin Dan agak amis Penghasilan kena kontolnya bersih desa, Dino mencopot kontolnya Dan menciumku Yang sudah KO di Kasur. “Terima Kasih sayang: aku PUAS Dan sayang sama KAMU” katanya lembut. : Aku diam Saja Sambil merasakan kenikmatan Yang baru Negara PERTAMA Kali: aku rasakan. Badanku lemes Sekali Kulihat di Seprai ADA bercak merah .. Darah keperawananku Dan mungkin bercampur Artikel Baru sedikit Darah Bahasa Dari pantatku Yang mungkin juga Sobek KARENA dirasuki kontol Dino.

: Aku Mencoba Duduk, ah Masih Terasa Sakit di kedua lubangku ITU, Lalu: aku Menangis di pelukan Dino. “Din,: aku sudah enggak perawan Lagi sekarang JANGAN tinggalkan: aku yaa.” Kataku PADA Dino. Kulihat Anggi Dan Agus sudah TIDUR berpelukan Dalam, keadaan telanjang Bulat.

“Iya sayang: aku makin Cinta sama KAMU: aku enggak Janji Akan meninggalkanmu TAPI KAMU harus Janji yaa” katanya. “Bener Din? KAMU enggak ninggalin: aku? TAPI Janji APA? “Kataku Balik bertanya. “Janji, kitd Akan mengulangi Suami Lagi: aku bener-bener ketagihan sekarang sama nonokmu Dan juga pantatmu, sayang” kata Dino Sambil mengelus rambutku. : Aku diam Saja,: aku juga ingin lagi ..: aku juga ketagihan Kataku Dalam, hati. “Janji ya sayang” katanya Lagi mendesakku.

Baca Juga : Ngesex dengan Tante Pake Obat Perangsang

Aku HANYA mengangguk. “Sudah JANGAN KAMU nangis sekarang mau langsung Pulang atau mau istirahat Dulu?” Tawar Dino. : Aku juga akan membuka istirahat Dulu Lalu akupun tertidur berpelukan Artikel Baru Dino. Hari ini baru Negara PERTAMA Kali: aku berkenalan Artikel Baru seks. Ternyata enak Dan nikmat. Tamat

Viewing all 271 articles
Browse latest View live